Who, What, Why: Kolektif Dengan Fokus Seni Performans

Art
26.09.20

Who, What, Why: Kolektif Dengan Fokus Seni Performans

Beberapa kolektif pada kategori seni performans dengan para anggota berlatar belakang kesenian.

by Whiteboard Journal

in partnership with British Council - DICE (Developing Inclusive Creative Economy)

Fat Velvet

Who

Fat Velvet merupakan kolektif perempuan satu-satunya di Bandung yang berfokus untuk menyuarakan perspektif perempuan muda. Kolektif ini berisi sembilan orang dengan latar belakang ilmu seni rupa, psikologi, seni teater, dan arsitektur. Fat Velvet juga aktif baik secara personal maupun kolektif sebagai seniman rupa, performans, musisi, dan juga penulis.

What

Fat Velvet berfokus pada penyadaran dan penataan ulang akar tradisi dan sejarah serta menginterpretasikannya melalui perspektif perempuan muda dan seni kontemporer. Beberapa contoh aplikasi konsep dari kolektif ini adalah pertunjukan Ontologi Dedes (2019) dan Butoh Workshop (2019).

Why

Kolektif ini terbentuk karena adanya keresahan yang dirasakan oleh para inisiator yang memiliki kesenjangan perlakuan yang mereka alami sebagai praktisi perempuan. Dengan begitu, Fat Velvet berupaya mencapai kesetaraan dengan mengedepankan perspektif perempuan dalam berkarya dengan harapan dapat membuka wawasan masyarakat terhadap karya-karya dengan perspektif tersebut. Inisiatif ini muncul karena mereka percaya bahwa salah satu faktor penting yang menunjang hidupnya ekosistem kreatif adalah kebaruan perspektif.

Indonesia Art Movement

Who

Indonesia Art Movement menumbuhkan geliat seni tari, teater, dan film di Jayapura melalui program edukasi dan kolaborasi.

What

Indonesia Art Movement memiliki beberapa program seperti IAM MOVE pada pertunjukan, HabitART pada seni rupa dan fotografi, film animasi Sans Day, majalah audio visual IAM MAGZ, dan sebuah program edukasi lintas disiplin bernama Event Organizer yang ada setiap hari Sabtu dan Minggu. Indonesia Art Movement juga telah menyelenggarakan beberapa konser musik seperti Numbay Creative Festival dan Pesta Damai Papua.

Why

Kolektif ini tumbuh karena kurangnya infrastruktur, fasilitas kesenian, dan industri kreatif yang tidak memadai. Pada akhirnya, kolektif ini berkolaborasi dengan pelaku kreatif muda untuk membangun sumber daya manusia, wadah edukasi, serta fasilitas penunjangnya. Edukasi yang ada berdampak besar pada penggerakan industri kreatif di Jayapura. Demi menggerakkan ini, dibutuhkan upaya berjejaring lintas kota agar dapat terus berinovasi dan membangun pasar.

Kala Teater

Who

Kala Teater menggagas dan melakukan program seni dan budaya melalui pentas teater, diskusi, penelitian, pelatihan, dan residensi. Kala Teater juga memiliki dua belas anggota aktif yang terdiri dari sutradara, aktor, penulis, dan karyawan swasta.

What

Kala Teater memiliki beberapa program, seperti Kelas Teater yang mendiskusikan pemikiran dan metode teater tokoh-tokoh teater Indonesia serta Studio Aktor yang menawarkan pelatihan aktor bagi para aktor pemula. Selain itu, terdapat juga festival kesenian tahunan bertajuk Festival Kala Monolog dan Proyek Kota dalam Teater yang merupakan sebuah proyek pembacaan isu-isu kota di mana hasilnya diolah menjadi pertunjukan teater.

Why

Memiliki visi untuk mengasah kepekaan antar manusia, Kala Teater menciptakan karya kesenian yang dilakukan berdasarkan pada isu dan fenomena yang terjadi di publik. Adapun karya yang diciptakan sedapat mungkin menjadi ruang kritik dan refleksi bagi permasalahan publik sehingga visi yang dimiliki dapat tercapai.

Komunitas Berkat Yakin

Who

Komunitas Berkat Yakin (Kober) dibentuk oleh Ari Pahala Hutabarat bersama rekan kampus dari Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung. Komunitas ini berfokus pada penciptaan teater yang bersinggungan dengan disiplin seni lain dengan prinsip pembelajaran dan kesadaran sosial. Dalam komunitasnya, Kober memiliki prinsip “Berpikir serius, bersikap romantik, bertindak rock ‘n roll”.

What

Pementasan perdana Kober dilakukan pada tahun 2002, di mana komunitas ini mementaskan “Nyanyian Angsa” dari naskah penulis asal Rusia bernama Anton Chekov. Sejak itu, pementasan Kober telah berkeliling ke Jawa dan daerah lain di Sumatera. Kober juga mengadakan program lokakarya dan penelitian.

Why

Kober dibentuk atas keinginan untuk keluar dari tempurung kampus. Walaupun demikian, Kober tetap mempertahankan semangat muda dengan menciptakan pementasan yang segar dan seru. Hingga kini, Kober menjadi kelompok yang konsisten dan progresif serta dapat mewakili skena teater Lampung.

