Party Tanpa Eksklusivitas ala Videostarr

03.05.17

Party Tanpa Eksklusivitas ala Videostarr

by Febrina Anindita

 

Terberkatilah mereka yang sempat merasakan kejayaan MTV dan menikmati beragam video klip dengan konsep liar. Mulai dari yang bertema super hip hop sampai spaceship lengkap dengan jumpsuit dan penari latar. Tentu banyak elemen menarik yang membuat musik di sekitar tahun 90-an dan awal 2000 menjadi anthemic dan nostalgic. Terlepas dari aransemen yang diramu untuk membuat lagu-lagu tersebut timeless, kreasi video klip yang muncul kala itu mampu menstimulus imajinasi atau nuansa musik para pop stars secara tepat jitu. Bahkan tidak jarang pula koreografi yang dibuat khusus untuk suatu lagu menjadi sebuah agenda spesial di antara anak muda dahulu kala – karena siapa yang tidak tergerak untuk menghapal tarian di video klip Britney Spears – Oops!… I Did It Again.

Terkait dengan fenomena tersebut, 4 orang sekawan yang dulu bersekolah di San Francisco, Inka, Ames, Andri, dan Try melihat sebuah gerakan counter-culture yang berkembang di sana – di mana sebuah acara tidak melulu bersifat eksklusif. Lalu mereka pun memutuskan untuk mengadaptasi party scene tersebut ke Jakarta. Kami berkesempatan untuk mengobrol dengan mereka terkait party alternatif yang mereka buat, yakni Videostarr.

Bagaimana awal mula ide dibuatnya Videostarr muncul?
Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah melihat banyak party alternatif muncul sebagai respons terhadap kejenuhan EDM clubbing culture di Jakarta. Sementara sebagian besar gerakan counter-culture take pride dalam eksklusivitas memainkan koleksi vinyl yang obscure, kami mencoba untuk mengembalikan sifat inklusif dari sebuah party.

Di balik gerakan counter-culture yang bersifat sing-along, kami juga merasa bahwa genre yang dibawakan masih kurang beragam. Sedangkan, pada saat kami berempat kuliah di San Francisco, kami melihat bahwa scene di sana berani untuk memainkan berbagai macam genre musik tanpa pandang bulu. Berawal dari pengalaman itu, kami ingin menantang ide musik yang dianggap layak untuk party scene di Jakarta saat ini.

Hiburan atau party macam apa yang mau diberikan Videostarr?
Pada dasarnya, Videostarr itu sendiri menyuguhkan party yang mengutamakan presentasi video/visual dan lagu-lagu yang terkurasi.​ Untuk acara Time After Time After Time, kami ingin mengangkat musik pop dengan unsur guilty pleasure sebagai kunci utama. Berangkat dari konsep ini, kami ingin menantang notion publik akan trashy atau tidaknya suatu lagu dan layak atau tidaknya lagu tersebut untuk diputar di scene party. Selain itu, kita ingin menghadirkan nuansa nostalgia yang tentunya feel good dan bisa dinikmati oleh banyak kalangan, mulai dari mature audience sampai Snapchat yang relatif baru di scene ini.

Kenapa video yang ditampilkan fokus pada musik-musik tahun 90-an sampai 2000-an?
Untuk Time After Time After Time, fokus kami memang pada era tersebut, karena kami sendiri dan sebagian besar crowd kami tumbuh dengan beragam video klip MTV pada era emas itu. Kami pernah membaca sebuah artikel mengenai musik nostalgic berjudul Neural Nostalgia oleh Mark Joseph Stern, yang menyatakan bahwa para peneliti telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa otak kita membuat ikatan terhadap musik yang kita dengar saat masa remaja lebih erat dari apapun yang akan kita dengar saat kita beranjak dewasa – hubungan tersebut tidak akan melemah seiring bertambahnya usia kita.

Musik nostalgia, dengan kata lain, bukan hanya fenomena kultural, melainkan perintah neuron. Dan tidak peduli seberapa sophisticated selera kita saat beranjak dewasa, otak kita mungkin tetap mempunyai ikatan pada lagu-lagu yang kita dengarkan selama kita masih menjalani kehidupan remaja. Maka, secara subjektif tentu saja, menurut kami lebih fun video musik pop masa tersebut.

Setelah MTV tidak sejaya dulu, apakah sekarang video masih relevan sebagai bentuk kreasi visual untuk musik?
Di era digital sekarang, video klip masih relevan, tapi mungkin lebih niche audience-nya. Hanya mereka yang memang tertarik dengan visual yang akan do the extra mile untuk mengulik seperti apa sih video klip lagu yang mereka suka.

Seperti apa party yang sebenarnya ingin diraih oleh Videostarr? Apakah seperti di video klip Salt n Pepa – Whatta Man?
Untuk Time After Time After Time, kami ingin atmosfer party yang feel good, nostalgic dan yang terpenting judgment-free, karena kami juga menyelipkan lagu-lagu yang biasanya hanya terdengar di ruang karaoke atau bahkan di kamar mandi. Faktanya, lagu-lagu seperti RATU – Teman Tapi Mesra dan Miley Cyrus – Party In The USA sukses menjadi highlight di acara kami. Untuk ke depannya, kami ingin menjaga element of surprise (baik dari seleksi lagu maupun visual) di setiap acara kami.

Time After Time After Time VOL. 2

Bal-0
Rawdeal
Diskocok

Jum’at, 5 Mei 2017
The Safehouse
21:00whiteboardjournal, logo

Tags