Seleksi Karya: Abbas Kiarostami

11.12.17

Seleksi Karya: Abbas Kiarostami

8 Film Pilihan.

by Febrina Anindita

 

The Wind Will Carry Us (1999)
Judul film ini diambil dari puisi karya Forough Farrokhzad, wanita asal Iran yang merupakan penyair dan penulis puisi terkenal yang karyanya dikenal sebagai puisi kontroversi modern. Selain Farrokhzad, “The Wind Will Carry Us” juga sedikit dilumuri dengan puisi karya Omar Khayyam. Menceritakan tentang seorang pria mengendarai mobil mengelilingi sebuah desa bersama seorang anak lelaki membuat kedua pemeran film tersebut bercakap-cakap tentang hidup dan mati. Walau film ini diceritakan dalam penuturan yang relatif lamban, namun bisa dipastikan di setiap menit dan detik dari durasi yang dibungkus oleh Abbas Kiarostami memiliki arti yang mendalam, pastikan untuk mempersiapkan mata, telinga dan pikiran segar sebelum menonton.

Certified Copy (2010)
“Certified Copy” mengajak penonton untuk bertualang di dalam dunia seni dan hubungan antara kedua orang pria dan wanita yang berakhir secara ambigu. Film ini menceritakan tentang kunjungan seorang penulis bernama James Miller (William Shimel) yang sedang berkunjung ke Italia untuk membicarakan orisinalitas karya seni. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita yang tak pernah disebutkan namanya (Juliette Binoche) yang merupakan sang pemilik galeri seni. Perjalanan yang mereka tempuh untuk menggali dan mencari sebuah arti dari orisinalitas memercikkan kasih yang kuat antara keduanya. Walaupun dihiasi dengan ambiguitas, sebenarnya teka-teki di balik dua karakter karya Kiarostami ini adalah kunci dari pesona film ini.

A Taste of Cherry (1997)
Masih menyinggung pada topik hidup dan mati, “A Taste of Cherry” meninggalkan rasa pahit yang kuat di benak penontonnya. Film ini menggambarkan tentang seorang pria yang hendak bunuh diri. Ia menelusuri arti hidup dengan berkeliling bukit kering serta bercakap dengan orang-orang baru. Di sini kita akan berkenalan dengan gaya Abbas Kiarostami yang memang sudah menjadi ciri khasnya, yaitu durasi film yang tidak sebentar, kecintaannya untuk membawa penonton berkeliling di jalanan dan bagaimana ia mengintrepertasikan skala manusia yang penuh esensi, indera, dan rasa menjadi alegori yang sederhana.

Like Someone in Love (2012)
Bernuansa Jepang kontemporer, Abbas Kiarostami menjelajah jauh dari konsep film Iranian, tanpa meninggalkan keelokan karya khasnya. Komposisi dari pengaturan kamera, pengambilan gambar, dialog yang natural, dan juga pilihan latar belakang menghasilkan “Like Someone in Love” sebagai film yang mudah mendatangkan rasa cinta di dada. Tidak luput dari ciri khas ‘drive around’ dan pendalaman latar belakang tokoh, di film ini, perempuan asal Tokyo bernama Akiko – mahasiswi yang menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pekerja seks komersial – bertemu dengan pria tua bernama Takashi. Ditemani putaran lagu karya Ella Fitzgerald, seni dan tema seksualitas, film ini akan membuat kita bertanya-tanya mengenai misteri cinta dan esensi coincidence.

Where is The Friend’s House? (1987)
Yang paling istimewa di film ini adalah kesederhanaannya. Menceritakan tentang seorang anak lelaki sedang mencari rumah sang teman, Kiarostami dengan cerdik menghasilkan petualangan dan pengalaman yang tak terduga. Peristiwa diawali oleh pemeran utama, Ahmed, yang secara tidak sengaja membawa pulang buku catatan teman sekelasnya, Mohamed, mengharuskan Ahmed untuk berkeliling desa mencari rumah Mohamed. Selain mengajak penonton berjalan-jalan di pedesaan di Iran, terdapat pula gambaran era di mana tradisi dan budaya masih sangat kental. Uniknya, di balik adegan pencarian bantuan untuk menemukan rumah temannya, terselip cerita-cerita kehidupan dan latar belakang para tokohnya.

Through The Olive Trees (1994)
Film ini adalah titik awal dari karir Abbas Kiarostami dalam mencapai pengakuan atas namanya, dimana ia membuat karya sinematik yang kuat dan keahlian untuk mengubah kesederhanaan menjadi penuh arti. “Through The Olive Tree” berkisah tentang seorang pria bernama Hossein yang mengajak Tahere untuk bertunangan, Hossein bersikeras meyakinkan Tahere bahwa dirinyalah calon suami terbaik. Meskipun disuguhi dengan aliran romansa, namun kehadiran soundtrack hanya dapat kita dengar di awal dan akhir film. Di balik cerita asmara antara Hossein dan Tahere terdapat segelintir rasa penasaran yang mengajak penonton untuk memustukan apa yang film ini ingin sampaikan.

Ten (2002)
Hanya dengan menyimak trailernya saja, film ini mampu membuat kita mengerti dan menyepakati apa yang akan terjadi di film ini. Di film ini, Abbas Kiarostami bereksperimen dengan tokoh utama seorang wanita dan juga jalan cerita yang unscripted, membiarkan para pemain untuk melakukan improvisasi dari sudut pandang tokoh utama (wanita yang sudah bercerai) dengan tokoh lain (anak kandungnya atau wanita lain). Dengan pergerakan kamera yang minim serta absensi naskah, film ini menjadi salah satu karya Kiarostami yang wajib tonton.

Close Up (1990)
Kiarostami dikenal dengan pendekatannya yang menempatkan dokumentasi dan realita sebagai esensi dari hasil sinematik yang sempurna. “Close Up” adalah salah satu filmnya yang menggambarkan kekuatan ini di sinema. Diangkat dari kisah nyata dengan naskah yang diambil dari berita-berita nyata. Pemain utama di sini bukanlah sebagai karakter/tokoh melainkan sebagai impersonator. Cuplikan populer antara dua pria bersepeda motor sambil menggenggam bunga berwara merah muda berhasil mengangkat film ini menjadi ‘The Top 50 greatest film of all time’ pilihan berbagai kalangan.whiteboardjournal, logo

Tags