Inilah 41 Perempuan Yang Akan Berkarya Untuk Memajukan Negeri

Art
23.04.18

Inilah 41 Perempuan Yang Akan Berkarya Untuk Memajukan Negeri

Para penerima hibah yang akhirnya terpilih pun datang dari berbagai latar belakang yang berbeda namun tetap dengan satu tujuan yang sama: membawa perubahan baik secara sosial, budaya dan politik.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Carla Thurmanita
Foto: Cipta Media Ekspresi

Cipta Media Ekspresi merupakan suatu upaya kegiatan yang diadakan untuk mendukung karya perempuan dan menyebarkan ide dan pemikiran mereka secara luas untuk memperkaya kembali pandangan masyarakat terhadap peran penting perempuan di dalam kehidupan. Dewasa ini masih terlihat perbedaan signifikan di antara jumlah karya yang diciptakan oleh pelaku laki-laki dan perempuan, yang lalu dibuatnya Hibah Cipta Media Ekspresi ini untuk menyikapi segala bentuk persoalan yang selama ini dilihat bisa menghambat seorang perempuan dalam menciptakan sebuah karya, serta memberikan penghargaan yang pantas atas pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh mereka, melalui kerja sama dengan Ford Foundation dan Wikimedia Indonesia.

Dengan melewati proses penjurian yang dilakukan oleh beberapa nama seperti Aleta Baun (aktivis lingkungan dan politisi), Andy Yentriyani (aktivis perempuan dan keberagaman), Cecil Mariani (perancang grafis), Heidi Arbuckle (penggagas hibah Cipta media dan peneliti sejarah seni rupa), Intan Paramaditha (penulis fiksi dan pelaku kajian media), Lisabona Rahman (Ketua Juri, pelaku arsip dan pendataan sejarah film), Naomi Srikandi (aktor/sutradara teater), dan Nyak Ina Raseuki (pesuara dan etnomusikolog), para penerima hibah yang akhirnya terpilih pun datang dari berbagai latar belakang yang berbeda – dari yang berusia muda sampai tua, dan bergerak di bidang seni sindhen, musik rock, santri, buruh, ibu rumah tangga hingga tokoh adat – namun tetap dengan satu tujuan yang sama: membawa perubahan baik secara sosial, budaya dan politik.

Berikut perempuan-perempuan hebat beserta karya kreatifnya yang menerima hibah Cipta Media Ekspresi di tahun ini:

1. Sanchia Tryphosa Hamidjaja – Seragam Merah Jambu/ In Pink Uniform (novel grafis) – Kategori Kerjasama/Kolaborasi

Di dalam novel grafis yang dibuatnya, Sanchia membawa pembicaraan mengenai perempuan dalam peran dan relasinya dengan masyarakat serta lapis institusi lainnya. Dirinya menghadirkan kompleksitas peran yang ditanamkan dalam diri seorang perempuan dan pilihan yang sebenarnya ingin ia ambil, dan menyinggung ke soal pernikahan.

2. Mona Sylviana – Narasi Selembar Kain (sastra) – Kategori Perjalanan

Mona mengangkat cerita soal pengalamannya bertemu dengan sosok-sosok perempuan yang berani keluar dari zona nyaman mereka yang ia temui selama dirinya melakukan perjalanan. Cerita yang ditulis dalam bentuk travelogue naratif ini pun berhasil memunculkan dialog dan perspektif gender lintas budaya.

3. Chonie Prysilia – Kosong (Film Animasi)  – Kategori Akses.

Dengan film animasi yang ia buat, Chonie menciptakan jembatan bagi permasalahan masyarakat yang seringkali mengintervensi hak-hak yang dimiliki oleh perempuan atas tubuhnya sendiri. Diharapkan tingkat kesadaran bahwa sejatinya perempuan lah yang memegang kendali atas hidupnya – dan melahirkan bukanlah satu-satunya fungsi tubuh seorang perempuan – juga turut meningkat.

4. Indah Fikriyyati – Art Exhibition “Santriwati dan Giraffes Kingdom” (Seni Rupa) – Kategori Akses.

Indah menyediakan ruang lebih bagi para santri perempuan untuk terus berkarya di bidang seni kreatif melalui proyek yang dirinya jalankan ini.

5. Agnes Serfozo – Revitalisasi Akses Panjak Perempuan Dalam Seni Seblang (Seni Pertunjukan) – Kategori Akses.

Sinden asal Hongaria ini menghidupkan kembali peran panjak (pemain gamelan) perempuan dalam bidang seni seblang yang menjadi ritual dalam kehidupan masyarakat Osing di desa Bakungan, Bayuwangi.

6. Endah Fitriana – Pembelian Gamelan (Musik) – Kategori Lintas generasi.

Endah kerap aktif dalam mengajarkan nilai-nilai spiritual akan pentingnya keterlibatan masyarakat di dalam lingkungan hidup melalui pendidikan macapatan – seni melagukan atau menembangkan syair tembang atau puisi tradisional Jawa –  kepada anak-anak di daerah Omah Kendeng. Inisiasi penggantian gamelan yang sudah rusak parah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran demi terus menjadi kritis melalui ekspresi kebudayaan mereka.

