Self Explanatory

Art
21.11.17

Self Explanatory

“Self Explanatory” digagas oleh Dia.lo.gue Artspace untuk mewadahi perupa-perupa perempuan dan mendorongnya masuk ke dalam radar seni rupa kontemporer lokal.

by Febrina Anindita

 

Teks dan foto: Ibrahim Soetomo

Menjelajahi diri bukanlah hal yang mudah dan instan, maka dari itu bagi orang yang menjalani kehidupannya dengan mudah dan instan, hal ini kerap diabaikan. Mobilitas yang tinggi, serta tenggat waktu yang sempit, jarang memberi jeda bagi diri kita sendiri, sehingga kita terpaksa nyaman dengan situasi serba riuh tanpa sesekali menengok diri. Sebenarnya, apa makna dan hasil dari introspeksi diri? Inilah yang coba dijawab melalui pameran kolektif “Self Explanatory.”

“Self Explanatory” digagas oleh Dia.lo.gue Artspace untuk mewadahi perupa-perupa perempuan dan mendorongnya masuk ke dalam radar seni rupa kontemporer lokal, setelah disadari bahwa mereka, para perupa perempuan, jarang terlihat padahal mampu berkontribusi dalam memberikan perspektif baru melalui praktik berkeseniannya. Dengan menggandeng Shila Ghaisani sebagai kurator, tiga perupa Natisa Jones, Ines Katamso dan Ykha Amelz menghadirkan karya baru yang mencerminkan proses kontemplasi dan penjelejahan diri.

Lukisan-lukisan Natisa Jones banyak menggambarkan figur berwajah muram dengan proporsi tubuh yang terdistorsi. Figur-figur itu dilukis dengan garis yang tegas dan spontan, dengan sapuan kuas yang berantakan. Lukisan-lukisannya banyak didominasi oleh warna pucat dan gelap, seakan memancarkan kemuraman sosok di dalamnya. Di sini, Natisa menjelajahi dirinya sendiri dan menemukan jalan penuh bimbang, cemas dan putus asa. Perasaan-perasaan tidak enak inilah yang secara spontan ia cipratkan ke atas kanvas.

Berbeda halnya dengan Ines Katamso. Lukisan-lukisannya memiliki pendekatan abstrak geometris yang dipoles secara halus, rapi dan tipis. Ada lapisan-lapisan warna yang tercipta di permukaannya. Berdampingan dengan lukisan-lukisan itu, Ines memajang beberapa tangkai bunga yang mulai kering dan layu. Kita tahu, bunga menyimbolkan banyak hal – cinta, kehidupan atau kelahiran – lantas apa makna dibalik bunga yang dibiarkan kering dan layu? Bisa jadi sesuatu yang berakhir atau tidak tergapai dalam kehidupan seorang Ines, jika dikaitkan dengan penjelajahan dirinya. Ada proses telaah yang diutarakan secara puitis di sini.

Ykha Amelz banyak bermain dengan ilustrasi. Karya-karyanya berwarna cerah, cenderung pop, namun sebagian merupakan seri art print hitam putih. Seekor anjing bulldog lucu dan gemuk peliharaannya, Babbot, muncul hampir di seluruh karya, bahkan bisa dianggap sebagai tokoh utama ketimbang dirinya. Ykha banyak mengangkat kecemasan terhadap hal yang dialaminya sebagai seorang ilustrator, atau pun pelaku seni pada umumnya, sebut saja deadline dan revisi. Tapi, ia memilih untuk kabur dari kecemasan itu, bukan menghadapinya. Hal ini ditunjukkan dengan cara yang fun melalui ilustrasinya.

Karya-karya yang sifatnya kontemplatif memiliki risiko untuk menciptakan jarak, namun dalam pameran ini para perupa seakan mewakili perasaan semua orang. Rasa cemas, takut dan bimbang adalah perasaan universal yang pasti kita alami. Kita hanya jarang menjelajahinya saja, sehingga ada jarak yang terpangkas dengan sendirinya ketika pengunjung menelaah lebih dalam setiap karya para perupa. Pameran ini cukup berhasil mengajak pengunjung berkontemplasi, merasuk ke permasalahan yang digali, dan menjadikan permasalahan itu miliknya juga.

Self Explanatory
17 November – 16 December 2017
09:30 – 18:00

Dia.Lo.Gue Artspace
Jl. Kemang Selatan 99A
Jakarta 12730whiteboardjournal, logo