Fakta di Balik Pidi Baiq, “Ayah” dari Dilan dan Milea

Ideas
28.03.18

Fakta di Balik Pidi Baiq, “Ayah” dari Dilan dan Milea

Fakta menarik mengenai sosok Pidi Baiq.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Livina Veneralda
Foto: Google

Buku dan film “Dilan 1990” telah melejitkan nama sang penulisnya, Pidi Baiq. Pria yang akrab dipanggil “Ayah” ini pun sebelumnya telah menulis seri buku “Drunken Monster” (2008), “Drunken Molen” (2008), “Drunken Mama” (2009), dan “Drunken Marmut” (2009), sebelum kembali menuai kesuksesan di novelnya “Al-Asbun Manfaatulngawur” (2010) dan seri “Dilan” (2014-2015) dilanjuti dengan cerita lanjutannya “Milea: Suara dari Dilan” (2016). Gaya menulisnya yang nyeleneh dan lanturan humor cerdas menjadi daya tarik tersendiri. Berikut ini beberapa fakta menarik mengenai sosok Pidi Baiq.

Adalah Seorang Pelukis
Meskipun tidak ingin disebut demikian, Pidi Baiq adalah juga seorang pelukis dan seniman. Lulusan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini piawai dalam melukis. Ketika ditanya mengenai motivasinya dalam melukis, Pidi menjawab bahwa yang memotivasinya adalah keinginan untuk bermain cat, selain juga, “Karena ada waktu, karena ada mau, karena ada nyawa.” Bersama dengan bandnya, The Panasdalam, Pidi Baiq membuka Rumah The Panasdalam. Selain berfungsi sebagai markas untuk band The Panasdalam, ruang ini juga memberi tempat untuk berdiskusi, live music, juga sebagai galeri. Lukisan Pidi Baiq yang dijadikan sebagai latar panggung live music tampak mencolok dengan karakternya yang terlihat asal dan kekanak-kanakan namun tetap membentuk paduan yang khas.

Mahir Ilustrasi
Siapa sangka, sebelum mempublikasikan bukunya, Pidi Baiq menerbitkan komik terlebih dahulu. Ia merilis komiknya berjudul “Bandung, Pahlawan Pembela Kebetulan: Kasus Tikus Tarka” pada tahun 1997. Komik ini berusaha membangkitkan kembali kearifan lokal dengan latar kota Bandung. Selain sebagai ilustrator komik, Pidi Baiq juga ternyata adalah ilustrator prangko. Pada tahun 1998 ia bergabung dengan PT Pos Indonesia dan telah menghasilkan kurang lebih 17 judul prangko sejak saat itu. Prangko pertamanya adalah prangko seri cerita rakyat yang merupakan gebrakan desain prangko pada saat itu. Biasanya, desain yang hadir akan berbeda-beda bagi tiap prangko. Namun, Pidi Baiq membuat desain berkesinambungan, sehingga ketika prangko yang satu dijejerkan dengan prangko yang lain, akan terlihat suatu rangkaian gambar.

Vokalis Band The Panasdalam
Ketika kuliah, ia dan teman-temannya memiliki cara sendiri untuk menolak rezim Orde Baru. Alih-alih melakukan demo yang biasa dilakukan mahasiswa kala itu, ia justru bersiasat untuk mendirikan suatu negara bernama The Panasdalam Serikat, suatu negara kecil buatan berukuran 8 x 10 meter. Negara ini berlanjut ke band The Panasdalam di mana Pidi adalah sang vokalis. Selain vokalis, ia juga telah menulis banyak lagu untuk The Panasdalam, di antaranya adalah “Rintihan Kuntilanak,” “Koboi Kampus,” dan “Introspeksi 4 Menit.” Ia juga menulis semua lagu Voor Dilan, soundtrack dari film “Dilan 1990” (2018).

Kepribadian yang Sederhana
Tidak hanya enggan untuk memiliki julukan seperti seniman, pelukis, atau penulis, Pidi Baiq juga merasa tidak nyaman dengan ketenaran. Ia mengaku merasa geli jika diidolakan. Bahkan, ia sendiri yang membubarkan The Panasdalam fans club. Alasannya, ia tidak ingin menjadi sosok yang lebih istimewa yang membuat batasan antara dirinya dan orang lain. Begitu juga cara beliau dalam menyikapi penjualan buku-bukunya. Ia tidak memantau cetakan dan royalti bukunya, bahkan sempat tidak tahu kalau “Dilan 1990” menjadi bestseller.

Penuh Lelucon
Hal ini tentu tidak lagi asing bagi para pemerhati Pidi Baiq. Melalui akun Twitternya, dapat dilihat bahwa Pidi Baiq secara aktif merespon pertanyaan followersnya dengan jawaban yang cenderung asal, namun jika dipikirkan lebih lanjut ternyata masuk akal, membuat orang yang tidak mengerti leluconnya kebingungan sendiri. Keunikan Pidi Baiq tidak berhenti pada tutur kata serta tulisannya, bagaimana ia menamai anaknya pun terdengar absurd. Pidi memberi nama anaknya Timur Langit Hali dan Bebe Bibe Utara. Alasannya? Sesederhana karena itu adalah nama yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Karakter Pidi Baiq memang menarik. Ia hadir sebagai sosok yang hangat dan dekat dengan pembacanya. Perspektinya akan hidup pun terasa ringan dan santai, membawa suasana menyenangkan pada tiap tulisannya. Penerbitnya, The Panasdalam Publishing baru-baru ini mengumumkan bahwa karya teranyar Pidi Baiq, “Helen dan Sukanta,” akan segera diterbitkan dalam waktu dekat.whiteboardjournal, logo