Pameran Pertama Museum MACAN

Art
02.11.17

Pameran Pertama Museum MACAN

Akhir tahun ini, tepatnya di bulan November 2017 akan menjadi sebuah penanda atas kehadirannya sebuah ruang baru yang akan memenuhi rasa dahaga dari para penikmat seni rupa Indonesia.

by Febrina Anindita

 

Teks: Amelia Vindy
Foto: Museum MACAN

Akhir tahun ini, tepatnya di bulan November 2017 akan menjadi sebuah penanda atas kehadirannya sebuah ruang baru yang akan memenuhi rasa dahaga dari para penikmat seni rupa Indonesia. Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) merupakan perwujudan dari mimpi Haryanto Adikoesoemo sebagai kolektor seni rupa Indonesia yang sudah 25 tahun mengumpulkan karya-karya seni lokal maupun internasional sebagai bentuk kecintaannya pada dunia seni, juga sebagai usahanya untuk mendukung seniman-seniman di Indonesia khususnya.

Pada kesempatan perdananya, Museum MACAN akan mengangkat tema “Art Turns. World Turns. Exploring the Collection of Museum MACAN” yang akan dikuratori oleh Charles Esche dan Agung Hujatnika dan menampilkan sekitar 90 karya lebih dari 70 seniman dari berbagai negara Asia, Eropa hingga Amerika. Karya-karya tersebut merupakan hasil kurasi dari koleksi pribadi pendiri museum, yang totalnya mencapai lebih dari 800 karya dari para seniman modern dan kontemporer Indonesia hingga internasional. Juga pada rangkaian acaranya nanti, eksibisi ini akan menyajikan narasi sejarah yang membentang dua abad dan menawarkan pembacaan sejarah seni rupa Indonesia yang dibalut dalam dialog sejarah seni rupa dunia.

Untuk mendukung hal tersebut, pameran ini akan memetakan perkembangan kurasi dan pembuatan eksibisi di Indonesia selama abad terakhir yang divisualisasikan secara linimasa. Hal tersebut dikonsepkan untuk menekankan peran seni rupa yang akan menjadi signifikan ketika karya tersebut dibuat untuk publik dan bisa dinikmati bersama. Nantinya linimasa dibagi menjadi empat bagian tematis yang menghubungan periode tiap karya dengan gerakan sosial dan politik yang saling berkaitan dan diberi judul Land, Home, People (1800-1945), Independence and After (1945-1965), Struggles around the Form (1965-1998) dan The Global Soup (1998-dan seterusnya).

Dengan kehadiran Museum MACAN kedepannya publik akan bisa mendapatkan akses untuk melihat seperti apa perkembangan karya seni rupa modern dan kontemporer hari ini, lewat koleksi-koleksi yang dipamerkan. Tidak hanya itu, Museum MACAN juga didedikasikan untuk mendukung diperluasnya edukasi mengenai seni rupa lewat program-program yang ditujukan untuk umum. Dengan begitu, porsi pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesenian akan lebih luas juga terbuka dan tidak lagi terbatasi oleh stigma yang menganggap bahwa seni hanya ditujukan hanya untuk kalangan elit.

Mengutip perkataan Agung Hujatnika selaku ko-kurator Museum MACAN “Melalui pameran ini, kami bertanya bagaimana seniman Indonesia terhubung dengan dan merespon pergelutan dalam diri mereka sendiri seiring dengan wacana sejarah yang lebih luas, dan mengajak pengunjung Museum MACAN untuk menilai sendiri karya-karya seni rupa mana yang penting bagi perspektif pribadi mereka masing-masing.” Dengan begitu, besar harapan untuk Museum MACAN agar bisa memberikan pengalaman-pengalaman baru bagi masyarakat luas dalam mengenal dunia seni rupa.

Di samping itu, kehadiran Museum MACAN sudah seharusnya diberikan respon postif, selain memiliki program-program publik Museum MACAN juga turut memberikan peluang perkembangan profesional untuk para seniman, kurator, dan sosok kreatif muda lainnya yang fokus pada seni untuk terus meningkatkan sumber daya, cipta dan hasil untuk ekologi seni rupa Indonesia.

Art Turns. World Turns. Exploring the Collection of Museum MACAN

4 November 2017

Museum MACAN
Wisma AKR
Jl. Panjang No. 5
Jakartawhiteboardjournal, logo

Tags
art