Seleksi Karya: Miles Films

03.08.15

Seleksi Karya: Miles Films

Delapan Karya Pilihan.

by Ken Jenie

 

Petualangan Sherina (2000)
Sutradara: Riri Riza
Setelah cukup sukses dalam mencuri perhatian para pemerhati dunia sinema melalui “Kuldesak”, film “Petualangan Sherina” menjadi milestone pertama yang menandai torehan karir Miles Film di sejarah film Indonesia. Mengangkat format film drama musikal yang sampai sekarang masih jarang disentuh oleh sineas lokal, film ini juga mampu mengembalikan antusiasme masyarakat untuk kembali menonton film lokal setelah sebelumnya industri film nasional tenggelam dengan image film seronok yang sedikit banyak juga berdampak pada ditutupnya sebagian besar teater di penjuru Indonesia. Dalam film ini, Riri Riza menunjukkan talentanya dalam mengkombinasikan nama-nama besar seperti Mathias Muchus, Didi Petet, hingga Butet Kertredjasa dengan nama-nama baru (Sherina dan Derby Romero) untuk bisa menjalankan peran masing-masing dengan takaran yang pas. Dibantu dengan arahan musik dari Elfa Secouria, film “Petualangan Sherina” menjadi salah satu film anak-anak paling penting di sinema modern Indonesia.

Ada Apa Dengan Cinta (2002)
Sutradara: Rudi Soedjarwo
Jika “Petualangan Sherina” merupakan film yang merupakan kickstart bagi Miles Film, maka Ada Apa Dengan Cinta adalah salah satu pencapaian terbesar, bukan hanya bagi rumah produksi Miles, namun juga dunia film nasional. Dengan plot yang sebenarnya tak terlalu istimewa, yakni tentang drama percintaan yang terjadi di bangku SMA (mengambil setting di area SMA Kolese Gonzaga, Jakarta), film ini mampu menggerakkan lebih dari 2 juta penonton untuk pergi ke bioskop. Dengan perpaduan yang sempurna antara casting yang menarik, tata musik yang apik serta selipan budaya sastra yang juga mampu mengembalikan anak-anak muda untuk kembali melihat ke kesusastraan lokal, Ada Apa Dengan Cinta adalah film yang tak hanya penting, namun juga menjadi penanda zaman yang sangat kuat, sebuah label yang terus melekat pada brand AADC hingga sekarang.

Eliana, Eliana (2002)
Sutradara: Riri Riza
Yang membuat Eliana, Eliana menjadi sebuah film yang cukup spesial diantara katalog film Miles adalah kualitas akting dua pemeran utamanya, Rachel Maryam dan Jajang C. Noer yang prima. Memerankan dua karakter ibu dan anak, akting keduanya memberikan dimensi mendalam pada hubungan yang terputus antara karakter Eliana dan Bunda. Ada pula berbagai konteks sosial yang ditampilkan melalui interaksi keduanya, ada secuil isu feminisme, modernisasi dan beberapa masalah urban lain yang memperkaya alur cerita film ini. Dengan cerdik, Riri Riza menempatkan penonton di antara dialog-dialog yang bernas sekaligus terasa nyata antara dua karakter utama, memberikan sensasi yang cukup menarik sekaligus kesan bahwa mungkin sebenarnya kita hidup diantara kisah Eliana-Eliana lainnya.

Gie (2005)
Sutradara: Riri Riza
Setelah menyinggung sekelumit sastra Indonesia melalui puisi di film AADC, Miles kembali memperdalam bahasan sastra nasional ketika mengangkat biografi tokoh Soe Hok Gie. Dikenal sebagai aktivis, penulis sekaligus pecinta alam, sosok Soe Hok Gie ditampilkan dari sisi paling personalnya dalam film ini. Perkembangan pemikiran Soe Hok Gie dari masa ke masa dari era kehidupan Gie dimunculkan seiring dengan gejolak politik nasional. Alih-alih membawa penonton untuk larut dalam drama politik pada era awal orde baru, film ini justru mengajak untuk melihat lebih jauh ke dalam pola pikir Gie dalam mencerna apa yang terjadi di sekitarnya. Ada pula poin positif yang mencuat dari kemampuan tim produksi untuk menciptakan setting dari masa ke masa kehidupan Gie dengan cukup akurat dan indah.

