Album “Nasir”, Sebuah Comeback Terbaik Datang dari Nas

Music
23.06.18

Album “Nasir”, Sebuah Comeback Terbaik Datang dari Nas

Nas kembali meramaikan industri musik dengan album solo ke-11 nya yang bertajuk “Nasir”.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Carla Thurmanita

Foto: Twitter

Setelah melewati waktu hiatus yang cukup lama, penyair sekaligus rapper Nasir Jones yang dikenal dengan nama panggung Nas kembali meramaikan industri musik dengan album solo ke-11 nya yang bertajuk “Nasir”. Dirinya mengajak Kanye West untuk bekerja sama selaku produser utama untuk albumnya kali ini, sekaligus menjadi salah satu proyek rilisan G.O.O.D MUSIC yang dikerjakan secara beruntun dalam beberapa bulan belakangan ini. Berikut beberapa poin yang dapat menandakan album “Nasir” sebagai hasil bentuk comeback yang solid dan juga tepat bagi Nas.

Masa penantian panjang selama 6 tahun
Setelah merilis album terakhirnya yakni “Life is Good” pada tahun 2012, kehadiran musik baru dari salah satu ikon rapper legendaris 90-an satu ini tentu menjadi salah satu rilisan musik yang paling diantisipasi di tahun ini. Berita tentang album terbaru Nas sebenarnya telah terdengar sejak tahun 2016, ketika dirinya mengeluarkan statement “Nas album done” di salah satu verse pada album “Major Key” milik DJ Khaled. Belum lagi dengan jejak yang ditinggalkan oleh Nas sebelumnya di salah satu albumnya “Illmatic” di tahun 1994 yang sering disebut sebagai album hip hop terbaik sepanjang masa, baik para penggemar Nas sendiri maupun penikmat musik pada umumnya, turut menantikan apakah Nas dapat mengulang kembali kesuksesan proses kreatifnya terdahulu. Dan lewat “Nasir”, Nas pun terbukti mempertahankan statusnya di skena hip hop hari ini.

Penggunaan konsep 7 deadly sins yang matang
Album Nasir dapat dikatakan sebagai salah satu karya paling konseptual yang pernah Nas buat di sepanjang perjalanan karirnya. Meski terkesan hanya mengikuti tiga Wyoming-produced album sebelumnya – “Daytona”, “ye”, dan “Kids See Ghosts” – penyusunan tracklist dengan total sebanyak tujuh lagu dilakukan bukan tanpa alasan. Di sini Nas mendiskusikan masing-masing jenis dari tujuh dosa pokok yang direpresentasikan di setiap lagunya. Seperti halnya track “Bonjour” yang berhubungan dengan hawa nafsu (lust), dan “Not For Radio” yang membicarakan perihal sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dicapainya (greed).

Penulisan lirik yang timeless
“Never sold a record for the beat / it’s my verses they purchase / Without production I’m worthless / But I’m more than the surface”

Potongan lirik di atas yang diambil dari salah satu track, “Simple Things” dapat sedikit menggambarkan imej Nas sebagai seorang rapper. Jika didengarkan dengan seksama, beat production di dalam lagu-lagu Nas bukanlah suatu produksi yang stand out jika dibandingkan dengan nomor-nomor hip hop lainnya. Namun di luar itu, kemampuan lirik dan storytelling Nas merupakan salah satu yang terbaik di antara yang lain. Melalui pemilihan dan permainan katanya, ia mampu memberikan gambaran yang cukup jelas secara konteks akan topik yang ingin ia sampaikan di lagu-lagunya.

Menggunakan pendekatan tema yang relevan
Nas dikenal dengan karakternya dalam bermusik yang vokal terhadap permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya, terutama hal-hal berkaitan hak hidup masyarakat Afrika-Amerika. Dan karakter ini tetap dibawakannya di dalam album “Nasir” di mana tema isu sosio-politik yang terfokus pada isu rasial, kekerasan senjata, hingga konflik agama dibahas secara konsisten oleh setiap lagu di album ini. Salah satunya adalah ketika Nas menyentuh topik mengenai kasus dua pria Afrika-Amerika yang ditangkap di Starbucks Philadephia pada bulan April lalu di dalam verse pada lagu “Everything” – “Who knew I would grow to meet presidents that respect me? / If Starbucks is bought by Nestlé, please don’t arrest me / I need to use your restroom and I ain’t buy no espresso” – dan secara lantang menjelaskan kekerasan pihak polisi terhadap masyarakat berkulit hitam, khususnya terhadap generasi mudanya, yang masih terus terjadi hingga saat ini di nomor “Cops Shot the Kids”.

Porsi line up feature dan keahlian produksi khas Kanye West sebagai pelengkap
Selain lirik dalam album “Nasir”, kekuatan aspek tersebut dilipatgandakan dengan para daftar kolaborator yang cukup menarik. Mulai dari vokal unik milik roster andalan baru G.O.O.D MUSIC yaitu 070 Shake yang belakangan ini juga kerap diikutsertakan dalam proyek album “Daytona”, “ye”, dan “Kids See Ghosts” hingga kehadiran Caroline Shaw, P. Diddy, dan penyanyi R&B veteran, The Dream. Namun nilai utama tetap terletak pada keseluruhan album yang diproduksi oleh Kanye West. Perpaduan antara identitas old school hip hop yang lekat pada musik Nas dengan gaya produksi Kanye West yang cenderung eksperimental tentu akan menghasilkan sesuatu yang segar dari kolaborasi antar dua musisi ini. Premis tersebut dapat dibuktikan dengan bebunyian instrumental dan penggunaan sampling yang fenomenal tanpa harus menutupi keapikan flow milik Nas yang muncul dari awal hingga akhir album.whiteboardjournal, logo