Who, What, Why: 69 Performance Club

Art
15.04.20

Who, What, Why: 69 Performance Club

Sebuah inisiatif dari Forum Lenteng yang menggunakan seni pertunjukan sebagai medium komunikasi dan edukasi.

by Emma Primastiwi

 

Teks: Annisa Nadia Harsa

WHO

69 Performance Club merupakan bentuk inisiatif dari Forum Lenteng, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus kepada studi sosial dan kesenian. 69 Performance Club didirikan oleh para kreatif muda di tahun 2016 dan merupakan bentuk perpanjangan dari organisasi tersebut. Secara spesifik, inisiatif ini memiliki fokus pada penerapan seni pertunjukan sebagai bentuk komunikasi dan cerminan kehidupan nyata. Tak hanya menggelar pertunjukan, inisiatif yang dipimpin oleh kurator Hafiz Rancajale ini juga kerap meneliti studi-studi mengenai performance art dan peranannya dalam sebuah kultur seni dan sosial suatu masyarakat. Pembelajaran tersebut pun kerap dilakukan secara mandiri, dengan mengumpulkan dan menelaah berbagai macam dokumentasi, video, dan workshop. 69 Performance Club percaya bahwa performance art adalah suatu seni yang lebih dari dinamika pergerakan tubuh, tetapi juga sebagai media ekspresi yang bersifat politis.

WHAT

Meskipun berfokus pada seni pertunjukan, 69 Performance Club tak lupa mengedepankan riset dan studi sebagai bagian dari proses mereka. Hal ini dilakukan melalui diskusi sebagai bagian dari kelas mereka tiap minggunya. Komunitas ini juga sering bekerja sama dan menampilkan karya mereka di berbagai institusi kesenian lainnya, seperti Goethehaus, Forum Lenteng, Gudang Sarinah, Ruang Publik, dan Studio Hanafi. Program-program diskusi yang diadakan pun memiliki pendekatan yang kolaboratif dan melibatkan kolektif lainnya, seperti Forest Fringe UK, Teater Garasi Yogyakarta, dan Tranzit – Praha. Guna memperluas cakupan jejaring studi mereka, 69 Performance Club juga turut andil dalam mengadakan tur kunjungan, diskusi, riset, kolaborasi, dan wawancara seniman di berbagai lokasi. Tak hanya tur dalam negara seperti Yogyakarta dan Lombok, komunitas ini juga pernah membawa karya mereka secara internasional di berbagai negara di Eropa.

Semangat berkarya 69 Performance Club pun tak luntur meski kini, layaknya seniman lainnya, mereka dihadapkan pada banyak keterbatasan karena wabah COVID-19. Dalam mengatasi dampak yang disebabkan oleh wabah COVID-19 terhadap iklim seni, 69 Performance Club dan Forum Lenteng tetap berusaha mempertahankan kreativitas di kalangan para seniman. Hal tersebut salah satunya dilakukan melalui “Domestic Formation”, sebuah proyek fotografi performans melalui Instagram mereka. Berkurangnya momentum karena adanya batasan dari wabah tersebut menyadarkan kolektif ini akan pentingnya memanfaatkan waktu senggang yang disebabkan oleh physical distancing untuk merefleksikan diri di ruang domestik. Tak hanya itu, ruang domestik yang mendominasi keseharian banyak orang ini dilihat sebagai sarana berkarya yang optimal. Dengan merekam interaksi antara individu dan ruang sekitarnya, komunitas ini berharap akan bertambahnya pengertian antara satu sama lain. Selaku kurator, Hafiz juga percaya bahwa ruang digital harus dimanfaatkan sebagai ruang ekspresi. Perihal “Domestic Formation”, Hafiz percaya bahwa fotografi adalah medium yang tepat untuk menerjemahkan sebuah karya pertunjukan dari live ke dalam bentuk digital.

WHY

Dari sudut pandang 69 Performance Club, performance art tak hanya dilihat sebagai jenis medium dalam berkarya saja namun juga sebagai bentuk dokumentasi. Tubuh dalam seni performance bukan hanya sebatas pergerakan fisik, tapi juga sebagai bahasa dan wadah kritik dan komentar terhadap isu-isu sosial, budaya, serta politik. Terbukti terbatasnya pertemuan antara anggota dan berhentinya pembawaan penampilan secara langsung selama pandemi COVID-19 bukanlah halangan untuk tetap berkarya. Justru, 69 Performance Club melihat kondisi pandemi ini dengan lensa yang optimis, yaitu sebagai jendela kesempatan untuk bercermin, bernafas, mengambil inspirasi, dan berkreasi dengan bebas. Masa pandemi yang sangat bergantung dengan fasilitas digital pun dilihat sebagai kesempatan untuk mengembangkan ruang digital sebagai sarana berekspresi, entah melalui dokumentasi berupa fotografi ataupun format lainnya yang dapat merekam pergerakan sebuah seni pertunjukan. Bagi 69 Performance Club, seni pertunjukan adalah sebuah peristiwa, yang butuh direkam dan diteliti sebagai sarana pembelajaran dan cerminan.whiteboardjournal, logo