Who, What, Why: Acep Gates

Human Interest
05.02.20

Who, What, Why: Acep Gates

Acep Gates, salah seorang konten kreator Indonesia yang mendobrak pikiran masyarakat akan stigma-stigma negatif seputar pengidap HIV.

by Emma Primastiwi

 

Teks: Yohana Belinda

WHO

Acep Gates adalah salah satu konten kreator di Indonesia yang aktif mengadvokasi soal HIV/AIDS, seks dan komunitas LGBTQI pada channel media sosialnya. Acep Gates sendiri adalah seorang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang telah didiagnosis sebagai pengidap HIV positif sejak tahun 2018. Acep sebenarnya memulai kariernya sebagai konten kreator tanpa sengaja. Pada Oktober 2018, dua minggu setelah dirinya didiagnosis HIV positif, Acep mulai membuat konten di Youtube. Tujuan awalnya hanya ingin mendokumentasikan perjalanan dirinya sebagai ODHA, tapi tanpa disangka dia mendapatkan respon yang positif. Sejak saat itulah Acep kemudian aktif membuat konten yang menceritakan tentang kehidupannya sebagai seorang LGBTQI dan ODHA sembari pula mengedukasi soal HIV/AIDS. 

WHAT

Setelah menerima hasil bahwa ia telah mengidap virus HIV, Acep mulai merasakan diskriminasi karena stigma-stigma negatif HIV/AIDS. Walau sempat merasa putus asa, akhirnya Acep memilih untuk bangkit dan menceritakan pengalaman-pengalamannya dengan membuat konten video di channel YouTube. Dengan kemasan santai, fun, dan mudah dicerna, melalui video-video tersebut, Acep membahas berbagai macam topik seputar seksualitas hingga informasi-informasi penting tentang kesehatan dan perjalanan penerimaan diri setelah didiagnosa HIV. Selain membuat konten seputar HIV dan LGBTQI, Acep juga memiliki yayasan Born To Love Foundation, sebuah yayasan non-profit yang berfokus kepada seputar  isu-isu toleransi dan keberagaman. Hasilnya, Acep pun berhasil meraih penghargaan ‘HIV Hero’ di acara Hero Award Asia Pacific yang diselenggarakan di APCOM (Asia Pacific Coalition on Male Sexual Health) pada tahun 2019 lalu.

WHY

Sebanyak 22.600 orang di Indonesia memiliki HIV dengan persentase 67% pria dan 37% wanita. Beberapa kelompok yang rentan tertular HIV adalah heteroseksual dengan persentase 17% dan homoseksual 18%. Walau tidak memiliki perbedaan persentase yang besar, kelompok LGBTQI malah mendapatkan diskriminasi yang lebih besar. Mulai dari kehilangan pekerjaan, sampai dikucilkan oleh masyarakat, ketakutan akan hal-hal tersebut membuat orang-orang semakin enggan untuk melakukan tes kesehatan. Acep sendiri kerap merasakan stigma-stigma negatif yang sama. Oleh karena itu, dirinya pun terdorong untuk membuat konten membahas seputar HIV dan LGBTQI untuk membongkar stigma, dengan harapan bisa mengedukasi masyarakat tentang realita hidup seorang pengidap HIV. Berkat keberaniannya dalam membuka diri sebagai pria openly gay di Indonesia, ia berhasil menginspirasi orang-orang yang rentan terjangkit HIV untuk lebih memperhatikan kesehatannya. Dengan menciptakan konten yang personal, Acep membuktikan bahwa kehidupan dengan HIV tidak seburuk stigma-stigma negatif yang kini masih hidup dalam masyarakat. Tidak hanya membantu meningkatkan kesadaran akan diskriminasi terhadap pengidap HIV dan kelompok LGBTQI, Acep telah berhasil merangkul mereka yang juga menghadapi kondisi yang sama.

 whiteboardjournal, logo