Joko Anwar: Kami Memiliki Tradisi Cerita Hantu yang Kaya akan Ragam

Film
11.11.22

Joko Anwar: Kami Memiliki Tradisi Cerita Hantu yang Kaya akan Ragam

Sebagai salah satu garda depan horor Asia Tenggara, Joko Anwar berbincang dengan NME Asia untuk membahas ketenaran horor asal kawasan tersebut beserta keunikannya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Shania Indah Adiyobikenia
Foto: Press

Sejak awal, sinema Asia Tenggara telah didominasi oleh subgenre horor, yang mengambil inspirasi dari mitos dan cerita rakyat yang kaya di kawasan masing-masing. Dan dalam beberapa tahun terakhir, horor Asia Tenggara telah berkembang melampaui kesuksesan box office domestik dengan memikat penggemar di seluruh dunia. Keberhasilan Pengabdi Setan dalam skala global pada tahun 2017, bersama dengan visi sutradara Indonesia Joko Anwar, telah memicu lonjakan minat pada tradisi supernatural yang khas dan beragam di kawasan Asia Tenggara.

Ketika berbincang dengan NME Asia, Joko Anwar menyatakan apresiasinya terhadap genre horor. “Horor memiliki tempat khusus di hati saya karena saya tumbuh dengan genre tersebut. Ada bioskop kumuh di kampung halaman saya, tepat di seberang tempat tinggal saya di Medan, Sumatera. Jika saya punya uang saya akan selalu menonton film di sana. Tetapi bahkan jika saya tidak punya uang, saya akan tetap pergi ke sana dan menonton dari luar!” ucap Joko Anwar. 

Menurut beliau, maraknya subgenre horor Asia Tenggara di tingkat global diakibatkan oleh koleksi cerita rakyat supernatural-nya yang unik. “Terakhir kali saya periksa – saya membuat daftar hantu dan makhluk mitologis yang berasal dari Indonesia – kami memiliki 44 yang berbeda. Di Asia Tenggara, kami memiliki tradisi cerita hantu yang kaya akan ragam. Kami senang menceritakan kisah-kisah ini kepada anak-anak kami!”

“Ketika saya masih kecil, jika ibu saya tidak menceritakan kisah yang menakutkan, saya tidak akan bisa tertidur,” ujar Anwar. “Jadi itulah budaya kami. Karena kami memiliki perpustakaan horor yang luas dan unik, film kami terasa segar, terutama dari sudut pandang penonton Barat.”whiteboardjournal, logo