Komunitas Seni Lobo

Who

Komunitas Seni Lobo merupakan ruang berkesenian yang mengedukasi anak-anak khususnya pelajar mengenai seni budaya, proses-proses kreatif seniman, serta karya-karya seni budaya. Komunitas ini memfokuskan pada seni pertunjukan, edukasi seni, literasi, serta pengarsipan.

What

Pada bidang edukasi seni, Komunitas Seni Lobo membuka ruang belajar bagi pelajar serta siswa difabel. Dalam komunitas ini, terdapat beberapa program bincang seni yang ditawarkan, seperti Palu Menari (festival tari yang mengundang koreografer muda Sulawesi Tengah), Palu Monolog (festival bagi aktor dan sutradara muda di Sulawesi Tengah), dan Malam Sastra.

Why

Selain mampu menyentuh lapisan masyarakat, Komunitas Seni Lobo juga bisa berjejaring dengan sekolah-sekolah serta institusi maupun instansi yang berkaitan dengan pendidikan dan kebudayaan. Berfokus pada pendidikan kesenian, komunitas ini berupaya melakukan perubahan secara perlahan dalam mengedukasi orang tua dan siswa melalui karya-karyanya.

Nara Teater

Who

Nara Teater merupakan kelompok teater tanpa ruang yang menggunakan tempat seperti halaman rumah, taman kota, hingga pantai di daerah Larantuka, Flores Timur. Kelompok ini dibentuk oleh sutradara dan pengamat teater Silvester Petara Hurit atas dasar upaya untuk menghidupkan iklim kreatif berbasis komunitas.

What

Selain tampil dan mengisi ruang-ruang publik di Larantuka, Nara Teater telah di beberapa festival seperti Festival Teater Cirebon 2017 dan Pekan Teater Nasional 2018 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kelompok ini juga telah berkolaborasi dengan Teater Garasi asal Yogyakarta di ajang kolaborasi teater inter-Asia bertajuk Multitude of Peer Gynts pada tahun 2019.

Why

Tidak adanya ruang untuk berlatih maupun tampil tidak menghentikan semangat Nara Teater untuk terus berkarya. Dengan kondisi tersebut, Nara Teater tetap gigih dengan mengandalkan semangat komunitas yang dimiliki oleh semua anggotanya.

Rewind Art Community

Who

Rewind Art Community merupakan sebuah komunitas seni performans yang lahir di kalangan mahasiswa pendidikan seni rupa Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Beberapa anggota di dalamnya terdiri dari Agus Jemat, Arief NGANGA Darmawan, Ridwan Rau Rau, Mas Indro, dan Rayento Tambunan. Berawal dari sebuah festival dengan nama yang sama, Rewind Art memiliki prinsip kolaborasi, edukasi, dan regenerasi sehingga komunitas ini dapat berlanjut hingga sekarang.

What

Rewind Art Community kerap mengadakan festival seni performans di kalangan kampus UNJ yang mengundang mahasiswa hingga seniman. Kini, Rewind Art telah mencapai gelaran ke-19.

Why

Rewind Art Community merupakan salah satu dari sedikit komunitas di Jakarta yang secara khusus mengadakan festival seni performans. Program yang tersedia diadakan secara progresif dan dinamis serta dapat menjadi sarana edukasi dan ekspresi alternatif bagi seniman muda untuk berdialog mengenai seni performans.

Studio Batu

Who

Studio Batu merupakan kolektif yang berfokus pada penciptaan visual theatre, seni rupa, animasi, dan film (motion picture). Kolektif ini terdiri dari enam belas artis dengan latar belakang film, sastra, sosiologi, arsitektur, antropologi, hingga sistem informatika. Setiap orangnya berkontribusi pada setiap karya sesuai dengan porsi pengetahuan naratif dan teknisnya.

What

Studio Batu memiliki beberapa program utama. Di level kolektif, Studio Batu membuat dua karya, baik pementasan visual theatre maupun motion pictures. Pada level individu, Studio Batu menciptakan program Laboratorium yang mengakomodasi karya-karya pribadi.

Why

Studio Batu terbentuk karena keserupaan pengetahuan dan pengalaman serta tantangan yang dihadapi di zaman ini. Melalui karya dan gagasan yang dibuat, kolektif ini dapat memberikan gagasan mengenai sejarah dan politik sehari-hari melalui pendekatan yang kreatif.

Teater Kalangan

Who

Teater Kalangan mengeksplorasi ruang dan medium alternatif sebagai ruang pertunjukan tanpa mengusung satu gaya pertunjukan tertentu. Dalam komunitas ini, terdapat tiga belas anggota yang berlatar belakang keaktoran, penyutradaraan, tata artistik, hingga musik.

What

Teater Kalangan telah memproduksi 28 pertunjukan, di antaranya adalah “Taksun Asu”, “Tiga Lapis Kesedihan”, dan “Hujan Bulan Juni” di tahun 2018.

Why

Inisiatif Teater Kalangan untuk mengeksplorasi ruang-ruang alternatif membawa iklim segar bagi geliat seni kontemporer Bali. Teater Kalangan juga tekun dalam mempublikasi tulisan-tulisan dalam blog yang mendiskusikan berbagai wacana mengenai dunia teater.whiteboardjournal, logo