Logic Lost Merefleksikan Diri Lewat “Forgive Yourself”

Music
09.07.18

Logic Lost Merefleksikan Diri Lewat “Forgive Yourself”

Logic Lost telah merilis album kedua berjudul “Forgive Yourself” di bawah naungan Orange Cliff Records.

by Ghina Sabrina

 

Foto: Logic Lost

Logic Lost, moniker dari musisi elektronik asal Jakarta, Dylan Amirio, telah merilis album kedua berjudul “Forgive Yourself” di bawah naungan Orange Cliff Records. Setelah EP “If I Trust You” rilis di tahun 2017, album ini merupakan sajian baru dari Logic Lost dalam proses mengeksplorasi ambient dan electronic music serta upaya berkolaborasi dengan musisi eksperimental lainnya, yaitu Tesla Manaf di lagu pembuka yang berjudul “Urn”.

Sesuai dengan judul, “Forgive Yourself” dibuat atas dasar penyesalan dan obsesi dari kesalahan masa lalu serta kesadaran untuk menerima apa yang telah terjadi. Lewat album ini, Logic Lost ingin menyampaikan bahwa everything happens for a reason dan seharusnya kesalahan tersebut berfungsi sebagai refleksi untuk memperbaiki diri. Trek “Nobody Wants You to Be Alone” terlahir dari pengalaman saat rasa kesendirian menyelimuti akibat terlalu terpaku pada asumsi negatif tentang dirinya sendiri. Trek ini jelas kental dengan unsur ambient music dan trip hop tersebut, namun keunikan muncul karena untuk pertama kalinya dipadu dengan sentuhan vokal Logic Lost yang minimal serta mendukung nuansa keterasingan yang disampaikan.

Sebaliknya, di trek “The First Thing I See” yang merupakan trek terpanjang dalam album, suasana yang disampaikan telah berganti menjadi tak segelap lagu-lagu sebelumnya. Terkesan lebih cerah, trek ini merepresentasikan rasa optimis yang hadir setelah adanya perubahan nyata dalam diri maupun di sekitar. Seolah-olah sang subjek telah mulai keluar dari rasa kesepian dan siap untuk melangkah kedepan.

Lewat album ini, Logic Lost ingin mengeksplorasi bagaimana caranya untuk melawan rasa ragu atas diri sendiri dan kemudian mengatasinya tanpa harus terpaku pada kata-kata. Memang sulit, namun ia pun berhasil membawa pendengar untuk masuk dalam beragam ruang dengan atmosfer yang berbeda-beda seakan sedang melewati masa refleksi diri.whiteboardjournal, logo