Life Force

19.09.17

Life Force

by Febrina Anindita

 

Teks: Ibrahim Soetomo
Foto: Bintang Adinugroho

Kehidupan merupakan racikan dari bumbu-bumbu yang bertentangan; hidup dan mati, kuat dan lemah, naik dan turun. Tak ada yang mengira bahwa pertentangan ini saling mempengaruhi dan menciptakan keseimbangan dalam hidup. Betul, kehidupan ini paradoks, dan fenomena inilah yang coba didalami oleh seniman Lie Fhung dalam pamerannya, “Life Force.”

Sebagai lulusan peminatan Keramik di Institut Teknologi Bandung, Lie Fhung mengeksplorasi ragam medium mulai dari porselen, tembaga dan kaca. Dalam instalasinya, “Life Force ll: An Installation”, ia menggantung bunga-bunga putih yang terbuat dari porselen, berjejer dalam ruang galeri yang gelap. Bunga-bunga itu merekah, tapi terdapat setangkai bunga yang ditutupi oleh kaca di tengah-tengah instalasi, seakan ingin dilindungi. Karya ini mengeksplorasi sifat kuat dan lemah. Porselen merupakan jenis keramik yang kuat karena dibakar pada temperatur yang 1300 °C, tapi ketika ia dibentuk dengan sangat tipis, ia rapuh.

Di ruang seberangnya terdapat instalasi tembaga berbentuk silinder yang disusun berentetan dengan ketinggian yang berbeda-beda. Lantai ruang itu dipenuhi batu-batu koral hitam, sehingga ketika masuk kita akan menciptakan bunyi berderap di atas bebatuan. Jika dilihat dari tampak depan, rentetan tembaga itu menyerupai pegunungan, karya ini mengajak kita memaknai naik dan turun dalam kehidupan.

Naik dan turunnya kehidupan ini digambarkan pula di karya-karya tembaga Lie Fhung yang lain. Ia mengeksplorasi medium tembaga beberapa tahun belakangan ini, di sini ia menemukan suatu proses yang menarik dari tembaga, yaitu oksidasi. Metode ini dengan amat filosofis ia kaitkan dengan menyerahkan setengah karyanya dikerjakan oleh kekuatan alam. Oksidasi merupakan proses penguraian mineral di bahan logam oleh oksigen, di mana pada pelapukan kimia inilah, logam dapat berkarat. Maka dari itu, karya-karya tembaganya terlihat spontan dan brutal, Lie Fhung seakan menyerahkan ide-idenya pada zat kimia yang menggerogoti tembaganya.

Karya-karya berbahan porselen membicarakan sifat kuat dan lemah, sedangkan eksplorasi tembaga membicarakan relasi manusia dengan alam serta gelombang naik turun dalam hidup. Kedua bahasan ini berada di bawah satu payung bernama kehidupan, yang di dalamnya juga terdapat sifat bertentangan paling absolut, yaitu hidup dan mati.

Kini, di tengah-tengah mobilitas kaum urban yang kerap melalaikan, Lie Fhung mengajak kita berhenti sejenak dan memaknai kehidupan melalui karya-karyanya yang kontemplatif.

“LIFE FORCE” – Solo Exhibition by Lie Fhung

14 September-8 Oktober 2017
09:30-18:00

Dia.Lo.Gue Artspace
Jl. Kemang Selatan No. 99 A
Jakarta

www.dialogue-artspace.comwhiteboardjournal, logo