Senandung Trauma dalam “Menara Ingatan” oleh Teater Garasi

26.05.17

Senandung Trauma dalam “Menara Ingatan” oleh Teater Garasi

by Muhammad Hilmi

 

Teks oleh: Ditya N. Subagja
Foto oleh: Amin Mohamad & Teater Garasi

Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan oleh pergerakan atas dasar konflik. Transisi kekuasaan dari era kolonial dan kemerdekaan menyisakan daftar sejarah yang memuat riwayat perang. Lewat sebuah pementasan bertajuk Menara Ingatan, Teater Garasi membawakan suguhan teater-musik yang mengangkat kembali riwayat-riwayat konflik di tanah air.

Adalah Yennu Ariendra yang menginisiasikan pementasan tersebut. Yennu yang dikenal juga sebagai gitaris dari grup musik Melancholic Bitch ataupun Belkastrelka berusaha mengangkat lagi riwayat konflik tanah air. Ia menceritakan sebuah memoar akan kakeknya yang menjadi korban tragedi 65 pada pengantar pertunjukan. Penampilan “Menara Ingatan” ini didasarkan juga pada riwayat konflik yang signifikan seperti cerita Minak Jinga dan Suku Osing yang dalam sejarahnya selalu menolak dan berkata “tidak” pada kekuasaan yang represif.

Teater Garasi dan Menara Ingatan, melakukan manajemen ruang yang baik untuk menampilkan musik dan teater yang proporsional. Pemain musik, penyanyi, dan para pemain teater berbagi panggung dan memainkan repertoire musik berbarengan dengan gerak dan olah tubuh dan eksplorasi properti. Kecermatan komposisi musik yang dibangun oleh Yennu dan kawan-kawan berangkat dari bangunan musik kontemporer yang beragam lewat perpaduan berbagai alat musik tradisional dan efek suara.

Menarik bisa mencermati bentuk dramaturgi yang fleksibel dengan menggunakan bantuan medium musik. Saat gerak pemain dan repertoire lagu makin liris, selanjutnya tiba-tiba musik dangdut koplo dimainkan dan lampu warna-warni ikut menyoroti menonton. Ada unsur partisipatoris juga di sana, penonton diminta memakai properti topeng hewan berkulit merah dan diminta ikut berjoget. Saat penggambaran konflik mulai kuat dan berangsur liris, nyatanya semua dibuat lupa oleh sorotan kegembiraan dan perayaan. Jika isu konflik biasanya dibawakan pada karya yang eksplisit mengambil contoh, pelaku dan korban menjadi sorotan yang sensitif. Dengan membawa nuansa dan muatan yang disembunyikan, isu konflik menjadi sesuatu yang bisa direnungkan. Begitulah “Menara Ingatan” ditampilkan, memberi ruang refleksi atas konflik tanpa membebani pandangan tertentu.whiteboardjournal, logo