Pameran “Rainbow Arcade” Rayakan Budaya Queer dalam Industri Gaming

Human Interest
15.01.19

Pameran “Rainbow Arcade” Rayakan Budaya Queer dalam Industri Gaming

Upaya untuk menambah kesadaran akan elemen LGBTQ dalam game yang telah ada sejak lama.

by Ghina Sabrina

 

Foto: Instagram / @miss_leelah

Jika melihat sejarah panjang industri video game, tidak banyak informasi yang dapat ditemukan menyangkut elemen-elemen queer di dalamnya. Padahal, keberadaan konten queer telah muncul tidak lama sejak kemunculan game komersil pertama dalam sejarah. Mulai dari karakter Birdo dari game keluaran tahun 1988 “Super Mario Bros. 2” yang dideskripsikan sebagai laki-laki yang merasa bahwa ia adalah perempuan, hingga game trilogi terbaru dari Robert Yang “Radiator 2” yang mengeksplorasi keintiman dan hal-hal berbau erotik, contoh-contoh seperti ini sayangnya jarang dianggap sebagai bagian dari budaya LGBTQ yang luas.

Untuk pertama kalinya, sejarah budaya queer dirangkum dalam sebuah pameran bertajuk “Rainbow Arcade” yang digelar di Schwules Museum, Berlin. Pameran yang ruangannya dibagi sesuai warna yang ada dalam pride flag ini akan menunjukkan barang-barang yang mencakup lebih dari 30 tahun sejarah media, gambar konsep, modifikasi yang ditulis oleh para fans hingga dokumentasi komunitas online.

Dengan ketiadaan informasi mendalam mengenai sejarah budaya LGBTQ dalam video game, mengakibatkan kemunculan elemen-elemen tersebut pada game kontemporer sebagai suatu hal radikal daripada sekadar tambahan dalam sejarah yang ada. Melalui pameran ini, para kurator ingin mengedukasi sekaligus menyadarkan masyarakat bahwa konten-konten menyangkut LGBTQ ternyata selalu ada dalam game walaupun terkadang tidak muncul secara gamblang.

Rainbow Arcade akan dipamerkan di Schwules Museum hingga bulan Mei 2019. whiteboardjournal, logo