9 Kisah “Pikiran dan Perjalanan” pada Album Kedua Barasuara

Music
15.03.19

9 Kisah “Pikiran dan Perjalanan” pada Album Kedua Barasuara

Menggambarkan berbagai hal yang pernah terjadi di hidup para personel hingga kini.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Vestianty

Foto: Barasuara

Bukan hal mudah untuk memproses sebuah karya menjadi layak disuguhkan serta merupakan satu kesatuan utuh dan menyeluruh. Begitu juga halnya dalam pembuatan sebuah album musik. Banyak proses yang harus dilewati, meleburkan ide-ide menarik dari beragam kepala untuk dijadikan satu. Ini pula yang terjadi pada Barasuara dalam merampungkan buah pikiran mereka. Barasuara pada awal tahun ini akhirnya melangkah untuk menghadirkan album kedua mereka setelah sekitar empat tahun berselang dari kesuksesan album perdana mereka. Dirilis di bawah Darlin Records, album berjudul “Pikiran dan Perjalanan”  ini mulai diformulasikan sejak  2015 lalu dan menggambarkan berbagai hal yang pernah terjadi di hidup para personel Barasuara hingga kini.

Berisikan 9 kisah, beragam tema pun diangkat dalam album mereka kini. “Seribu Racun” yang menjadi lagu pembuka, hadir sebagai perenungan menuturkan bagaimana ketika keraguan menguasai pemikiran yang datang terus menyiksa. Iga Massardi,  frontman dari unit ini yang bertugas sebagai gitaris dan juga vokalis, menyatakan bahwa lagu ini tentang depresi, kala seseorang tidak memiliki jalan keluar karena ia sangat tersiksa dengan pikirannya sendiri. Ditemani dengan iringan musik bergemuruh yang diisi oleh pukulan drum yang  santai hingga menanjak klimaks. Permainan synth gitar pun turut menyambar yang disela-selanya melengkingkan nada. Nama dari album mereka kali ini turut juga menjadi salah satu judul single yang bercerita mengenai suatu pilihan yang tak pernah mudah untuk diputuskan. “Pikiran dan Perjalanan” agak mengendurkan temponya sedikit lebih santai dari lagu sebelumnya, namun tetap dibalut dengan gelegar permainan drum dan gitar elektrik.

Lagu “Guna Manusia” yang sebelum perilisan album ini telah diluncurkan video klipnya hadir sebagai lagu ketiga yang mengangkat tema kesadaran dan kepedulian akan keadaan iklim bumi kita. Lagu lain yang menarik adalah “Tentukan Arah” yang mengalun tenang hingga pada sampai lirik bridge terakhir “Kita teracuni, racuni”, melonjak rasa amarah yang ingin disampaikan lewat lagu ini. Mencoba untuk menjadi unit yang vokal terhadap isu sosial, pada lagu  “Haluan” mereka melantunkan pesan soal maraknya berita bohong, sesuatu yang diberikan berbeda dari apa yang terjadi di lapangan lalu menjadi kultur dan gelombang kebencian.

Namun untuk melengkapi gambaran kehidupan manusia, dua lagu terakhir, “Samara” mengalun sebagai nada pengharapan, antara tenggelam dalam temaram atau bangkit berjalan melawan. Dilanjutkan dengan “Tirai Cahaya”, menjadi penutup syahdu, rangkuman atas semua perjalanan yang ada yang berawal dari seorang ibu. “Tertunduk, bersimpuh. Menyambut hidup. Kau mulai perjalananmu”.

Masih kuat dengan lirik puitis dan berani membuka diri dengan berbagi pengalaman pribadi, patut diakui bahwa isu yang Barasuara angkat di album barunya berhasil mengajak pendengarnya untuk merenungi hidup. whiteboardjournal, logo