Cerita Naela Ali Menghidupi Peran Ilustrator dan Penulis

Ideas
14.08.18

Cerita Naela Ali Menghidupi Peran Ilustrator dan Penulis

Kami berbincang dengan Naela Ali tentang cerita di balik eksplorasi karyanya hingga kiat untuk terus menjadi relevan di tengah maraknya persaingan hari ini.

by Amelia Vindy

 

Foto: Naela Ali

Melalui ilustrasi, Naela Ali memperkenalkan dirinya dan kini telah menjadi salah satu nama emerging artist lokal yang sangat mencuri perhatian. Menggunakan cat air, Naela kerap menjadikan medium ini sebagai ruang baginya untuk menumpahkan isi pikiran. Hasilnya, saat ini Naelah telah berhasil merilis 5 buku dan memiliki sebuah brand bernama Asobi. Untuk mengenal lebih jauh sosok seniman visual art yang satu ini, kami berbincang dengan Naela tentang cerita dibalik eksplorasi karyanya hingga kiat untuk terus menjadi relevan di tengah maraknya persaingan hari ini.

Ilustrasi telah menjadi identitas yang sangat melekat dengan diri Naela. Awalnya adakah medium lain yang Anda eksplor, sebelum akhirnya memilih ilustrasi sebagai medium yang Anda tekuni hingga hari ini?
Menggambar sudah jadi passion saya sejak kecil. Sehingga sewaktu kuliah, saya memutuskan untuk mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual. Di sana saya belajar banyak mengenai dunia visual. Mulai dari Ilustrasi, fotografi, audio visual, dan lain-lain. Namun, saya tahu bahwa ilustrasi adalah favorit saya. Walaupun kami hanya dibekali ilustrasi manual basic-nya saja dan lebih banyak menggunakan teknik digital, tapi saya selalu mencoba untuk menggunakan teknik manual. Menyenangkan rasanya ketika bisa mengekspresikan diri dan mengamati sekitar lalu menjadikannya lebih indah melalui goresan tinta dan warna.

Naela banyak melakukan eksplorasi tema saat berkarya, namun jika diperhatikan, kebanyakan dari gambar Anda lebih sering memperlihatkan sebuah emosi lewat detail ekspresi dan juga mimik. Apa yang membuat Anda tertarik mengilustrasikan hal tersebut?
Saya ingin karya saya memiliki ‘emosi’ sehingga membuat orang yang melihatnya akan merasakan apa yang dirasakan oleh subjek dalam gambar saya.

Tidak hanya menekuni bidang ilustrasi/gambar, Naela juga menekuni profesi penulis yang telah merilis 4 buah buku. Apa yang membuat Naela memutuskan untuk menggabungkan kedua hal tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah karya?
Waktu kecil, saya suka sekali berimajinasi di atas kertas, contohnya bermain boneka-bonekaan, namun dalam bentuk gambar. Sambil menggambar saya sambil berbicara tentang apa yang dirasakan atau diucapkan si tokoh. Saya terus berimajinasi, menggambar dan menulis sepulang sekolah. Dua hal tersebut adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Meskipun saya sempat ragu, ingin fokus di dunia menulis atau menggambar, namun pada akhirnya saya memutuskan untuk menggabungkan keduanya. Karena, kenapa tidak?

Meskipun buku ilustrasi bukanlah sebuah hal yang baru, nilai lebih apa yang dimiliki oleh karya Anda yang membuatnya dapat bersaing bersama pelaku dengan disiplin serupa?
Karya saya selalu mengekspresikan diri saya, dengan warna-warna dan tulisan yang hangat. Sehingga pembaca dapat merasakan kehangatan tersebut melalui karya saya dan membuat mereka merasa tenang ketika membacanya.

Menurut Anda seberapa penting peran relevansi sebuah karya dengan para penikmatnya?
Sangat penting, karena ketika penikmat dapat merasakan emosi dalam sebuah karya dan mampu membangkitkan memori mereka tentang apa yang pernah terjadi atau pernah mereka rasakan, maka karya tersebut memiliki makna personal dan lebih bernilai lebih bagi penikmat.

Kiat apa yang Anda lakukan agar karya Anda dapat terus menjadi relevan?
Latihan dan yang paling penting, jujur terhadap diri sendiri. Buatlah sesuatu yang memang kita sukai dan merefleksikan diri kita, agar karya tersebut memiliki karakter dan selalu konsisten.

Proyek apa yang sedang Anda persiapkan?
Saya baru saja meluncurkan buku ke-5, yaitu “Floating in Space” sebuah kumpulan cerita pendek. Saat ini saya juga sedang fokus dengan brand saya yakni Asobi dan mengerjakan proyek buku berikutnya. Karena saya tidak ingin berhenti membuat buku. whiteboardjournal, logo