Netflix Menawarkan Peran Alternatif untuk Perempuan Lewat “Revenge”

Film
24.06.18

Netflix Menawarkan Peran Alternatif untuk Perempuan Lewat “Revenge”

Film ini berhasil menyampaikan isu gender melalui perpaduan gaya penceritaan French art-house dan American exploitation.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Nabila Alfariza

Foto: e-cinema.com

Biasanya pemeran utama wanita dalam film action digambarkan sebagai orang yang progresif, lihai memegang senjata, dan dapat membunuh orang. Namun tidak menurut sutradara Coralie Fargeat yang dalam film debutnya yang bertajuk “Revenge”, menunjukkan perspektif baru terhadap peran tersebut.

Film yang dirilis pada 11 Mei lalu ini menceritakan tentang pembalasan dendam Jen (Matilda Lutz) terhadap pria-pria yang melakukan kekerasan terhadapnya. Film dibuka dengan adegan Jen yang sedang berlibur bersama kekasihnya, Richard (Kevin Janssens), ke sebuah rumah di gurun terpencil. Konflik mulai timbul ketika dua orang teman Richard, Stan (Vincent Colombe) dan Dimitri (Guillame Bouchède), yang kejam melakukan kekerasan fisik dan seksual terhadap Jen. Jika pada umumnya dalam sebuah film korban akan terguncang dan mengalami trauma, maka hal ini tidak berlaku dalam “Revenge”, karena kita akan melihat sisi bengis perempuan melalui upaya balas dendam Jen kepada tiga pria tersebut.

Sebagai sebuah film thriller, “Revenge” secara jelas memberi visual dan warna yang mencolok dengan menonjolkan pertumpahan darah dalam hampir di tiap adegannya. Namun, selain dari segi visual, sang sutradara berhasil menyampaikan sebuah isu gender melalui perpaduan gaya penceritaan French art-house dan American exploitation. Hal ini dapat terlihat dari perubahan sudut pandang pemeran utama wanita yang semula hanya dijadikan sebagai objek bagi laki-laki kemudian berubah menjadi seorang pemburu ganas.whiteboardjournal, logo