Kembali Setelah 4 Tahun, Jakarta Biennale 2021 Bawa Tema ESOK sebagai Optimisme di Tengah Pandemi

Art
03.12.21

Kembali Setelah 4 Tahun, Jakarta Biennale 2021 Bawa Tema ESOK sebagai Optimisme di Tengah Pandemi

Membawa tema penuh optimisme ‘ESOK’, Jakarta Biennale 2021 gandeng berbagai pihak untuk berkontribusi dalam mendorong kontribusi industri seni untuk perubahan sosial, terutama berkaitan dengan pandemi.

by Shadia Kansha

 

Tulisan: Hafiza Dina
Foto: Instagram Jakarta Biennale

Kabar baik datang dari industri kesenian Ibu Kota. Setelah sempat tertunda empat tahun, Jakarta Biennale kembali diselenggarakan dengan mengangkat tema ESOK. Tema pilihan Dolorosa Sinaga, Direktur Artistik sekaligus pematung dan aktivis kemanusiaan, dan Farah Wardani, Direktur Program, ini dipersembahkan khusus untuk warga Jakarta yang telah mengalami begitu banyak hal pada masa pandemi. Namun, ESOK tidak dibawakan dalam intonasi yang pesimistis. Justru, ESOK seakan menjadi ruang berdialog untuk secara optimis membangun masa depan yang penuh harapan, khususnya dalam konteks kontribusi industri seni terhadap kehidupan masyarakat yang dilihat melalui kacamata “peristiwa sosial”. Latar belakang ini pulalah yang mendasari pemilihan kata “esok” yang diambil dari kata “besok” sebagai tema. Terdapat harapan akan masa depan; terdapat urgensi dan doa untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik segera, di balik kata tersebut.

Menggaet tiga kurator, Grace Samboh dan Sally Texania dari Indonesia, serta Qinyi Lim dari Singapura, proses kuratorial untuk Jakarta Biennale 2021 sudah dimulai sejak akhir tahun 2019. Dengan menggunakan pendekatan aktivisme kuratorial, karya seni yang ditampilkan dalam Jakarta Biennale 2021 ditampilkan dalam berbagai medium dan platform, juga dengan memproyeksikan visi dari masing-masing seniman, yang tentu harus beririsan dengan isu ESOK: hak asasi manusia, krisis iklim, keberagaman, pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, diskursus kebudayaan, gangguan digital, dan situasi pandemi.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Jakarta Biennale (@jakartabiennale)


Karya-karya dari 38 seniman asal Indonesia dan internasional akan ditampilkan di beberapa tempat di Jakarta, seperti Museum Nasional dan Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA), serta ruang-ruang publik lain di sekitaran daerah Jakarta Pusat. Tidak luput pula Jakarta Biennale 2021 akan tetap merangkul partisipasi pengunjung secara online, di samping pendekatan offline

Acara yang diselenggarakan mulai dari 21 November 2021 hingga 21 Januari 2022 ini bekerja sama dan mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan: kolektif multidisipliner dari berbagai negara, komunitas, inisiasi warga, NGO, hingga pemerintah berkontribusi untuk aspek yang berbeda. Gudskul dan Sandy Lo memboyong seniman-seniman asal Indonesia dan kolektif dari berbagai negara untuk mengeksplorasi isu-isu keberlanjutan, praktik-praktik kolektif, dan pemikiran-pemikiran alternatif melalui Ring Project yang ditampilkan sebagai salah satu rangkaian acara Jakarta Biennale 2021. Bekerja sama dengan Sekolah Pemikiran Perempuan, satu-satunya kegiatan seni kontemporer nirlaba besar di Jakarta ini juga akan menyelenggarakan konferensi online untuk memperingati Kongres Perempuan Indonesia pada 22 Desember 2021. Sementara itu, sepanjang bulan November – Desember 2021 “#JakartaArtMonth”, Asosiasi Galeri Seni Indonesia dan Art Moments Jakarta Online turut mengambil bagian dengan mengadakan kegiatan dan pameran paralel.

Pemerintah memberi dukungan dalam bentuk yang berbeda: penyediaan ruang instalasi seni offline. Akses untuk ruang-ruang publik di kawasan Jakarta Pusat didapatkan atas dukungan dari Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, sementara pameran di ruang Museum Nasional dan Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA) merupakan perwujudan dukungan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kemitraan antara Dewan Kesenian Jakarta dengan beberapa NGO dan lembaga filantropi seperti Rujak Center of Urban Studies Foundation, SAM Fund for Art & Ecology, dan Jakarta Biennale Foundation, juga merupakan salah satu dukungan terbesar dalam penyelenggaraan perhelatan seni yang sudah hadir sejak 1974 ini.whiteboardjournal, logo