Resipro(vo)kasi

29.09.17

Resipro(vo)kasi

by Febrina Anindita

 

Teks: Bintang Adinugroho
Foto: Galeri Nasional Indonesia

Mudah untuk melupakan relasi budaya dan sejarah antar negara Asia Tenggara yang sepertinya mudah terpecah belah. Tanpa menyinggung proses asimilasi yang memang sudah berjalan dengan seiringnya waktu, harus diakui jati diri negara-negara Asia Tenggara lebih didominasi budaya barat dan Tionghoa.

Proyek Condition Report, sebuah program pengembangan kuratorial Jepang dan Asia Tenggara yang pertama kali digagas oleh Japan Foundation Asia Center pada tahun 2015, berusaha untuk membahas pertanyaan itu dengan mengambil tema “What Is Southeast Asia?” Proyek ini mempunyai dua fase: pertama adalah 4 pameran kolaboratif di Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, dan Bangkok yang melibatkan 21 kurator dari Asia Tenggara. Bagian kedua adalah 12 proyek seni rupa yang akan di organisir oleh kurator-kurator muda Asia Tenggara di masing-masing negara mereka. Dengan fase pertama sudah dilewati, fase kedua sudah dimulai dan pameran “Resipro(vo)kasi” adalah salah satu dari rangkaian 12 proyek seni rupa tersebut.

Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan Japan Foundation Asia Center untuk mengadakan pameran bertajuk “Resipro(vo)kasi: Praktik Seni Rupa Terlibat di Indonesia Pascareformasi” pada tanggal 5 hingga 19 Oktober 2017. Pameran ini bermaksud merepresentasikan perkembangan praktik seni rupa terlibat dalam kurun waktu pasca-reformasi hingga sekarang sebagai praktik penciptaan karya ‘alternatif’ dari dominasi karya individual berbasis studio. Bayu Genia Krishbie, sang kurator pameran, adalah salah satu peserta proyek Condition Report dan juga asisten kurator di Galeri Nasional Indonesia.

“Resipro(vo)kasi” bisa diartikan dengan dua cara, “resiprokasi dan provokasi” ataupun “provokasi resiprokal”, yaitu metode komunikasi dan pertukaran gagasan dua arah secara egaliter antara perupa dan publik yang berrelasi langsung dalam proses penciptaan karya/peristiwa seni rupa, —disadari atau tidak— seolah saling memprovokasi satu sama lain. Sepuluh seniman individual dan kolektif akan menampilkan 10 karya dengan pendekatan mereka masing-masing seperti fotografi, instalasi, object, dokumentasi video, arsip, dan performance di ruang pameran. Perupa yang akan membawakan karyanya adalah Moelyono , Angki Purbandono, Wimo Ambala Bayang , Irwan Ahmett , Elia Nurvista , Fajar Abadi , Vincent Rumahloine, Alfiah Rahdini, Jatiwangi Art Factory, dan Cut and Rescue.

Rangkaian Kegiatan:
Press Tour

Kamis, 5 Oktober 2017
Pukul 17.00 WIB
di Gedung B Galeri Nasional Indonesia
Jl. Medan Merdeka Timur No. 14
Jakarta Pusat 10110

Pembukaan Pameran
Kamis, 5 Oktober 2017
Pukul 19.00 WIB
di Gedung B Galeri Nasional Indonesia
Jl. Medan Merdeka Timur No. 14
Jakarta Pusat 10110

Diskusi Meja Bundar
“Seni Rupa Terlibat di Indonesia Pasca Reformasi : Tinjauan Kritis”
Jumat, 6 Oktober 2017
Pukul 14.00 WIB
di Ruang Seminar
Galeri Nasional Indonesiawhiteboardjournal, logo