Seleksi Karya: Takashi Miike

25.07.16

Seleksi Karya: Takashi Miike

8 Film Pilihan.

by Ken Jenie

 

Audition (1999)
Dengan adegan sadis yang menjadi konten utama, film klasik Miike ini membawanya ke jalur internasional. Yang menarik dari film ini adalah alur cerita awal yang mengesankan bahwa ini adalah film drama romantis. Dimulai dengan seorang pria yang sudah lama menjadi duda, ia lalu memutuskan untuk mencari jodoh melalui audisi untuk peran film. Sepertinya ia menemukan seorang gadis idaman yang cocok untuk dilamar menjadi seorang istri. Dari situlah keseluruhan suasana film berubah drastis. Keahlian Miike adalah memberi shocking twist dalam filmnya terbukti dengan nyata di film ini. Sebuah film yang akan memuaskan penggemar genre film gore.

Dead or Alive (1999)
Tema Yakuza adalah topik yang paling sering diangkat oleh Miike sedari awal berkarya. Dirilis di tahun yang sama dengan film Audition, Dead or Alive adalah salah satu film bergenre Yakuza yang juga turut mencuri perhatian para penonton internasional. Dibintangi oleh aktor klasik Riki Takeuchi yang sudah sering menjadi aktor di film Miike, ending film ini adalah salah satu ending yang sangat tidak terduga dari deretan karya Miike. Di sini, juga bisa ditemukan satu adegan yang menjadi inspirasi film Machine Girl. Petunjuk: Tangan Tempura. Penuh dengan kekerasan ala Miike, mungkin film ini bukan untuk semua orang, tetapi elemen action yang melimpah menjadikan film ini juga bisa dinikmati sebagai hiburan ringan.

The Happiness of the Katakuris (2001)
Satu lagi karya Miike di tahun yang sama dengan Ichi The Killer dan Visitor Q. Miike kembali bereksperimen melalui film drama musikal dengan paduan karaoke dan claymation. Intrik dan drama kehidupan keluarga pemilik penginapan yang sederhana beserta tamu-tamunya disajikan dalam suguhan variasi musik dari pop hingga opera yang dipadu dengan gaya tarian yang unik. Perlu dicatat bahwa film ini dibintangi oleh Kenji Sawada, vokalis kawakan dari band legendaris The Tigers. Dan tentu saja, film Miike tidak akan lengkap kalau tak ada elemen yang akan membikin penonton menggaruk-garuk kepala.

Visitor Q (2001)
Tahun 2001 adalah tahun ‘emas’ dari karir Miike. Di tahun ini, selain menyutradarai Ichi The Killer, ia juga masuk ke ranah film dengan tema keluarga. Namun seperti biasa, Miike memilih jalur yang berbeda pada umumnya, dalam hal ini ia mengambil tema dark comedy sebagai bentuk eksperimentasinya. Di film Visitor Q, keluarga yang ditampilkan adalah keluarga yang sangat disfungsional dan nihilis. Dengan hubungan yang tak lazim antara orang tua dan kedua anaknya. Ditambah dengan perbuatan-perbuatan yang aneh dan random, sekilas film ini bisa disalahartikan sebagai shock value semata. Namun ketika ditelaah lebih jauh, sebetulnya yang digambarkan oleh Miike adalah realita dinamika keseharian keluarga, tentu dengan gayanya yang akan membikin penonton ternganga.

Ichi The Killer (2001)
Film yang diangkat dari kisah manga ini mungkin adalah film Miike yang paling terkenal dan juga memancing banyak kontroversi. Penyebabnya adalah banyaknya adegan kekerasan yang mengakibatkan penonton merasa terganggu. Meski di sisi lain, sebenarnya film ini adalah karya Miike yang gemilang, karena ia berhasil membangkitkan perasaan yang selama ini mungkin jarang dirasakan oleh penonton film pada umumnya. Miike juga bereksperimen dengan menampilkan kekerasan yang berkesan berlebihan sehingga terkesan konyol, seperti ketika membaca komik manga.

The Great Yokai War (2005)
Mungkin ini adalah satu-satunya film Takashi Miike yang bisa ditonton segala umur. Sesuai dengan judulnya, film ini menampilkan berbagai macam Yokai atau monster dari dongeng tradisional Jepang yang berkumpul bersama untuk menghancurkan kekuatan jahat. Melalui bantuan seorang anak kecil, mereka berpetualang bersama menuju ke musuh utama. Disini, Miike tampil dalam konsep yang komersil, dengan tetap menjaga ciri khas sentuhan humor dan elemen absurd yang sering terlihat di film-film lainnya.

Sukiyaki Western Django (2007)
Film ini merupakan tribute untuk film klasik Django. Seperti judulnya yang mengandung menu makanan “Sukiyaki”, Miike memadukan banyak genre, elemen, dan referensi dalam satu film ini. Pengambilan alur cerita Spaghetti Western yang sarat dengan Django penembak jitu dan kehidupan padang pasir yang keras, digabungkan dengan pertikaian antar klan samurai ditambah dengan elemen modern dalam tata kostum dan penggunaan senjata. Dibintangi oleh begitu banyak aktor-aktor kawakan Jepang, sensasi menonton film ini kadang terasa berlebihan. Tetapi Miike tahu kapan ia bisa memberi penonton sedikit ruang untuk mencerna semua kegilaan yang terjadi, sebelum dihajar kembali dengan adegan yang lebih tidak masuk akal.
Perlu dicatat bahwa di film ini, terselip cameo dari Quention Tarantino, jauh sebelum ia menciptakan filmnya sendiri, Django Unchained.

13 Assassins (2010)
Film ini adalah remake dari film Jepang lama dengan judul yang sama. Menceritakan tentang pertikaian 13 samurai terpilih yang dikirim untuk bertempur hingga mati melawan seorang tuan tanah yang kejam dengan 200 anak buahnya, film ini adalah salah satu karya Miike yang sangat epik. Penyuguhan adegan action perkelahian yang sengit selama kurang lebih satu jam terakhir di sebuah desa, adalah bagian yang tidak boleh dilewatkan. Miike berhasil menyunting adegan demi adegan dengan koreografi yang menawan hingga pertarungan selesai. Sebuah pencapaian puncak karir Miike karena sampai saat ini, belum ada lagi yang bisa menandingi karya dengan konsep seambisius ini.whiteboardjournal, logo

Tags