Wearable Art

21.12.17

Wearable Art

Tips dan Inspirasi dari Liunic on Things

by Febrina Anindita

 

Sekitar tiga sampai lima tahun terakhir, seni semakin sering muncul di perbincangan sehari-hari. Ia hidup di antara pameran yang kini bisa ditemukan hampir setiap minggu di ruang kolektif, galeri, kafe hingga sosial media. Pola demikian kemudian menumbuhkan budaya-budaya baru dimana kesenian tak hanya menjadi elemen sampingan dari keseharian, namun justru menjadi bagian dari keseharian itu sendiri. Salah satu bentuknya bisa dilihat pada bagaimana karya seniman kini tak hanya bisa dinikmati di dinding galeri, tetapi juga sebagai aksesori para penggiatnya, praktik seperti ini kemudian biasa disebut dengan wearable art.

Martcellia Liunic adalah salah satu penggiat wearable art asal Jakarta. Melalui brandnya, Liunic on Things ia memperkenalkan karakter karyanya yang naif, playful, dan penuh warna dalam bentuk patch dan pin. Berdiri sejak tahun 2015, Liunic on Things kini telah berpartisipasi dalam berbagai acara kreatif lokal dan internasional. Dan layaknya seni yang semakin tak terpisah dengan kehidupan urban, karya Liunic on Thing pun semakin sering ditemukan pada acara kekinian. Berikut adalah beberapa tips dari Martcellia tentang inspirasi, motivasi hingga tips berkaryanya.

Inspirasi
Bagi saya, biasanya inspirasi kebanyakan datang dari hal-hal yang bersifat pribadi. Mungkin karena sebenarnya kita, sebagai manusia, memiliki beragam perasaan dan pengalaman yang ingin diceritakan namun tidak mampu menyampaikannya. Dari sanalah, saya berusaha untuk mengeksplor ke medium yang berbeda-beda dan berusaha menjadikan karya saya menjadi sesuatu yang belum banyak dibuat oleh orang lain. Contohnya seperti gambar tangan sendiri yang diaplikasikan ke medium seperti pin resin, dll.

Gagasan dan Pesan dalam Karya
Saya ingin membantu seseorang dalam mengekspresikan perasaannya sekaligus menyampaikan ke audiens bahwa, “Hey, you’re not alone!” Karena terkadang mengekspresikan perasaan sendiri masih terasa seperti hal yang tabu. Saya ingin menyampaikan hal-hal yang sederhana tapi overlooked. Karya saya yang cenderung “cute” dan naif, menentang refleksi kehidupan yang terkadang sudah cukup rumit. Jadi saya ingin membuat karya yang mampu membuat orang-orang yang melihatnya, tersenyum dan tidak terlalu memikirkan makna dari karya saya tersebut.

Motivasi Berkarya
Mungkin karena latar belakang saya sebagai seorang Art Director di sebuah instansi periklanan, saya merasa bahwa karya di dunia periklanan hanya dapat dipahami dan dihargai oleh orang-orang di industri itu saja. Masyarakat terkadang memilih untuk skip ads dan tidak terlalu peduli dengan kerja keras kami dalam membuat sebuah iklan. Kalaupun acara penghargaan iklan diselenggarakan, apresiasi hanya datang dari industri itu saja.

Oleh karena itu, saya ingin membuat sesuatu untuk segmen masyarakat yang lebih luas. Tidak hanya orang-orang di industri tertentu. Saya ingin membuat seni untuk masyarakat. Biasanya seni itu hanya di kanvas dan diperuntukkan bagi kelompok tertentu atau hanya bagi yang mengerti seni. Maka dari itu, saya mau membuat seni untuk semua orang. Bukan berarti saya tidak mau membuat sebuah karya di atas kanvas, namun saya juga suka mengeksplor berbagai medium. Tetapi menurut saya, medium wearable art ini yang pendekatannya yang paling pas bagi masyarakat luas.

Proses Berkarya
Saya juga masih belajar sembari melakukan sih, never stop learning. Saya juga terus mengeksplor medium dan ide-ide baru. Kalau soal menarik untuk dibahas, sepertinya itu merupakan hal yang datang secara sendirinya. Kalau orang suka karya kita, mereka akan membahasnya atau bahkan mengunggah foto produk di media sosial mereka sendiri.

Langkah Sederhana
Pertama, jangan terlalu sering lihat referensi karya-karya lain ketika proses pengerjaan, karena takutnya, apa yang kita lakukan jadi terlalu mirip sama mereka. Kedua, di era digital ini penting untuk share karya dan punya situs sendiri, rasanya memang seram sekali ketika pertama kali mau upload karya kita. Tetapi karena kita tidak bertemu langsung dengan calon pembeli, suka tidak suka merupakan urusan nanti.

Ketiga, menciptakan sesuatu dengan sepenuh hati akan sangat terasa output-nya. Itu akan tercermin walaupun hanya pada gambar-gambar sederhana seperti kartu terima kasih atau gambar packaging kita sendiri saja. Dan itu akan membuat audiens juga merasa senang. Keempat, most of all, don’t be afraid to start! I know it’s hard to start something from scratch but if you start, it all goes down from there! Terakhir, memang terdengar klise, tapi kita harus kerja keras dan percaya akan proses. Mungkin sekarang kita belum sampai di titik yang kita mau, tetapi dengan kerja keras dan proses, at least kita selalu maju ke depan. Tidak ada yang instan, semua butuh darah dan keringat. Ini juga mantra kepada diri saya sendiri ketika sedang merasa insecure.

Bersama GoAheadPeople.id, Liunic on Things membuka kesempatan untuk berkarya dan menuangkan hasil karya dalam bentuk wearable art. Bertajuk “Pin Your Way”, Liunic mengundang publik untuk mewujudkan desain dan karya dalam bentuk pin. Buka GoAheadPeople.id dan temukan berbagai inspirasi dan media untuk mengekspresikan diri. whiteboardjournal, logo

Tags
art