Quick Review: GLOW

03.07.17

Quick Review: GLOW

by Febrina Anindita

 

Foto: The Hollywood Reporter

Salah satu review di akhir Juni lalu membandingkan serial baru ini dengan Orange is the New Black (OITNB) dan dengan lugas menilainya lebih baik daripada serial yang bersetting di penjara khusus perempuan tersebut. Berdasarkan tulisan yang bertebaran, jelas sudah bahwa serial baru bernama GLOW (Gorgeous Ladies of Wrestling) ini hadir, juga dengan isu perempuan. Bertempat di Los Angeles pada tahun 1985, GLOW membeberkan bagaimana pemberian label dan mansplaining pada masa itu masih sangat kuat dan bahkan menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah acara di TV.

Premisnya sederhana saja, sebuah behind the scene dari acara gulat khusus perempuan. Mulai bagaimana sang inisiator mencari perempuan yang tepat, sampai hadirnya seorang produser muda membabi buta memaksakan idenya untuk membuat gimmick dengan stereotip – yang jika diposisikan hari ini tentu sangat offensive. Walau season 1 dimulai dengan cukup aman, publik dibuat penasaran dengan mau ke mana jalan cerita dibawa. Tapi jelas adegan girl-on-girl tidak akan segera mengisi tiap scene, layaknya OITNB.

Adanya Brie Larson dan bahkan Kate Nash sebagai bagian dari “perempuan terpilih” dalam GLOW, membuat serial ini sangat menarik untuk diikuti. Namun sayang, penonton masih perlu meraba di mana letak isu perempuan yang ingin ditonjolkan karena banyaknya sisipan yang bersifat distraktif. Berisi 10 episode, season 1 ini setidaknya mampu membuat penonton untuk belajar melihat sebuah isu dalam konteks tepat. Tapi apakah GLOW lebih baik daripada OINTB? Nampaknya penilaian tersebut dibuat terlalu terburu-buru.

Quick Review GLOW (Season 1): 3/5

GLOW (2017)
Sinopsis: Cerita di balik para perempuan yang tergabung dalam sebuah acara gulat perempuan pada tahun 1985 di Los Angeles. (IMDb)whiteboardjournal, logo

Tags
tv