Y-DRA Mengajak Berdansa Tanpa Berpikir Lewat “No-Brain Dance”

W_Music
23.04.19

Y-DRA Mengajak Berdansa Tanpa Berpikir Lewat “No-Brain Dance”

Rilisan yang berkaitan erat dengan tradisi lokal dan gejolak sosial politik di masyarakat.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Wintang Warastri
Foto: Yes No Wave

Yennu Ariendra yang telah dikenal melalui Melancholic Bitch dan Belkastrelka, pertengahan April lalu meluncurkan album terbarunya sebagai Y-DRA yang bertitel “No-Brain Dance”, bertepatan dengan tanggal Pemilu. Sebagai proyek solo dari Ariendra, Y-DRA mengeluarkan rilisan album elektronik ini sebagai bagian dari penelitiannya yang berfokus pada musik elektronik dance lokal di Sumatra, Jawa dan Kalimantan dan kaitannya yang erat dengan tradisi lokal dan gejolak sosial politik di masyarakat.

“No-Brain Dance” sendiri terdiri dari 13 trek yang kesemuanya bernafaskan unsur musik rakyat berikut berbagai elemen suara yang familiar dari keseharian bermasyarakat. Dibuka dengan “Sayyidah Sound Sistim” sebagai pengukuhan pernyataan misi Y-DRA untuk mengulik isu-isu kemasyarakatan daerah, trek tersebut kemudian diikuti oleh barisan representasi audio dari berbagai persoalan seperti identitas, modernisasi, dan evolusi budaya seperti trek-trek “Kombatan Aspal Gronjal”, “Order Disorder”, juga “Duel Jempol”. Kemampuan Y-DRA sebagai seniman digital nyeleneh terdengar jelas melalui masuknya berbagai sample seperti tarikan gas motor kopling, barisan rebana hasil permainan grup pengajian ibu-ibu, serta tabuhan kendang kental akan nuansa Pantura ke dalam ritme EDM masa kini. Hasilnya merupakan kreasi yang memang tidak merepotkan otak untuk mencerna, alih-alih mengajak pinggul untuk berdansa seperti seruan khas penikmat dangdut, “tarik, mang!”

Sejak awal kemunculannya, Ariendra konsisten mengeksplorasi suara-suara khas berbagai lapisan masyarakat Indonesia, terutama kaum menengah ke bawah. Jika pada karya-karya sebelumnya; seperti “Raja Kirik”, ia membongkar masa lalu melalui narasi dan legenda yang mengakar kuat seperti kesenian jathilan dan jaranan buto, kali ini ia menelusuri masa kini melalui riset tentang bagaimana musik tradisional beradaptasi dan beralih rupa, dimana jaipong dapat berubah menjadi pongdut, tarling menjadi tarling dangdut, dan angkot-angkot dipenuhi bebunyian riuh angkot house. Berbagai subgenre baru hasil perkawinan tradisi dan teknologi inilah, yang menarik Ariendra untuk terus-menerus dilirik dan diciptakan kembali.

Selain melalui Y-DRA, Melancholic Bitch, dan Belkastrelka, Yennu juga dapat didengarkan saat bermusik bersama Teater Garasi atau Garasi Performance Institute, kolektif laboratorium bunyi WYST (What’s Your Story Today), proyek musik elektronik Amundalu, serta Trauma Irama Record.whiteboardjournal, logo