Quick Review: The Keeping Room

23.10.17

Quick Review: The Keeping Room

by Febrina Anindita

 

Teks: Bintang Adinugorho
Foto: Drafthouse Films

“The Keeping Room” membawa kisah yang gelap dan suram. Tetapi jika ada satu kata yang bisa menjelaskan film ini, mungkin kata itu adalah ‘cantik.’ Setiap bagian dari produksinya tidak ada yang tak enak dilihat, dari pilihan pemeran, latar, sinematografi, audio, bahkan adegan horor yang terjadi di awal film tetap dilakukan dengan indah. Mungkin Daniel Berber sengaja melakukan ini untuk membuat kontras yang baik antara keindahan dan kejelekan. Bahkan kecantikan adalah faktor konflik utama dalam film ini, dikarenakan paras cantik karakter utamanya, Augusta, mempesona dua tentara yang kejam. Akibatnya adalah Augusta, bersama adiknya dan pembantunya, harus bertahan hidup dalam rumah peninggalan orang tua mereka dari teror kedua tentara yang desersi tersebut.

Walaupun nilai produksi yang terjadi di balik pembuatan film ini sangat memikat, cerita yang sederhana justru membuat film ini lebih menarik. Ini bukan sebuah cerita bertahan hidup karena perang ataupun psikopat. Augusta bertahan hidup dari dua orang lelaki yang tertarik kepadanya dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan dirinya. Moses dan Henry bukanlah penjahat yang mengincar kekayaan, bukan juga pembunuh yang mempunyai penyakit jiwa, tetapi mereka adalah dua orang lelaki biasa yang kebetulan menemukan kesempatan. Ini adalah sebuah kondisi yang hingga sekarang pun masih terjadi, di mana lelaki akan melakukan apa saja untuk menenangkan nafsu birahinya jika disediakan kesempatan. Jika kita kesampingkan latar perang bersaudaranya, film ini sebenarnya adalah sebuah cerita nyata tentang ketidaksetaraan perempuan.

Quick Review The Keeping Room: 4/5

The Keeping Room (2014)
Sutradara: Daniel Barber
Sinopsis: Dengan setting perang saudara Amerika Serikat, seorang gadis harus bertahan hidup bersama adiknya dan pembantunya saat mereka diteror oleh dua tentara minggat.whiteboardjournal, logo