Fakta Menarik dari Sejarah FFWD Records

Ideas
23.04.18

Fakta Menarik dari Sejarah FFWD Records

Record label yang didirikan oleh Helvi, Didit dan Marine sejak tahun 1999 ini merupakan salah satu arus penggerak yang mendorong perkembangan industri musik independen Indonesia.

by Amelia Vindy

 

Foto: FFWD Records

Bagi yang mengikuti perjalanan band indie lokal Bandung seperti Mocca, Polyester Embassy, The SIGIT, Homogenic, Teenage Death Star atau RNRM, mestinya nama Fast Forward Records atau yang lebih dikenal dengan FFWD Records sudah tidak asing lagi. Record label yang didirikan oleh Helvi, Didit dan Marine sejak tahun 1999 ini merupakan salah satu arus penggerak yang mendorong perkembangan industri musik independen Indonesia ke arah yang lebih serius khususnya di Kota Kembang. Untuk mengenal record label ini lebih jauh, berikut adalah fakta-fakta menarik yang perlu kita ketahui dari FFWD Records.

Para pendiri FFWD awalnya membuat bisnis clothing
Pertemuan awal Helvi dan Didit tidak diawali dengan ide membuat record label, melainkan mendirikan studio band dan bisnis clothing bernama Reverse – yang pada saat itu juga dibantu juga oleh drummer PAS Band, Richard Mutter. Sejak menjalankan Reverse, musik telah menjadi salah satu esensi penting dijalankannya bisnis ini, dan sebelum FFWD, melalui Reverse Helvi dkk pun sudah pernah merilis band-band luar seperti Cherry Orchard (Perancis) dan 800 Cherries (Tokyo). Sayangnya di tahun 1998 Indonesia mengalami krismon, sehingga bisnis tersebut terpaksa bubar dan lahirlah FFWD Records sebagai lanjutan dari apa yang telah mereka jalankan sebelumnya.

Mempromosikan rosternya dengan membuat acara sendiri
Kepercayaan yang FFWD dapatkan dari para pendengar hari ini bukanlah sesuatu yang mereka dapatkan secara instan, melainkan berasal dari konsistensi yang mereka tawarkan. Usaha awal yang mereka lakukan untuk memperkenalkan para rosternya saat itu adalah dengan menggelar acara yang mereka kelola sendiri atau hari ini lebih dikenal dengan sebutan showcase. Dari sanalah usaha FFWD untuk melebarkan sayap hingga akhirnya karya yang mereka percayai bisa didengar oleh khalayak luas hingga hari ini.

Mengubah pandangan industri musik Indonesia
Pilihan FFWD Records merilis album pertama Mocca merupakan langkah tepat yang membuahkan hasil mengejutkan. Dengan modal awal yang tidak besar, rupanya album pertama Mocca yang berjudul “My Diary” berhasil menjadi breakthrough artist dengan menjual 100.000 keping CD. Prestasi Mocca tersebut rupanya membukakan jalan dan memberikan warna baru bagi industri musik Indonesia, semenjak itulah skena musik Independen mulai diperhitungkan dan mendapat perhatian khusus dari banyak pelaku dan penikmat musik Tanah Air.

Memiliki sub label bernama FFCuts
FFWD Records memiliki sub-label yang memfokuskan diri pada musik rock bernama FFCuts. Sub label ini juga sempat merilis sebuah album kompilasi berjudul “DHR Riot Zone” yang berisikan deretan band internasional eksperimental hingga noise rock seperti Atari Teenage Riot, Hanin Elias, Alec Empire, Patric C, Dj Mowgly, dll.

Mendirikan Soundshine bersama Aksara Records
FFWD dan Aksara Records di awal tahun 2000-an memang menjadi nama-nama pahlawan yang dapat memberikan sajian alternatif bagi para pencinta musik independen. Selain mendokumentasikan band-band independen lokal, FFWD dan Aksara Records bersama-sama sempat menjadi promotor dan menginisiasi banyak acara yang mengundang artis internasional, di bawah nama Soundshine. Di masa kejayaannya Soundshine berhasil membawa nama-nama seperti Mogwai, Jens Lekman, The Whitest Boy Alive, Feist, Grimes dll.
whiteboardjournal, logo