Imaginary City

20.11.17

Imaginary City

Melihat Jakarta dari Ruang Paling Personal Rain Chudori

by Muhammad Hilmi

 

Melalui “Monsoon Tiger and Other Stories”, Rain Chudori membuktikan ke dunia literatur bahwa keahliannya dalam bercerita, jauh melebihi umurnya. Kematangannya dalam membawa emosi dan imajinasi adalah kunci. Tak mudah untuk mengikat pembaca dalam kumpulan cerita-cerita cinta pendek yang mengingatkan kepada sureallisme Haruki Murakami, tapi Rain di usianya yang masih sangat muda, melakukannya dengan kompeten. Kalau ada pertanyaan yang muncul selepas membaca buku pertamanya, adalah kapan penerusnya lahir ke dunia. “Imaginary City”, dalam hal ini adalah jawabannya.

Berbentuk novel, kali ini Rain menuturkan cerita cintanya teruntuk Kota Jakarta. Pada lembar-lembar bukunya, kita akan melihat bagaimana seorang penulis kembali pulang ke kota asalnya dan menemukan cinta di sana. Kali ini cinta datang dalam bentuk hubungannya bersama seorang teman lama. Roman lalu tumbuh dari kenangan yang muncul dari sudut-sudut kota Jakarta. Kisah cinta yang mungkin terdengar sederhana ini menjadi lebih indah di tangan Rain Chudori, terutama melalui penuturannya pada setiap paragraf yang hadir jelas secara visual dan juga emosional.

Tentunya, novel ini tak bercerita layaknya roman cinta biasa. Dengan keahlian mengolah rasa dan kata, Rain membawa pembaca pada petualangan yang tak terduga. Pada bab pertama, pembaca disuguhi cerita nyaris sci-fi dengan latar metropolis fantasi yang angker. Namun jika diikuti kata per kata, akan disadari bahwa cerita sebenarnya hidup pada latar yang lebih familiar.

Entah apakah benar ini hanya sekadar fiksi yang terinspirasi dari ibukota, atau mungkin sebuah pengalaman pribadi Rain yang ia ceritakan dengan indah, namun membaca “Imaginary City” membuat siapapun merasa lebih dekat dengan Rain Chudori. Novel ini terasa sangat personal, jauh lebih personal dari apa yang mungkin akan disangka pembacanya.

Tetapi bagaimana pun, fokus terbesar dari buku ini bukanlah kisah cinta antara dua manusia. Tema utama yang ingin diungkit Rain bisa dibilang sebenarnya adalah bagaimana seseorang mengingat kembali masa lalunya. Sosok perempuan muda di sini kembali pulang ke kota asalnya, bertemu dengan lelaki dari masa-masa sekolahnya, dan bersamanya mengitari tempat-tempat yang mempunyai nilai pribadi yang mengingatkan kepada ayahnya, selayaknya seseorang yang menemukan kembali hal-hal yang dulu ia pernah cintai. Bersama dengan novel ini, Rain Chudori mengajak semua pembacanya dalam perjalanan nostalgia yang penuh dengan hasrat di Jakarta.

“Imaginary City” bisa didapatkan di sini.whiteboardjournal, logo

Tags