Menghilangkan Ekspektasi, Menelaah Film di Movie Mystery Club

16.12.16

Menghilangkan Ekspektasi, Menelaah Film di Movie Mystery Club

by Febrina Anindita

 

Setelah lama vakum selama beberapa tahun, Movie Mystery Club hadir kembali di tempat berbeda dari biasanya. Kali ini menggunakan ruang di Ruci’s Joint, pemutaran ini mengajak orang-orang untuk merasakan pengalaman menonton film, tanpa tahu film apa yang akan diputar. Bekerja sama dengan channel khusus film dari Qubicle, Slate, kali ini seleksi film yang didapat dari kolektif menghadirkan 2 film pendek lokal dan 6 film pendek yang mendapat penghargaan Jury Prize dari Sundance Film Festival 2015.

Absurditas dan rasa kemanusiaan menjadi tema yang dapat ditarik dari seleksi film kemarin. Dibuka dengan film pendek dari Slate berjudul “The Hotel’s Water,” atmosfer pemutaran dibuat absurd melalui jalan cerita seorang pembersih kamar di sebuah hotel yang menemukan seorang perempuan terlelap, namun tidak bergerak saat diganggu. Setelah dipertunjukkan aksi tidak biasa dari sang pembersih kamar, penonton dihadapkan dengan penyebab sang perempuan terlelap, yakni air yang disediakan di samping tempat tidur.

Tak cukup dengan pembuka yang membuat penonton bingung, deretan film pemenang Jury Prize Sundance Film Festival 2015, “SMILF” hadir dengan daya kejut tidak kalah tinggi. Jika, isu mengenai umur dan perempuan menjadi concern Anda, film ini memberikan tamparan cukup pedas kepada mereka yang senang menghakimi dan tidak memahami fase hidup yang dialami perempuan. Dengan dialog padat, film karya Frankie Shaw ini memiliki banyak alasan mengapa bisa memenangkan Jury Prize Sundance Film Festival 2015.

Dilanjutkan dengan “Obiekt,” narasi atau dialog yang nihil di sini. Fokus pada visualisasi dan after effect yang timbul setelah menontonnya, film dokumenter ini hadir dengan cerita penyelamatan seorang penyelam dengan 2 sudut pandang. Sebagai film debut Paulina Skibinska, penonton diajak untuk memperhatikan emosi dan pesan yang disampaikan dari raut wajah dan situasi yang ditangkap kamera.

Setelah dibuat suffocating dengan tone dan cerita film sebelumnya, animasi dari Paul Cabon “Storm Hits Jacket” menampilkan petualangan 2 orang peneliti dan konsep masa depan dibalut warna mencolok. Penonton kemudian diajak mengikuti ritme pemutaran film, ketika “Oh Lucy!” diputar. Menggambarkan isu kultur, Atsuko Hirayanagi memotret hidden desires pada seseorang yang hadir dengan konsekuensi besar.

Varian dari Jury Prize dari Sundance Film Festival 2015 pun hadir dari Ukraina dengan “The Face of Ukraine: Casting Oksana Baiul.” Mengangkat sosok idola Oksana Baiul – atlet figure skating -, sang sutradara; Kitty Green, menjahit deretan screen test tanpa menambahkan komentar untuk memberikan emosi raw yang ada dalam ruang casting. Mengangkat premis sederhana, film ini mengeksplorasi role model perempuan dan perubahan sosial di negara konflik.

Film selanjutnya datang dari Don Hertzfeldt yang dikenal berkat animasi obscure. “World of Tomorrow” menjadi film dengan durasi terlama pada Movie Mystery Club kali ini. Menghadirkan genre sci-fi, animasi ini menjelaskan keindahan semesta dan kegagalan manusia dalam mengantisipasi perang yang ada di dunia. Absurditas malam itupun ditutup dengan film dari Edwin, “Hulahoop Sounding,” penonton dihadapkan dengan kata-kata vulgar yang mengisi tiap scene. Tidak hanya inti cerita yang unik, simbol dan gestur yang melengkapi film ini menjadi alasan mengapa beberapa orang tersipu malu ketika menontonnya.

Dalam rangka menawarkan konsep alternatif akan ritual menonton film, Movie Mystery Club hadir dengan seleksi film unik yang mampu melebihi ekspektasi. Hadir dengan varian genre, Movie Mystery Club akan digelar tiap bulan untuk membawa penonton ke dalam pengalaman screening yang menyenangkan. Sampai Jumpa di Movie Mystery Club yang akan datang!

Artikel oleh: Amelia Vindywhiteboardjournal, logo

Tags