Gelanggang Olahraga dari Pierre Hyughe

25.06.17

Gelanggang Olahraga dari Pierre Hyughe

by Febrina Anindita

 

Teks oleh Muhammad Faisal
Foto dari Skulpture Projekte

Seni memang tak mengenal batasan. Ia dapat mendobrak sekat-sekat yang kiranya sulit diterobos demi mendapatkan esensi maupun filosofis kuat di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu subjek pameran Skulptur Projekte Munster; sebuah acara seni tahunan yang diinisiasi oleh Kasper Konig di Münster, Jerman berjudul After ALife Ahead karya seniman asal Prancis, Pierre Hyughe.

Dalam karyanya, Hyughe membuat sesuatu yang besar, kompleks, dan rumit secara teknis maupun penyampaian pesan. Ia menyulap gelanggang olahraga yang tidak terpakai menjadi wahana kreasinya. Tak main-main bereksplorasi, Hyughe menempatkan semacam pusat pengembangbiakkan sel kanker dengan kumpulan kehidupan yang saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung.

Walaupun terdengar mengerikan, nyatanya Hyughe juga menyertakan instrumen pengetahuan yang dapat diakses melalui aplikasi buatannya. Mulai sekedar mengetahui pola alami dalam spektrum akuarium, memonitori pergerakan bakteri, mengawasi tingkat karbondioksida, sampai memastikan data algoritma yang ia pasang guna mengukur tingkat vitalitas rata-rata maupun capaian informasi pada inkubator sel berjalan sedemikian rupa.

Sebelumnya dalam documenta 13 dan Palais de Tokyo, Huyghe juga pernah bereksperimen dengan kegilaan seperti ini. Ia tak ragu mengelola interaksi algoritma dan sel kanker dalam pengendalian kecepatan replikasi. Selain itu, ia membangun lingkungan dengan patung berkepala lebah serta dua bulldog sebagai pusatnya lantas orang-orang mengelilinginya seolah sedang terjadi absurditas di depannya.

Dengan After ALife Ahead Huyghe hendak menyampaikan isi pikirannya menyoal kehidupan dalam lingkup luas. Bahwasanya di balik proses yang melibatkan pelbagai perkakas berat serta formulasi sulit macam perhitungan dan lain-lain, kita, manusia, hanya bisa mengendalikan sebagian kecil dari inti kehidupan. Yang bisa kita lakukan hanya mencampurinya dengan teknologi atau mengintervensi dengan bumbu politis. Dua hal yang membuktikan jika semua tak berakhir baik-baik saja.whiteboardjournal, logo

Tags