Quick Review: Mermaid

28.08.17

Quick Review: Mermaid

by Febrina Anindita

 

Teks: Fransisca Bianca
Foto: Fandor

Imajinasi memang bisa dikatakan sebagai sesuatu yang liar. Namun, itulah yang bisa menjadikan imajinasi sebagai sesuatu yang begitu berharga. Melalui film animasi pendeknya, “Mermaid,” animator ternama Jepang Osamu Tezuka mencoba mengeksplorasi konsep keliaran imajinasi melalui tokoh seorang pemuda yang berteman dengan seorang putri duyung. Kesan pertama yang mungkin muncul ialah kekaguman akan gaya animasi khasnya; yang meskipun sederhana, jauh dari kerumitan, namun keindahannya tetap bisa menyokong imajinasi penonton sendiri sambil mengikuti alur ceritanya.

Sebuah animasi yang tidak membutuhkan konsentrasi terlalu tinggi dalam memahaminya, kecuali untuk menyimak beberapa selingan narasi yang sangat membantu penonton untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Mungkin pada awalnya tidak akan diduga, namun nyatanya perjalanan menuju akhir cerita dapat mengundang kesedihan sebagai bentuk simpati terhadap sang pemuda, yang bersikeras menjaga teman putri duyung kesayangannya.

Film ini juga mengundang kita untuk menjadi reflektif terhadap diri kita sendiri. Masihkah kita memiliki keaktifan imajinasi di tengah alur statis dari realita? Sudahkah kita membiarkan rasionalitas kita membunuh imajinasi itu? Dan jika ya, apakah itu benar-benar bisa membuat kita lebih bahagia? Bahwasanya, sedikit kegilaan akan imajinasi mungkin menjadi diperlukan untuk berenang melawan arus keseragaman yang terlalu membatasi ruang gerak.

Quick review Mermaid: 4/5

Mermaid (1964)
Sutradara: Osamu Tezuka
Sinopsis: Seorang pemuda yang kaya imajinasi menjalin pertemanan dengan seorang putri duyung, namun realita mencoba memisahkan mereka.whiteboardjournal, logo