Nama-Nama Baru di Dunia Seni Peran Lokal yang Menghiasi Layar

Ideas
04.07.18

Nama-Nama Baru di Dunia Seni Peran Lokal yang Menghiasi Layar

Sederet talenta baru di skena kreatif lokal yang di antaranya adalah cast dari web series “Arah”

by Whiteboard Journal

 

Teks: Carla Thurmanita
Foto: Uzone

Dunia seni peran di Indonesia, khususnya pada industri perfilmannya, kian hari semakin berkembang dengan adanya produksi karya yang berkualitas. Kemajuan yang dirasakan ini, selain dikarenakan adanya sineas-sineas Indonesia yang berbakat, tentu juga tidak lepas dari peran para pemain perannya sebagai salah satu kendaraan utama untuk menyampaikan cerita kepada publik. Berikut kami merunutkan beberapa nama pemain baru di dunia seni peran lokal yang memiliki andil dalam menghiasi layar dengan bakat akting mereka.

Tatyana Akman

Siapapun yang mengikuti perjalanan kreatif dari Tatyana Akman awalnya pasti mengetahui dirinya merintis karir sebagai model, baik model majalah dan di atas runway. Tetapi nyatanya bakat Tatyana tidak berhenti di jalur ini saja. Pada tahun 2016, wajahnya mulai terlihat di layar lebar melalui peran cameo nya di film “Ada Apa Dengan Cinta? 2”. Seakan belum puas dengan apa yang dicapainya, Tatyana pun sempat mengikuti open casting untuk film musikal Ini Kisah Tiga Dara” besutan Nia Dinata. Padanan kemampuan berakting serta musikal sarjana desain satu ini lalu membuatnya lolos audisi dan berhasil mendapatkan peran utama sebagai adik perempuan, Bebe dalam film ini.

Refal Hady

Meski usia karir beraktingnya belum berjalan lama, namun nama Refal Hady sudah cukup dikenal di kalangan baik pelaku maupun penikmat film lokal. Memulai ,namanya mulai melambung ketika dirinya ditunjuk untuk memerankan karakter utama Galih di film “Galih dan Ratna” (2017) garapan Lucky Kuswandi, sebuah remake dari film lawas populer “Gita Cinta dari SMA”. Tidak tanggung-tanggung, di tahun yang sama pun Hady terlihat bermain di dalam beberapa proyek film lokal yang meraup kesuksesan tinggi, di antaranya adalah “Critical Eleven” dan “Dilanku 1990”. Walaupun dari keseluruhan filmografinya ia terlihat hanya bermain dalam satu genre yakni drama, tetapi melihat kemampuannya yang dapat membawakan peran berbeda dengan gaya khas di masing-masing karakter, tidak mengherankan jika nama Refal Hady nantinya akan terus konsisten menghiasi layar dan disandingkan bersama aktor-aktor kawakan lainnya.

Putri Marino

Tak ayal lagi, kemunculan nama Putri Marino dalam dunia seni peran Indonesia merupakan salah satu prestasi cemerlang di antara nama-nama pemain industri yang sama lainnya. Berangkat dari layar televisi, Putri awalnya menjalani karirnya sebagai pembawa acara program jalan-jalan populer di salah satu channel televisi lokal. Namanya kian terkenal ketika dirinya mencoba untuk bermain peran untuk pertama kalinya di salah satu film layar lebar, “Posesif” (2017) garapan sutradara Edwin. Cerita yang dibawakan oleh film ini berhasil menarik perhatian banyak orang, dikarenakan pendekatan tema romantika remaja yang mengangkat isu kekerasan dalam hubungan. Kritik positif datang dari beberapa pihak pelaku industri, pun peran Putri Marino sebagai pemeran perempuan utama (Lala) menjadi salah satu nilai utama di film ini. Bahkan debut aktingnya ini lalu langsung membawa Putri meraih Piala Citra dari Festival Film Indonesia 2017 pada kategori “Pemeran Utama Wanita Terbaik”, mengikuti jejak pemain senior Christine Hakim, satu-satunya aktris yang mendapatkan piala citra untuk film perdananya pada tahun 1973.

