Who, What, Why: Hana Alfikih

Art
15.05.19

Who, What, Why: Hana Alfikih

Berkesenian demi kesehatan jiwa.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Wintang Warastri

WHO

Seorang seniman visual dan aktivis kesehatan jiwa, Hana Alfikih atau yang lebih dikenal sebagai Hana Madness sudah menuangkan berbagai luapan perasaannya lewat gambar-gambar coretan sejak duduk di bangku SMP. Merasakan manfaat doodling sebagai pembantu regulasi kondisi bipolar disorder yang dialaminya, ia pun mulai serius menekuni bidang seni visual yang dirasa menolong kesehatan jiwanya. Karyanya dapat dikategorikan sebagai Art Brut, sebuah genre yang diinisiasi oleh Adolf Wolfli, seorang pasien rumah sakit jiwa di Swiss pada tahun 1899.

WHAT

Hana menghasilkan karya-karya berwujud doodle warna-warni, di mana karakter-karakter yang ia ciptakan diberi nama seperti kondisi mental yang ia alami berikut obat-obat yang ia konsumsi, seperti Sansan dari Xanax, Bipo dan Polar dari bipolar, juga Klomi dan Dumo yang diambil dari beberapa nama obat anti psikotropika. Doodle warna-warni Hana pernah membawanya menjadi delegasi dari British Council di Unlimited Festival London, sebuah festival karya seni yang memuat hasil seni dari orang-orang yang berkebutuhan khusus. Ia saat ini menggawangi proyek film dokumenter “In Chains” yang menceritakan tentang perjalanan dan penemuan mendetailnya saat berkunjung ke Istana SKJ, sebuah komunitas kesehatan jiwa di Cianjur. Berkolaborasi dengan James Leadbitter atau The Vacuum Cleaner, film tersebut ditayangkan di berbagai lokasi di dunia salah satunya di Munich, Jerman dalam sebuah festival bernama “Politic Im Frein Theater” pada November tahun lalu.

WHY

Pernah menjadi korban bullying di bangku sekolah dan sempat ditolak oleh keluarga karena kondisinya, menjadikan perjalanan yang sukar bagi Hana untuk sampai ke penerimaan kondisi mentalnya, terlebih mengarahkan menjadi sesuatu yang produktif. “Dulunya aku selalu melawan. Menolak sama keadaan diri dan selalu menyalahkan orang lain. Sekarang sudah nggak lagi. … Aku fokus berkarya dan menjadikan itu sebagai senjata yang ampuh untuk menjaga kewarasan.” Lewat karyanya, Hana mampu mengubah stigma penyakit mental berikut para penderitanya, mulai dari penanganan kondisi hingga penerimaan dalam masyarakat dan lingkungan sosial.whiteboardjournal, logo