Dentum Unik Django untuk Defile #3

20.04.17

Dentum Unik Django untuk Defile #3

by Febrina Anindita

 

Tur mikro bawaan Dentum Dansa Bawah Tanah kembali hadir dan kali ini merajai kota Bandung. Defile terus menyebarkan semangat party ala mereka dan membawa roster pilihannya dibarengi dengan nama-nama dalam skena underground dance music sebagai bentuk kolaborasi guna menawarkan padanan seleksi lagu pemeriah lantai dansa.

Salah satu pengisi acara untuk Defile kali ini adalah Pujangga Rahseta aka Rhst aka Django. Hadir dengan banyak moniker dan afiliasi; mulai dari Divisi62, DEAD Records, Funkbox Records, hingga The Cru Creatives, Django memiliki ragam referensi musik yang patut diperhitungkan. Kami berkesempatan untuk bertanya tentang apa pembeda karakter antara monikernya serta bagaimana ia mendekonstruksi musik bersama Wahono dan RMP.

Bagaimana awal mula Anda mengembangkan selera musik untuk menyeleksi plat hingga menjadi DJ?
Berkembangnya selera saya awalnya berdasarkan sekadar biar terlihat keren dengar musik aneh di sekolah. Lalu belajar memadukan musik dengan runtutan tertentu untuk didengarkan sendiri, atau saat membuatkan mixtape untuk seseorang. Hal-hal klise tersebut yang akhirnya membuat saya eksplorasi musik yang bermacam-macam.

Sampai sekarang juga bereksplorasi masih menjadi drive utama saya. Akhirnya memutar musik sebagai DJ juga karena ingin memutar musik kesukaan pribadi untuk party-party kalangan teman dekat. Kemudian setelah menemukan serunya sharing musik dengan orang lain lewat DJ set. Lalu jadi keterusan.

Anda memiliki banyak afiliasi dan moniker. Apa pembeda karakter Anda di antara tiap unit tersebut?
Pembedanya mungkin hanya di pendekatan, style dan narasi yang ingin disampaikan lewat musik saja. Pendekatan saya kepada tiap moniker dan afiliasi mungkin lebih seperti mendalami peran. Django sendiri selalu suka musik yang mengandung unsur suara ketipang-ketipung dan dentam-dentum unik.

Bersama Wahono dan RMP, Anda membuat sebuah membuat label bernama DIVISI62 yang memiliki warna musik beragam dari elektronik dance hingga tribal/etnik. Bagaimana jenis musik tersebut mempengaruhi seleksi Anda ketika tampil di belakang deck?
DIVISI62 terbentuk dari pembicaraan panjang di mana muncul ide-ide bersama. In a nutshell, label ini bertujuan untuk mencapai identity diversity. Ketika tampil sebagai konstituen DIVISI62, seleksi saya akan mencoba mendekonstruksi ragam identitas musik dansa elektronik hingga tribal/etnik lokal dan global dengan interpretasi sendiri.

Dalam kompilasi Dentum Dansa Bawah Tanah, Django membuat lagu berjudul Kamseng Riddim. Ada cerita apa di balik lagu tersebut?
Judul Kamseng Riddim muncul karena waktu produksi trek tersebut, saya sedang menunggu datangnya pesanan bubur babi scallop, cakwe, & ubur-ubur dari restoran Kamseng waktu dini hari. Begitu ceritanya.

Banyak yang merasa kalau Dentum Dansa Bawah Tanah kurang merepresentasikan segala range yang ada dalam skena musik dance underground. Menurut Anda yang memiliki ketertarikan pada musik elektronik/dance, musik dance seperti apa yang belum diliput oleh Aldo; selaku inisiator, dan kawan-kawan?
Menurut saya, musik dance dalam skena musik dance underground yang belum diliput/masuk kompilasi ini masih banyak. Tapi keluasan dan kedalaman range berdasarkan genre atau afiliasi bukanlah tujuan utama dari kompilasi ini.

Kompilasi ini adalah potret dari sebagian skena ini sekarang. Artefak skena musik dansa arus bawah tanah dengan menilik beberapa nama yang dipilih menurut preferensi si pembuat. Jadi kalau banyak yang merasa kurang terwakilkan, saya harap akan lebih banyak lagi yang tergerak untuk membuat hal yang serupa dan lebih baik. Biar makin seru.

Defile #3

Sabtu, 22 April 2017
Verde
21:00

Django, Harvy, Android 18
Special guest:
Herta (Scrubs) dan Bagvs (Roofless)

Gratiswhiteboardjournal, logo

Tags