Menyelami Jalan Pikir Random Brothers

Music
29.06.18

Menyelami Jalan Pikir Random Brothers

Persiapan Random Brothers untuk Supersonik #27.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Nabila Alfariza

Foto: Winner Giovano Papilaja

Berangkat dari keinginan untuk mengaburkan batas antara musik kontemporer dan visual art, Institute Français d’Indonésie (IFI) mempersembahkan konser Supersonik #27 dengan menghadirkan empat seniman yaitu duo elektronik Random Brothers by Blood (Randy Danistha dan Nara Anindyaguna), Dea Dalila dari Dalilektra, dan Coune (Hilzam Hindami) yang dikuratori oleh Lalune (Amanda Ariawan). Dalam rangka menyambut gelaran tersebut, kami bertanya kepada salah satu anggota Random Brothers, Nala untuk mencari tahu latar kreativitas serta penampilan yang akan mereka tampilkan nanti.

Terdiri dari sepasang kakak beradik, apakah sejak awal memang ada ketertarikan terhadap seni musik?
Iya, sejak lahir kami sudah diinduksi dengan musik oleh orang tua, sehingga akhirnya ini menjadi hobi dan suatu pekerjaan untuk kami.

Terdapat kata random pada nama unit ini. Ada cerita apa di balik pemilihan kata ini? Apakah aransemen musik yang tercipta selalu berasaskan randomness?
Random terinspirasi dari kehidupan yang ada di sekitar kami, dan juga perilaku kami yang random. Percaya atau tidak terkadang bahwa melakukan hal random akan membawa kita kepada sesuatu hal yang kita tidak bisa duga.

Dalam bermusik pun kami juga melakukan hal ini, mulai dari mengoleksi random pattern (#RandomCollection) dan akhirnya kami susun satu per satu dalam jangka waktu tertentu dan menghasilkan aransemen untuk lagu

Random Brothers mengeksplorasi musik elektronik dan modular. Bagaimana proses penentuan jenis musik kalian terbentuk?
Dalam pembentukan jenis musik di sini, pada dasarnya kami lebih mengekspresikan sesuatu yang ada dalam diri kami ataupun yang masih berhubungan dan kami tuangkan itu semua kedalam lagu ataupun performance kami. Contoh untuk EP awal kami yag berjudul “STALK”, terdapat  2 lagu, yang pertama “Let’s Talk About Us” dan “Don’t Stalk”. Ini dua tipe musik berbeda, kalian bisa coba dengar dan rasakan.

Random Brothers memiliki sebuah proyek kolaborasi dengan Dalilektra dan Coune – menawarkan sebuah pengalaman audio visual pada konser Supersonik #27. Apa yang membuat kalian ingin merealisasikan konsep penampilan ini?
Ya ini sesuatu hal yang menarik untuk kami, dan sebenArnya ini juga kesempatan jarang. Di sini kami dikolaborasikan dengan Coune, dimana ia akan mentransformasikan warna dan motorik menggunakan gelombang ultrasonik untuk menciptakan sebuah nada atau menghasilkan bunyi/ suara. Dan kami juga dikolaborasikan dengan Dalilektra yang merupakan ujung tombak dalam mengekspresikan musik kami dalam bentuk seni instalasi hidup yang merupakan metamorfosis evolusi kesadaran manusia. Kami mencoba menyamakan frekuensi melalui berbagai media secara acak namun harmonis.

Di antara banyak kreator, mengapa Random Brothers memilih Dalilektra dan Coune sebagai kolaborator?
Karena kami random, jadi apapun itu yang masih relate dengan kami. Kami akan lakukan itu.

Musisi yang menawarkan musik terdiri dari synthesizer analog dan modular terhitung sedikit di skena lokal. Menurut kalian, apa kendala yang dihadapi sehingga perkembangan musik sejenis ini begitu besar?
Menurut kami, justru sekarang sudah mulai bermunculan artis-artis baru yang menawarkan penampilan livedan membawa beberapa synth-nya. Namun memang ada beberapa kendala, mulai dari effort, baik dari penyelenggara skena maupun dari artisnya saling kurang cocok. Atau bisa juga dari lokasi untuk tampil live butuh ruangan besar dan sound system memadai. Atau dari audiens, beberapa suka yang lebih praktis, dan bisa di “request” (tertawa).

Didukung oleh IFI, konser Supersonik #27 akan menjadi suatu gelaran segar yang menggabungkan teknologi dan seni. Apakah ada nomor atau aransemen khusus yang akan ditampilkan nanti?
Iya, kami menggabungkan semua Random Pattern, Random Texture, Random Frequency dan Random Moment yang nantinya akan dibawakan secara musikal. Dengan format piano, strings, modular, synthesizer, vokal. Kami harap, kami bisa membawa pendengar sampai dengan ke tahap meditasi (theta) dan membuka pola pikir acak dari audiens.

Supersonik #27

30 Juni 2018

18:30

IFI Thamrin

Jl. MH Thamrin No. 20

Jakarta

 

Tiket di sini atau kontak rsvp.randombrothers@gmail.comwhiteboardjournal, logo