Mengilhami Konstruksi Gerak Tubuh Melalui “Heretics”

Art
08.09.18

Mengilhami Konstruksi Gerak Tubuh Melalui “Heretics”

Mengenal lebih dekat ajaran Shamanism lewat gerak tubuh.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Wienda Putri Novianty
Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

Melalui kacamata Ayelen Parolin, gerak tubuh manusia seutuhnya dikemas menjadi  sistem terstruktur melalui konstruksi gerak yang matematis. Menghadirkan dua performans dan satu pianis, lewat performance art-nya  berjudul “Heretics”,  ia mengajak para pengunjung mengikuti sebuah ‘ritual’ kontemporer dengan iringan musik piano orisinil.

“Heretics” sendiri merupakan hasil interpretasi sang seniman terhadap ajaran Shamanism, yakni ajaran yang mempercayai bahwa roh dapat menyusup kedalam tubuh seseorang. Melalui gerak tubuh, ia mencoba menginterpretasikan perjalanan dari ajaran Shamanism.

Untuk penampilannya di SIPFest, Komunitas Salihara lalu, teater black box yang digunakan mampu mendukung kemegahan koreografi. Ketika lampu teater dipadamkan, lampu sorot perlahan-lahan menyoroti kedua penari di panggung. Diawali dengan gerakan perlahan secara repetitif, penari mulai membentuk gerakan geometri dengan pola segitiga. Sesekali pianis menekan tuts piano dan mengetukkan martil piano dengan nada rendah, seolah-olah mengisi transisi gerak tubuh namun dengan tempo yang tak beraturan.

Secara bertahap, tarian pun mulai dipercepat diikuti dengan presisi gerak yang semakin rumit. Piano yang tadinya sesekali berbunyi mulai ramai dimainkan dan perlahan mengiringi gerak tubuh penarik. Suara piano yang tadinya rendah dan bergema kemudian berdenting ke nada tinggi dan sesekali disisipkan dengan ketukan martil piano. Gerak yang ditampilkan pun mulai beradu dengan bunyi piano dan penonton seakan menyaksikan serangkaian ritual.

Berupa hasil interpretasi dari Shamanism, penonton di dalam teater diajak mengikuti ritual dengan mengilhami bahasa tubuh dari penari. Dengan intensitas gerakan diikuti iringan piano yang tak beraturan, “Heretics” menjadi tontonan yang menantang pengunjung sekaligus penari untuk menemukan sekiranya bagaimana klimaks pada akhir ritual tersebut.whiteboardjournal, logo