Quick Review: Paterson

29.05.17

Quick Review: Paterson

by Febrina Anindita

 

Teks Muhammad Faisal
Foto Nziff

Jim Jarmusch, lewat karya terbarunya bertajuk Paterson, sengaja memberikan keleluasaan tafsir mengenai kisah pasangan di sebuah kota kecil. Tidak berbeda secara esensi dibanding film-film terdahulunya, Paterson menawarkan eskapisme, namun kali ini lebih relatable berkat setting cerita.

Seiring bergulirnya waktu, kedua tokoh utama dihadapkan pada kondisi di mana kenyamanan yang selama ini dirasakan dihadapi dengan fase kemustahilan. Film ini menangkap relasi intim antara keheningan-keheningan yang biasa dialami oleh manusia dalam keseharian, tanpa harus menambahkan tendensi sebagai bentuk artistik.

Lewat film ini, Jim Jarmusch membuktikan kepiawaiannya dalam mentranslasi skenario menjadi mudah dinikmati penonton dari segala kelas. Didukung dengan cast dan alur yang tepat, Paterson menjadi film yang dapat ditonton berulang kali dengan sudut pandang berbeda.

Quick Review Paterson Rating: 4/5

Paterson (2016)
Sutradara: Jim Jarmusch
Sinopsis: Berfokus pada Paterson, seorang pengemudi bus di kota Paterson, New Jersey. Setiap hari, Paterson selalu melakukan aktivitas yang sama dalam rutinitasnya yang sederhana, dia mengendarai busnya di rute yang sama, melihat kiri kanan kota itu melalui spion busnya sambil mendengar orang-orang berbicara di sekitarnya. Dia menulis syair di dalam laptopnya, berjalan bersama anjingnya, lalu berhenti di sebuah bar dan minum bir dan tepat hanya satu gelas saja, kemudian dia pulang ke istrinya Laura. Namun berbeda halnya dengan hati Laura; baginya dunia terasa terus berubah. Sebuah mimpi baru selalu hadir dipikirannya setiap hari. (Film Bioskop)whiteboardjournal, logo

Tags