Our Creative Calling

01.07.16

Our Creative Calling

Representasi Passion pada Empat Individu

by Febrina Anindita

 

Kegiatan yang telah menjadi rutinitas kadang membuat siklus hidup seseorang yang berjiwa kreatif menjadi membosankan, dan salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan adalah dengan mencari referensi. Namun sayangnya ketika referensi menjadi sebuah tolak ukur akan tingkat kreativitas, otentisitas menjadi hal yang susah untuk didapat pada masa kini.

Hal ini telah menjadi sebuah masalah bersama bagi individu kreatif yang ingin terlihat berbeda dengan passion dan imajinasi tanpa batas. Kungkungan lingkungan yang homogen justru membuat mereka ingin berkreasi dengan eksperimentasi untuk mendobrak paradigma umum. Situasi ini mendorong timbulnya karya baru dari kalangan yang mementingkan otentisitas dalam ide dan karya nyata. Ragam subkultur yang terpapar pun terbagi berdasarkan kesenian yang dekat dengan keseharian orang-orang, mulai dari fotografi, style, musik, hingga visual art yang hidup dari angin segar guna bertahan di antara skena yang ada.

Mengikuti semangat untuk menunjukkan kebolehan di antara banyaknya orang yang berusaha terlihat berbeda, sebuah kompetisi kreatif bernama Go Ahead Challenge kembali hadir untuk mencari talenta baru. Dipayungi subkultur yang tiap harinya kaya akan kemungkinan bereksperimen, ada empat nama yang secara segar mampu menjadi representasi subkultur masing-masing dengan ciri khas, visi serta etos kerja yang tinggi.

rere

Rewinda Omar
Berangkat dari ketertarikannya dengan sifat warna gelap yang hanya hadir ketika cahaya absen, Rewinda mengeksplorasi subkultur fotografi untuk menunjukkan ciri khasnya. Bermain dengan warna hitam dan putih, Rewinda kerap menampilkan simbol-simbol occult sebagai perwakilan dari eksistensialisme individu diantara landscape alam yang misterius. Mengundang referensi yang luas-tak hanya dari fotografi, Rewinda mengaku banyak terinspirasi dari musik dan film klasik; salah satunya The Seventh Seal karya Ingmar Bergman, hasil karya Rewinda terasa kaya akan kedalaman dan puitis pada saat yang sama. Proses, bagi Rewinda adalah hal utama, persis seperti bagaimana ia memaknai fotografi sebagai bentuk katarsis, dimana misi utama baginya adalah menyuarakan apa yang tak bisa disampaikan dalam keseharian.

2

Adi Dharma
Nama Stereoflow mungkin lebih melekat ke diri Adi Dharma. Seniman visual art yang menemukan kecintaannya pada dunia visual dari pengalaman mendengarkan musik hip hop ini memiliki karakteristik garis gambar serta warna-warni yang unik. Menggunakan bentuk-bentuk geometris dan tokoh imajinatif untuk menceritakan idenya ke dalam bentuk visual, cerah corak warna karya Adi membuatnya mencuat di scene street art lokal. Tak berhenti di jalanan, Adi juga membawa karyanya merajai galeri lewat pameran kolektif hingga solo, membuktikan bahwa pemahamannya yang meyakini bahwa visual art adalah bidang yang luas yang tak terbatas benar adanya. Bersama musik funk yang menjadi motor bagi terus mengalirnya garis dan warna-warni dari tangannya, Adi terus mencari bentuk baru baginya untuk menuangkan ekspresi diri.

2

Direz Zender
Eksperimentasi mencampurkan khasanah lokal pada ranah style menjadi titik awal kemunculan Direz di dunia fashion Indonesia. Kepekaannya ketika melihat detail material serta warna-warni kain khas Indonesia, membawa Direz ke level yang lebih tinggi dalam hal desain dan aplikasinya terhadap bentuk pakaian. Mengambil semangat lokal untuk diserap dan disadur ke dalam tren modern menjadikan label pakaian yang ia buat, Bluesville, dikenal oleh kalangan fashion sebagai salah satu yang terdepan di bidangnya. Visinya untuk membawa gerakan yang ia mulai menuju pasar yang lebih luas, merupakan bukti bahwa Direz menjadikan passion sebagai tempat bermain yang mendorongnya untuk terus bereksplorasi.

2

Xandega Tahajuansya
Dikenal di skena musik sebagai salah satu anggota dari kolektif audiovisual Studiorama, tidak membuat Xandega berhenti memperluas referensinya terhadap musik. Passion yang besar membawanya sebagai bassist Polka Wars yang telah meraih berbagai prestasi, termasuk salah satunya memenangi Converse Rubber Tracks, yang menerbangkan Dega bersama Polka Wars ke New York, AS. Diantara aktivitasnya di Studiorama dan panggung Polka Wars, fokus Dega pada persilangan antara musik cutting edge dan pengalaman menikmati musik yang berbeda membawa Dega pada berbagai kesempatan dengan pengalaman baru untuk dijelajahi.

Meski bergerak pada empat subkultur yang berbeda, Rewinda, Adi, Direz dan Dega memiliki satu kesamaan. Keempatnya menempatkan passion sebagai hal yang dihidupi, dan menjadi tempat dimana mereka terus mengeksplorasi diri. Semangat inilah yang menjadi poin utama dari #ThisisMyGoAhead, sebuah bagian dari kampanye Go Ahead Challenge dari Go Ahead People untuk merayakan passion dan eksplorasi diri. Karena tiap orang membutuhkan sedikit dorongan untuk keluar dari kotak untuk menjadi yang benar-benar berbeda di antara ribuan orang yang sibuk merapal rutinitas.

Jadi bagian dari Go Ahead People dan ikuti kompetisi Go Ahead Challenge untuk mendalami passion dan menunjukkan eksistensi diri dalam komunitas subkultur yang tersebar di Indonesia.whiteboardjournal, logo

Tags