Megah dan Menggugah di Konser Tur Asia Bon Iver

Music
20.01.20

Megah dan Menggugah di Konser Tur Asia Bon Iver

Pembuka tahun yang sangat berkesan dari Justin Vernon dan kawan-kawan di konser pertama Ismaya Live di 2020.

by Muhammad Hilmi

 

Meski lebih identik dengan sosok Justin Vernon, sejatinya sejak album selftitled (2011), Bon Iver telah berkembang menjadi unit kolektif yang menyatukan gagasan dari berbagai kepala (meski memang Justin tetap menjadi sosok utamanya). Konsep ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu, hingga kini, panggung Bon Iver terdiri dari 6-7 personel multi instrumentalist yang menghidupkan ragam komposisi musiknya yang terus berkembang dari album ke album. 

Di konser pertamanya di Jakarta kemarin malam, kita diajak berkenalan dengan sosok-sosok lain di Bon Iver dan bagaimana mereka memberikan warna masing-masing di musik yang mereka mainkan. Salah satu sosok paling signifikan adalah Sean Carey, drummer, backing vocal dan multi instrumentalist. Disebutkan bahwa Sean mengunci posisinya di Bon Iver sesaat setelah Justin bernyanyi bersamanya dan merasa bahwa suara keduanya “kawin” saat ia dan Sean terlibat di sebuah tur. Malam kemarin, kita bisa melihat bagaimana Sean memiliki posisi yang istimewa di band dengan instrumentasi dan isian vokalnya yang seolah tak bisa dipisahkan dari musik Bon Iver.

Sosok lain yang juga mencuri perhatian adalah Jenn Wasner (founding member Wye Oak, dan touring member The National & The Decemberist), Jenn memberikan sentuhan menarik, sekaligus menghidupkan suasana dari album “22, A Million” dan “i,i” dengan perannya sebagai gitaris/keyboardist/backing vocalist. Megah juga datang dari Matthew McCaughan, drummer yang memberikan dinamika emosi yang akurat melalui pukulannya yang mantap. Bersama-sama, mereka menjelma menjadi satu unit yang utuh dan tight, serupa unit gospel kontemporer di akhir zaman. Didukung dengan tata cahaya dan tata suara yang mumpuni, megah datang berulang di Tennis Indoor minggu malam kemarin.

Tapi di atas semua itu, Justin Vernon tetap merupakan jiwa utama dari Bon Iver. Saat bermain bersama-sama, ia memberikan garis bawah dari lagu yang dibawakan melalui isian gitar/vokal/keyboardnya. Saat di beberapa lagu bermain sendiri, ia pula tampil magis. Menegaskan kualitasnya sebagai songwriter yang selalu masuk nominasi (dan memenangkan beberapa) Grammy sejak album selftitled-nya. 

Di penampilan kemarin, tak terlalu banyak kata-kata muncul dari ucap Justin Vernon selain beberapa kali berterima kasih atas antusiasme penonton. Hanya satu kali ia berbicara cukup panjang. Justin berbincang tentang kolaborasinya bersama Hollaback Jakarta dalam rangka mengangkat isu soal kesetaraan gender. Ia mengatakan bahwa movement seperti ini penting di era seperti sekarang ini, saat dimana kita harus memperhatikan sesama dan berjuang bersama, “Sometimes, we don’t understand why there’s hate. People hate when they are in pain.”

Hari ini, di lini masa banyak yang menuliskan tentang bagaimana Bon Iver melalui musiknya, telah menemani dalam masa-masa sulit, dan megah di konser kemarin adalah perayaan penting bagi mereka yang telah menyintasi masa-masa sulit itu. Kita mengawali dekade ini dengan banjir, keresahan akan perang dunia tiga, kerusakan alam di mana-mana. Tapi, konser Bon Iver kemarin menunjukkan bahwa sepahit-pahitnya kenyataan, the world is indeed worth fighting for. whiteboardjournal, logo