When We Are All Dead Inside, Maybe It’s Time to Mourn the Living
In this Open Column submission, Asiila Kamilia jots down the key in making peace with unspoken goodbyes, and dealing with "ambiguous loss," or the departures of the living.
In this Open Column submission, Asiila Kamilia jots down the key in making peace with unspoken goodbyes, and dealing with "ambiguous loss," or the departures of the living.
In this Open Column submission, Benny Agung made a point on how "prolonging the life" of September Hitam is worth everyone's while: from having our voices heard, to achieving true reconciliation from the state.
Dalam submisi Open Column kali ini, Raffyanda Indrajaya membuktikan bagaimana Bandung tidak seasri ingatan publik akan si Kota Kembang, sekaligus menguliti segala yang tidak tampak dalam berbagai nestapa yang hinggap di berbagai sudut kotanya—meski semua dijabarkan dengan adanya sedikit harapan, dan bukan atas kebencian.
Dalam submisi Open Column kali ini, Hasna Zahratil menuliskan caranya memaknai "keberlanjutan" suatu pertemanan yang bisa lestari di atas pasang surut kehidupan, dan bagaimana cinta platonik memiliki peran dalam mempertahankan pertemanan kita di setiap fase pendewasaan.
Dalam submisi Open Column kali ini, Melati Suryodarmo, selaku Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2024, menuturkan bagaimana filosofi "subak" berperan dalam upaya Indonesia Bertutur untuk merawat budaya Indonesia di pergelaran budaya akbar ini.
Dalam submisi Open Column ini, Muhammad Iqbal Ramadhan, menuliskan pengalamannya saat menghadapi represi aparat seusai demonstrasi Indonesia Darurat. Di sini, ia membahas tentang privilese dan keadilan.