Tiga Hari Untuk Selamanya (2007)
Sutradara: Riri Riza
3 Hari Untuk Selamanya adalah salah satu road movie lokal yang cukup menggugah, bahkan tanpa berusaha untuk menjadi film yang dramatis. Berbagai dimensi pada alur yang terasa seperti diambil dari buku harian anak muda yang besar di era akhir 90’an dan awal 2000an menjadi bekal utama film ini menjadi sebuah cerita yang cukup bisa dirasakan aktualitasnya. Perjalanan yang menjadi garis utama dari film ini dimanfaatkan dengan optimal oleh penulis naskah untuk mendiskusikan berbagai isu-isu tentang konsep keluarga di masyarakat modern. Di film ini, Adinia Wirasti mampu mengimbangi (bahkan mungkin mengungguli) persona salah satu aktor langganan Miles, Nicholas Saputra. Sisa-sisa memori tentang film ini juga masih sering terasa sampai sekarang, ketika kalimat “3 Hari Untuk Selamanya” melalui lagu atau pentas dari grup band Float yang juga merupakan penata musik di film ini.

Laskar Pelangi (2008)
Sutradara: Riri Riza
Dengan kesuksesan seri novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, sebenarnya membludaknya penonton film dengan judul yang sama, bukan merupakan hal yang mengejutkan. Yang menarik justru kemampuan tim Miles untuk membawa kisah inspiratif dari lembar-lembar novel Andrea menjadi runtutan cerita yang mengalir dengan alami. Akting yang juga natural dari aktor-aktor muda asli Belitung juga semakin melengkapi keutuhan film dengan semangat edukatif yang cukup kental ini. Adaptasi dari naskah cerita Andrea Hirata berjalan mulus dengan karakter-karakter yang mampu hidup dalam setting alam Belitong era 70’an yang mampu diwujudkan dengan pas oleh tim produksi. Menciptakan dimensi baru bagi semakin tersebarnya inspirasi dari tokoh-tokoh penuh dedikasi yang mendasari cerita ini.

Drupadi (2008)
Sutradara: Riri Riza
Di antara beberapa film pendek dari koleksi Miles, Drupadi menjadi salah satu yang cukup menonjol. Digarap dengan cukup ambisius, kisah Drupadi yang diambil dari sejarah pewayangan menampilkan jejeran aktor & artis ternama dari dunia film, teater dan tari. Menghasilkan tayangan teatrikal yang megah sekaligus kental dengan pesan dari momen munculnya konsep emansipasi dalam sejarah. Elemen musikal dan visual juga cukup kentara pada setting era Ramayana yang mengiringi alur naskah yang ditulis oleh Leila Chudori dengan apik. Aspek tari dan musik juga diposisikan cukup sentral dalam Drupadi, bukan hanya menjadi tempelan semata dengan nama-nama seperti Djaduk Ferianto dan juga dengan keterlibatan sanggar tari Bagong Kussudiardja yang menjadikan Drupadi sebuah tayangan budaya yang cukup sarat pesan dan relevan.

Atambua 39° Celcius (2012)
Sutradara: Riri Riza
Jika melihat jauh ke belakang, sebenarnya benih-benih film Atambua 39 sudah terlihat pada proyek Anak Seribu Pulau yang digagas Miles pada era 90an. Di seri yang cukup legendaris tersebut, ketertuarikan Miles untuk mengeksplorasi cerita dari penjuru nusantara digambarkan lewat dokumentasi Anak Seribu Pulau yang ditayangkan di salah satu TV lokal itu. Selang sekian tahun kemudian, Miles kembali mengangkat kisah dari penjuru negeri melalui Atambua 39. Berbasis di Timor, film ini menangkap sebuah kisah yang tersisa dari terpisahnya Timor Leste dari Indonesia. Aspek lokalitas terasa sangat kental dengan digunakannya Bahasa Tetun (Bahasa lokal daerah Leste), ditambah dengan pengambilan gambar yang cukup sederhana dan secara teknis semakin mendekatkan kisah drama ini ke penonton. Salah satu alasan yang membawa film ini memenangkan penghargaan dari Vesoul Film Festival di tahun 2012.whiteboardjournal, logo

Tags