Menyambut Kelahiran Pertama dari Rahim Sisir Tanah

13.02.17

Menyambut Kelahiran Pertama dari Rahim Sisir Tanah

by Muhammad Hilmi

 

Entah bagaimana, Sisir Tanah menyeruak muncul ke permukaan. Nyaris tanpa promosi – hanya dengan modal post lagu di Soundcloud, ia lalu dikenal dan menjadi bagian dari pergerakan folk generasi baru. Musik bikinannya sederhana, gitar dipetik seperlunya mengiringi vokal yang dibiarkan jujur tanpa olahan, seolah hanya ingin menjadi medium cerita yang dinyanyikan. Tapi justru dengan kejujurannya tersebut ia menyentuh banyak jiwa, membuat nyanyiannya yang menarasikan sarkasme, optimisme, kekecewaan, kemarahan dan jatuh cinta terhadap apapun, termasuk pada berbagai masalah sosial terasa dekat dengan kalbu pendengarnya.

Diawali pada 2010, proyek musik solo asal Bantul ini resmi dijalankan dan dinamai dengan salah satu jenis perkakas pertanian yang biasa digunakan untuk mengolah tanah. Tujuh tahun sudah Bagus Dwi Danto menyanyikan lirik-lirik bekas catatan-catatan personalnya, namun belum ada rilisan fisik yang merekam karya-karyanya. Baginya, salah satu cara untuk menyebarluaskan karya-karyanya adalah cukup dengan memperdengarkannya lewat setiap panggung yang dihinggapinya, ketimbang merangkumnya dalam sebuah album. Namun memang ada yang kurang rasanya jika tidak ada rilisan fisik yang bagi sebagian orang adalah sebuah bentuk eksistensi bagi setiap musisi.

Akhirnya pada tahun 2016, Sisir Tanah memutuskan untuk membuat sebuah album, walaupun bagi Bagus album bukan sebuah tujuan akhir, melainkan sebuah langkah awal menunjukkan konsistensinya dalam bermusik dan harapannya untuk bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Pada penggarapannya, album perdananya Sisir Tanah akan diproduseri oleh LARAS – Studies of Music in Society. LARAS merupakan lembaga kajian musik asal Yogyakarta, yang berisikan nama-nama seperti Rizky Sasono (Risky Summerbee and the Honeythief), Leilani Hermiasih (Frau), Michael H. B. Raditya, Irfan R. Darajat (Jalan Pulang), serta Heditia S. Damanik. Berawal dari menyelenggarakan diskusi, penelitian dan penerbitan tulisan bertemakan musik dalam masyarakat, selanjutnya pada tahun 2017 LARAS, tertarik memperluas batasan kerjanya dengan memproduksi dan mendistribusikan karya-karya musik yang menyuarakan isu-isu kemasyarakatan.

Pada album perdananya ini, Sisir Tanah kerap menggundang sejumlah musisi Yogyakarta untuk berkolaborasi, yaitu Ragipta Utama (Jati Raga), Nadya Hatta (Individual Life), Faizal Aditya Rachman (Answer Sheet), Indra Agung Hanifah (Jalan Pulang), Asrie Tresnady (Log Sanskrit), Yussan Ahmad Fauzi (Log Sanskrit), Erson Padapiran (Belkastrelka), Justitias Jelita Zulkarnain (Benzai Quartet), dan Jasmine Alvinia Savitr. Dengan arahan dari Doni Kurniawan (Alldint, Risky Summerbee and the Honeythief, Music For Everyone) pada awal Februari 2017, Sisir Tanah tengah mengaransemen dan merekam sebelas lagu.

Dengan dibantu oleh sederatan nama-nama tersebut, diharapkan aransemen-aransemen barunya dapat memaksimalkan potensi artistik lagu-lagu Sisir Tanah dalam menyampaikan gagasan-gagasan kemanusiaan versi Bagus Dwi Danto, seperti pada lagu “Kita Mungkin”, “Lagu Hidup” dan “Konservasi Konflik”. Sembari menunggu album ini dirilis, mari mendengarkan lagu-lagu Sisir Tanah di bawah ini.

Tulisan oleh: Amelia Vindy
whiteboardjournal, logo

Tags