Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Google Arts and Culture

Digitalisasi karya telah memperluas ruang eksplorasi untuk mempelajari dan menjelajahi sebuah karya seni. Selain dengan memberi akses yang tidak terbatas kepada koleksi-koleksi ikonis dari berbagai museum ternama di dunia, layanan seperti Google Arts and Culture juga sediakan fitur Google’s Art Camera Technology yang dapat menampilkan detail sebuah karya dengan resolusi tinggi. Salah satunya adalah lukisan “The Last Supper” karya Leonardo da Vinci.

Salinan karya yang telah dipindai oleh Google’s Art Camera Technology ini merupakan salah satu dari 20 karya lain yang merupakan bagian dari koleksi Royal Academy of Arts di London. Lukisan salinan ini sendiri merupakan hasil produksi murid-murid Da Vinci yang bernama Giampietrino dan Giovanni Antonio Boltraffio. Perbedaan dari karya mural asli dan lukisan salinan pun kini terlihat melalui penggunaan medium serta materi. Untuk karya mural asli di Italia, Da Vinci menggunakan cat tempera dengan minyak pada sebuah dinding, sedangkan lukisan salinan oleh kedua muridnya menggunakan metode yang lebih tradisional, yaitu cat minyak pada sebuah kanvas. 

Penggunaan cat tempera pada dinding dan cat minyak pada kanvas pun memiliki efek jangka panjang yang berbeda. Tidak seperti karya asli, lukisan salinan pada sebuah kanvas memiliki kemampuan untuk merekam detail dengan lebih tajam serta tahan lama. Beberapa di antaranya yang terungkap oleh Google’s Art Camera Technology adalah sebuah tempat garam yang dijatuhkan oleh sosok Judas Iscariot, penggambaran kaki Yesus, serta jari Thomas yang sedang menelunjuk. 

Bagi yang penasaran akan “The Last Supper” ataupun 20 lukisan lainnya dari galeri Royal Academy of Arts London, kunjungi situs resmi Google Arts and Culture untuk mempelajari lukisan tersebut dengan lebih dekat.