Marissa Anita

Profesinya sebagai jurnalis tidak menghentikan Marissa Anita untuk bereksplorasi di bidang lainnya. Kecintaannya terhadap akting lah yang lalu membawa dirinya terlibat dalam dunia seni peran. Nama Marissa Anita mulai muncul di layar lebar ketika dirinya berperan sebagai karakter utama di film “Selamat Pagi, Malam (In the Absence of the Sun)” pada tahun 2013. Alih-alih bermain aman, dalam film ini Marissa berani memainkan karakter seorang lesbian. Kemampuannya yang mumpuni ini lalu berlanjut di beberapa proyek film lainnya, salah satunya adalah “Istirahatlah Kata-kata” besutan, sebuah film biopik besutan Gunawan Maryanto yang menceritakan kisah hidup aktivis Wiji Thukul sepanjang masa persembunyiannya. Perannya sebagai Sipon, istri Wiji Thukul, pun menuai banyak pujian dari berbagai pihak, salah satunya adalah menjadi pilihan aktris terbaik oleh media TEMPO. Keberhasilannya dalam beradaptasi ke berbagai karakter bisa dikatakan juga didukung oleh aktivitasnya dalam seni teater yang tentu membutuhkan pendekatan akting yang lebih intens. Bergabung bersama sebuah komunitas teater berbahasa Inggris, The Jakarta Players, Marissa Anita bahkan sempat beradu peran langsung dengan aktor senior legendaris, seperti Jajang C. Noer dan Niniek L. Karim di atas panggung tari teatrikal “Legendra Padusi”.

Roy Sungkono

Nama Roy Sungkono lebih sering terdengar di layar televisi melalui perannya dalam beberapa sinetron dan FTV. Terdapat hal paling menarik dari aktor satu ini, yakni sebelum namanya mulai melambung lewat deretan FTV yang dimainkannya, Roy sempat bergabung dalam proyek film produksi Brunei Darussalam bertajuk “Yasmine”. Di mana dalam film bergenre action-drama ini, ia dituntut untuk dapat berbahasa layaknya warga negara tersebut dan juga membawakan adegan-adegan laga yang sulit. Kemampuan beraktingnya pun juga telah teruji melalui penempatan proses kreatif beraktingnya di kedua industri, yaitu industri televisi juga film. Mencoba format lainnya, untuk sekarang ini Roy Sungkono pun sedang terlibat di dalam proyek web series berjudul “Arah”, sebuah serial yang mengangkat tema utama passion dalam musik. Peran utamanya sebagai anak band sekaligus vokalis di dalam web series ini tentu nantinya akan menunjukkan sisi lain dari kemampuan akting Roy Sungkono.

Tanta Ginting

Aktor kelahiran Medan ini memang telah berkecimpung dalam dunia seni semenjak masa kecilnya, terutama di dunia musik. Kecintaannya terhadap musik lah yang lalu mengantarnya berkecimpung di bidang seni lainnya, yakni dunia seni peran. Setelah sempat mencoba menjalani karir melalui bermusik, Tanta pun mulai mencoba kemampuannya yang lain melalui berakting di atas panggung teater dalam pertunjukan “Gita Cinta The Musical” pada tahun 2009. Melihat dirinya yang ternyata menyenangi seni musik dan peran di waktu bersamaan, ia lalu melanjutkan karirnya dalam dunia teater musikal, dengan terlibat di beberapa proyek pertunjukan di antaranya “Ali Topan The Musical” dan “Musikal Laskar Pelangi” besutan sutradara kawakan Riri Riza dan Mira Lesmana. Namun kehebatan beraktingnya tidak terbatas pada teater musikal saja, di mana dirinya juga membuktikan kemampuannya dalam salah satu film layar lebar, “Soekarno: Indonesia Merdeka” (2013) yang membawa dirinya meraih penghargaan “Pemeran Pembantu Pria Terpuji” di Festival Film Bandung 2014 mengalahkan aktor-aktor senior lainnya. Bersama dengan Roy Sungkono, Tanta kali ini akan kembali ke dalam dunia seni peran musikal melalui peran utamanya di web series “Arah”.whiteboardjournal, logo