7. Wenda Maria Imakulata Tokomonowir – Papuan Voices (Film) – Kategori Akses.

Film dokumenter ini menceritakan tentang keanekaragaman hayati dan budaya di tanah Papua – yang mana diharapkan dapat memunculkan perspektif baru pada perempuan asli Papua.

8. Delva Rahman – Bakureh Project (riset partisipatif) – Kategori Riset/ Kajian/ Kuratorial.

Delva mengkaji secara mendalam tradisi Bakureh di daerah Solok, serta peran perempuan di dalamnya, agar dapat menyediakan pembelajaran yang tajam terhadap peran sosial perempuan dalam tradisi Bakureh, dan melibatkan lebih banyak lagi perempuan dalam kegiatan kolaborasi dan diskusi.

9. Norci Nomleni – Pengembangan Kreativitas Dalam Budaya Timor (Tenun) – Kategori Kerjasama/ Kolaborasi.

Melalui karyanya tersebut, Norci membuat barang dari bahan daur ulang dan juga modifikasi motif tenunan demi melestarikan serta membawa inovasi terhadap nilai-nilai budaya lokal Timor, sehingga dapat juga meningkatkan kreativitas dan ekonomi kelompok tenun di berbagai pelosok desa.

10. Intan Andaru – Penulisan Novel Tentang Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat (Sastra) – Kategori Perjalanan.

Perjalanan penulis untuk mengunjungi tempat-tempat yang jauh darinya kerap dilakukan, tapi terlampau sering terjadi di tempat-tempat wisata dengan alam yang cantik-nyaman dan kebanyakan di luar Indonesia. Proyek ini penting karena keluar dari pola yang lazim itu. Intan Andaru yang memiliki profesi sebagai dokter sekaligus penulis yang ingin menggali pengalaman masyarakat di tempat yang jauh dari jangkauan fasilitas teknologi dan kesehatan, yang diharapkan riset ini dapat membantunya menghasilkan cerita yang kaya dengan pemahaman akan faktor-faktor yang saling tarik-menarik mempengaruhi kehidupan perempuan: kehidupan keluarga, adat dan ekonomi politik.

10. Septina Rosalina Layan – Mendokumentasi Nyanyian Tradisi suku Yaghai (Etnomusikologi) – Kategori Riset/ Kajian/ Kuratorial.

Di proyek ini Septina melakukan proses rekaman dan pencatatan daftar nyanyian yang dimiliki oleh Kabupaten Mappi sebagai cara untuk memperluas pemahaman keragaman budaya di Papua melalui nyanyian tersebut.

11. Erni H Aladjai – Ramuan Nenek (merawat perempuan pasca bersalin secara alami) (Kolaborasi Intradisipliner) – Kategori Kerjasama/ Kolaborasi.

Erni mendokumentasikan secara ilmiah pengetahuan pengobatan alami yang diturunkan oleh neneknya sehingga dapat membahas isu kesehatan perempuan dan dasar pengetahuan mengenai pengobatan alami yang seringkali  didominasi oleh industri dan mitos kultural. Hal ini bertujuan untuk melihat ilmu kesehatan tradisional sebagai pengobatan alternatif tanpa harus disangkutpautkan dengan mitos maupun klenik.

12. Lia Anggia Nasution – Penelitian Sejarah Pers Perempuan Sumatra Utara (Penelitian) – Kategori Riset/ Kajian/ Kuratorial.

Lia melalui proyeknya ingin mendokumentasikan jejak keberadaan dan kontribusi jurnalis perempuan di Sumatera Utara yang sudah ada semenjak masa pergerakan kemerdekaan dengan melakukan riset mendalam terhadap permasalahan utama yang dihadapi oleh jurnalis yang disebutkan tersebut pada periode 1900-1950-an.

13. Nanik Indarti, S.Sn – Aku Perempuan Unik (Teater Dokumenter) – Kategori Kerjasama/ Kolaborasi.

Di dalam dokumenter teaternya tersebut, Nanik memperlihatkan pandangan dan pemikiran yang dimiliki oleh kumpulan pekerja seni perempuan yang menyandang achondroplasia – gangguan pertumbuhan tulang yang ditandai dengan tubuh kerdil (dwarfisme) dan tidak proporsional – yang seringkali dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai minoritas. Diharapkan dari proyek ini akan muncul perspektif yang lebih luas akan kesetaraan gender dan difabel di lingkungan seni.

15. Rhidian Yasminta Wasaraka – Perempuan Perkasa Kesetaraan Gender Pada Budaya Suku Korowai (Etnografi) – Kategori Riset/ Kajian/ Kuratorial.

Proyek ini sangatlah penting, terutama di tengah budaya patriarkis di Papua dan penggambaran suku Korowai yang dilihat sebagai masyarakat terbelakang. Masih terjadi ketidaksetaraan kehidupan antar gender di dalam Suku Korowai, dimana peran dan posisi perempuan Korowai belum terlalu dianggap. Karena itu Rhidian melakukan proyek ini dengan mengenal lebih dalam kondisi masyarakat Korowai (dimulai dari tahun 2003) agar dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat di luar sana untuk mengenali keragaman dan kearifan budaya Papua.

Untuk daftar lengkap para penerima hibah lainnya, dapat dilihat langsung di siniwhiteboardjournal, logo