Jakarta Good Guide

12.02.18

Jakarta Good Guide

Berjalan Kaki Menyibak Sejarah Ibukota

by Febrina Anindita

 

Mendengar nama Jakarta, hal pertama yang terlintas adalah identitasnya sebagai kota metropolitan terbesar di Indonesia yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi dan berbagai pusat perbelanjaan. Belakangan, kota ini juga dikenal dengan pengembangan infrastrukturnya yang menggebu-gebu, mulai dari pembangunan jalan tol baru hingga jalur MRT. Perkembangan ini tentu merupakan sebuah langkah besar untuk meningkatkan mobilitas masyarakatnya. Dapat dilihat bahwa pengguna kendaraan bermotor amat difasilitasi oleh ibukota Indonesia ini.

Sayangnya, pembangunan ini kemudian berimbas pada para pejalan kaki. Kontras dengan maraknya konstruksi kolom-kolom beton raksasa penopang jalur kendaraan baru, jalur pejalan kaki ada pada kondisi yang memprihatinkan. Sebagian besar area di Jakarta memiliki jalur pejalan kaki yang tidak layak, atau bahkan sama sekali tidak ada. Kondisi ini membuat Jakarta memiliki citra sebagai kota yang tidak ramah bagi pejalan kaki.

Sebagai respon atas kondisi tersebut, 2 orang pemandu wisata, Farid dan Candha, terinspirasi dari walking tour yang mereka ikuti di London, memutuskan untuk membentuk Jakarta Good Guide, sebuah kolektif dengan program tur berjalan kaki menyusuri ibukota. Berdiri sejak tahun 2014, mereka ingin membuktikan bahwa Jakarta tidak hanya berupa metropolitan yang dipenuhi mall-mall besar, namun juga sebuah kota wisata yang dapat dijelajahi dengan berjalan kaki. Kolektif ini memberikan kesempatan bagi wisatawan ataupun warga lokal untuk mengeksplorasi area-area di kota tersebut sekaligus mengetahui cerita yang ada di dalamnya.

Satu aspek menarik yang dimiliki mereka adalah bentuk sistem pembayaran yang meskipun asing di Indonesia, namun sudah banyak ditemui di Eropa: pay as you wish. Sistem ini membuat Jakarta Good Guide tidak menetapkan harga pasti untuk setiap program turnya, namun membebaskan peserta tur untuk membayar sesuai keinginan. Penggunaan sistem ini didasari atas keinginan untuk membuka kemungkinan bagi siapapun mengikuti tur berjalan kaki tersebut. Kalaupun membayar, hal itu dilakukan bukan atas keharusan namun sebagai bentuk penilaian atas pengalaman dan informasi yang mereka peroleh selama tur, apakah para peserta puas sehingga membayar lebih, atau malah sebaliknya.

Lantas, menjadi hal penting bagi para pemandu wisata ini untuk mengkurasi tempat-tempat untuk dikunjungi di Jakarta, yang kemudian ditentukan oleh faktor sejarah. Peristiwa masa lampau merupakan hal penting yang patut diketahui seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya sebatas bahan cerita untuk wisatawan. “Sejarah itulah yang membentuk society seperti sekarang ini,” ucap Farid. Melalui walking tour, diharapkan peserta dapat mengetahui informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang bangsa ini telah lewati untuk pada akhirnya menjadi bahan pembelajaran generasi mendatang. Atas dasar itu, Monas sebagai icon kota yang juga memiliki museum diorama sejarah bangsa Indonesia, Kota Tua yang menjadi daerah bersejarah terkenal di Jakarta, serta Pecinan yang merupakan daerah keturunan Tionghoa sejak berabad-abad lampau, dipilih menjadi rute tetap kolektif ini.

Selain tempat-tempat yang juga dianggap merupakan rute paling diminati tersebut, Jakarta Good Guide juga mengadakan one-time walking tour setiap akhir minggu. Pada hari-hari libur tersebut, jadwal tur mereka diisi oleh kegiatan wisata yang terbilang unik, seperti contohnya mengeksplorasi Cilincing, Jatinegara, dan Tanah Abang. Tentu saja, tempat-tempat tersebut adalah area dengan kisah sejarah yang dianggap signifikan dalam membentuk kota Jakarta. Di samping itu, kelompok ini juga mengadakan program mengunjungi museum-museum di Jakarta sebagai bagian dari walking tour akhir minggu mereka, memperkenalkan kisah sejarah langsung dari institusi formal.

Walaupun menawarkan cerita sejarah melalui walking tour-nya, tidak terawatnya titik-titik penting seperti museum hingga sumber sejarah yang kurang mumpuni menjadi tantangan tersendiri bagi Jakarta Good Guide. “Jakarta merupakan salah satu kota dengan museum terbanyak di Asia Tenggara. Namun tidak semuanya ada dalam kondisi yang bagus. Sebagai seorang pemandu wisata, expertise kami adalah mengetahui general information dari suatu daerah tertentu, seperti dari Jakarta. Tetapi kadang-kadang kami tidak mengetahui secara mendalam akan suatu bidang dan jika bicara soal sejarah, sumber ceritanya banyak yang simpang siur dan kami tidak bisa berbicara tentang mana yang benar. Alhasil, kami biasa menceritakan semuanya, versi A dan versi B,” terang Farid.

Jika diperhatikan, budaya bermuseum di Jakarta tergolong rendah dibandingkan dengan jumlah museum yang ada. Kuantitas pengunjung hanya terkonsentrasi pada segelintir museum terkenal seperti Museum Gajah, Museum Bank Indonesia, atau Museum Fatahillah, di mana nama-nama tersebut adalah sedikit dari yang terawat kondisinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa infrastruktur dan fasilitas yang kurang terawat menjadi faktor yang menyurutkan minat khalayak ramai untuk menyelami Jakarta lebih dari ruang-ruang nyamannya. Bagaimana tidak, masih lebih nikmat untuk berdiam di sebuah kafe atau mall ketimbang menyusuri jalan-jalan berlubang di bawah teriknya panas matahari atau memasuki museum yang suram dan sepi.

Tetapi stigma inilah yang ingin dipatahkan oleh Jakarta Good Guide melalui program tur berjalan kakinya. Kolektif ini melihat Jakarta dari kacamata pemandu wisata, mengangkat nama Jakarta untuk para wisatawan melalui sejarahnya. Darinya, Jakarta tidak melulu tentang kota paling maju di Indonesia yang berkiblat pada segala modernitas di masa depan, namun juga sebagai kota yang masih mempertahankan momen-momen nostalgia di berbagai sudut kota. Kelompok ini meniupkan suatu kegiatan segar baik bagi warga Jakarta maupun wisatawan dengan membudayakan kegiatan jalan kaki di ibukota untuk memperlihatkan kisah-kisah masa lalu yang ada di Jakarta.

Untuk mengetahui lebih detailnya mengenai jadwal dan itinerary setiap rutenya, Jakarta Good Guide aktif menggaungkan kegiatan mereka di laman Instagram. Selain itu, pendaftaran untuk mengikuti walking tour mereka dapat dilakukan dengan mengunjungi situs mereka.whiteboardjournal, logo

Tags
art