Things We Like: Short Films

Film
24.08.20

Things We Like: Short Films

Kumpulan film pendek yang kami sukai.

by Whiteboard Journal

 

Pada “Things We Like” kali ini, kami meng-highlight ragam aktivitas favorit semasa berdiam di rumah. Dengan akses pada tayangan film pendek yang semakin mudah akibat menjamurnya platform streaming, kita tidak pernah kehabisan tontonan yang seru. Oleh karena itu, kami mengumpulkan sederet film pendek favorit. Dari film pendek besutan Denis Villeneuve serta Ari Aster, hingga yang baru-baru ini viral, berikut adalah beberapa pilihan kami. 

M. HILMI
Managing Editor

What:

Indie Bung!

Description:

Siapa yang udah nonton “One Cut of The Dead” (2017) dan terpukau dengan pendekatan film tersebut yang mendekonstruksi penceritaan film? Tapi tahukah kalian kalau di tahun yang sama, anak-anak SMK di Semarang juga membuat film dengan pendekatan yang tak kalah gila? 

Selain mendekonstruksi pola penceritaan, film ini juga mengadaptasi teknik breaking the fourth wall dan jokes yang lumayan meta. Setelah nonton film ini, “Deadpool” akan terlihat biasa saja, dan Edgar Wright mungkin akan terinspirasi. 

FEBRINA ANINDITA
Editorial Staff

What:

 The Strange Things About The Johnsons

Description:

Pasti udah ada yang nulis “Tilik”. Tapi gara-gara itu gw jadi cari film pendek lain. Jadi nemu film pendeknya Ari Aster. Hadahhh.

GHINA HANA SABRINA
Editorial Staff

What:

Song of Avignon

Description:

If you feel like you’re stuck in a rut, in dire need of a thorough reflection on yourself as well as the world around you, go watch this beautiful film by the one and only, Jonas Mekas.

EMMA PRIMASTIWI
Editorial Staff

What:

Tilik / Kembalilah Dengan Tenang

Description:

Berhubung belom ada yang tulis “Tilik”, gue akan pilih “Tilik”. Bodo amat. Gila sih bu Tejo, pecah. Bibirnya pengen gue selotip. Kayaknya kita semua bisa melihat wajah dan mendengar suara nyokap / bude-bude kita masing-masing pas nonton film ini. Sempet merasa keren karena… wow… tanpa subtitle gue bisa ngerti walau cuma dikit-dikit. Ada diskusi kalau film ini mengangkat stereotip negatif tentang perempuan / habit buruk nyinyir / naratif perempuan yang bergantung pada laki-laki, paham sih. Yang waras di sini cuma Yu Ning kayaknya, hahaha. Tetapi, film ini terinspirasi dari kejadian-kejadian IRL, karena realitanya saat kumpul keluarga pasti ada satu atau dua kejadian yang persis sama ibu-ibu ini, dan ternyata yang relate banyak banget. Memang bukan kebiasaan yang baik, dan bahkan menjadi cermin isu yang lebih besar lagi. Tapi keliatan banget dari diskusi, ada perbedaan generasional lah ya? Buat anak-anak “muda” yang lebih terbuka pikirannya kayaknya nggak sampe gosip separah Bu Tejo & friends. Banyak faktor lah yang membuat film ini jadi bahan omongan, kalau gue pribadi menyayangkan ending. Coba ending-nya nggak kayak ending yang sekarang, mungkin lebih ada pelajarannya. 

HONORABLE MENTION: “Kembalilah Dengan Tenang” oleh Reza Fahriyansyah, ini trailernya. Ini film juga bener-bener… Haru, agak “hah?” tapi diakhiri dengan ketawa ngakak. What a roller coaster ride, I’m sure you’ll love it. Although gatau sih bisa nonton dimana. 

MARDHI LU
Graphic Design

What:

Albatross Soup

Description:

Albatross Soup is an animated short film based on a lateral-thinking puzzle by the same name. The puzzle goes like this

A man gets off a boat. He walks into a restaurant and orders albatross soup. He takes one sip… pulls out a gun, and shoots himself to death. So…why did he kill himself?

In the film, a group of participants is tasked to clear this puzzle. You can only solve this puzzle by asking a “yes” or “no” question. It’s a simple, bizzare and dark puzzle which is beautifully animated.

MAR GALO
Marketing & Partnerships

What:

Next Floor – Denis Villeneuve

Description:

No TILIK allowed haha. Rebutan semua. Film pendek ini dah agak lama. Lupa deh pernah recommend atau gak haha. Tapi kalau belum, here we go. Short film yang cukup absurd, menggambarkan suasana santap malam oleh sekelompok pria dan 2 perempuan. Sajian yang dihidangkan adalah daging-daging yang terlihat eksotis dan beberapa cenderung menjijikkan. Mereka terus makan tanpa henti hingga lantai ruang makan rubuh ke ‘next floor’. Apakah ini suatu metafora bahwa orang-orang ini ada di neraka yang menghukum mereka karena semasa hidupnya terlalu rakus? Apakah ini mewakili nafsu manusia yang mengkonsumsi semua secara berlebihan?whiteboardjournal, logo