The Verdict Is In: Pestapora Is Where Worlds Collide
Tentang keberhasilan dan beberapa catatan untuk festival musik Pestapora 2024.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Jemima Panjaitan
Desain cover: Septo Satrio
“OOOOOOH PESTAPORA-” adalah jingle yang bisa punya makna ganda. You either love it, or are tired of it. Saya, sebagai pendatang Pestapora pertama kali, merasakan euphoria yang intens dari irama lagu tersebut. Euphoria ini kemudian berlipat ganda dan datang bertubi-tubi melalui 17 panggung yang tersebar di JIEXPO Kemayoran.
Banyak hal yang menarik mata—ketika memasuki venue kita disambut dengan warna-warni cerah meriah. Ini adalah salah satu festival di mana dekorasinya merubah Gambir Expo sebagai venue secara keseluruhan. Tempat ini sudah sangat sering menjadi tujuan pecinta musik untuk menonton musisi favoritnya, semua posisi dan denahnya mungkin sudah terbayang di benak kita, tetapi mereka berani untuk membawa hal-hal baru yang membuat Gambir Expo tetap segar jaya dengan denah dan konsep buah-buahan à la Pestapora. They successfully transformed the venue to their own established town: Kota Pestapora.
Konsep ‘Kota Pestapora’ ini kemudian menjadi kota singgah yang menyajikan ragam musik di akhir pekan. Wilayah pertama yang pasti akan dijejaki orang adalah ‘Circle Area’, di mana area ini bak area downtown suatu kota kecil. Disini terdapat bejibun aktivitas yang pengunjung bisa lakukan dari main personality quiz di Whiteboard Journal Hall, mencari singgasana (read: tempat duduk) kalau kaki pegal, merefill botol air minum sampai foto-foto di photobox—tapi banyak juga panggung yang memenuhi sisi-sisi samping. Konsep ‘kota’ ini juga bisa dirasakan melalui wajah-wajah pengunjung yang datang, karena beberapa wajah mulai familiar di hari-hari berikutnya, festival ini rasanya seperti satu paguyuban besar.
Suhu menurun dan keramaian semakin memuncak ketika matahari mulai turun. Panas yang dirasakan bukan lagi dari matahari, melainkan dari manusia-manusia berdempetan di setiap venue. Dapat dikatakan Pestapora berhasil memfasilitasi semua selera musik setiap pengunjung yang ada karena setiap venuenya selalu ada saja yang full to the brim. Yang bikin unik, kalau kamu memperhatikan postingan teman-teman kamu di Pestapora, pasti semuanya memberikan gambaran Pestapora yang berbeda-beda. Ada yang penuh dengan musik elektronik di Yes No Klub stage dan Zodiac Experience, reggae di Pesta Pantai by Pon Your Tone, legend-legend Indonesia di Pestapora stage sampai yang hardcore di Paguyuban Crowd Surf. Semua bisa ditemukan di Pestapora.
Lagi nggak mood nonton? Tenang, Pestapora bukan hanya tentang pesta saja. Ketika menyusuri selasar saat bergegas untuk menonton musisi favorit tampil, pandangan tertuju pada tempat reflexology dari Kokuo dan Bengkel Ketok Rambut hasil kolaborasi dengan Hairnerds Studio di mana pengunjung bisa pangkas rambut, bayar sesukanya. Ternyata di sini kamu juga bisa pampering.
Tidak semuanya sempurna, di balik ratusan penampil dan aktivitas, there is always room for improvements. Rundown yang tidak sesuai banyak membuat orang kebingungan dan jadi ketinggalan nonton performers lainnya. Stage yang terlalu kecil untuk performers berkaliber tinggi sampai akhirnya penonton tidak bisa masuk venue atau sampai merelakan harus nonton dari luar yang membuat jalanan jadi padat dan sesak. Ditambah banyak orang kehilangan barang pribadinya—salah satunya saat penampilan Superman Is Dead. Ini bisa menjadi pelajaran juga untuk pengunjung di waktu selanjutnya untuk tidak membawa barang-barang mahal atau mewah ketika ber-Pestapora.
Nonetheless, kudos to Pestapora for a proper food venue. Tahun ini, mereka menggunakan seluruh area Indoor Hall sebagai area makan dan minum. Ruangan dipenuhi banyak bangku dan meja, sejuk, sinyal kuat dengan variasi makanan yang luas—dari halal bahkan non-halal juga ada.
Pestapora adalah manifestasi dari keinginan semua individu untuk dilihat dan didengar. Baik bagi penonton maupun performers. Validasi itu terlihat dari bagaimana mereka bisa menyediakan ruang untuk keinginan semua orang dengan line-upnya yang diverse dari market besar sampai niche. Ini juga mendorong adanya eksplorasi terhadap musik baru dan pastinya, apresiasi besar kepada Pestapora karena sudah memberikan exposure kepada musisi dan band yang jarang didengar.