Taeheon Kim Mendesain Croono, Make Up Brush Khusus Pria

Design
10.08.18

Taeheon Kim Mendesain Croono, Make Up Brush Khusus Pria

Sebuah upaya untuk merekonstruksi konsep maskulinitas melalui objek sehari-hari.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Winona Amabel
Foto: Dezeen

Lulusan Central Saint Martins, universitas seni terkemuka berbasis London, Taeheon Kim berusaha untuk mendobrak batasan gender dengan Croono, merek make up brush khusus pria yang ia buat dalam project kelulusannya. Ia tertarik akan bagaimana desainer dapat membuat pengaruh positif dalam perubahan struktur sosial, pada kasus ini untuk merekonstruksi konsep maskulinitas melalui objek sehari-hari.

Kim menyadari betul bahwa permintaan produk perawatan dan kosmetik untuk laki-laki meningkat pada tahun belakangan ini, namun di sisi lain produk kosmetik yang tersedia masih membuat banyak laki-laki merasa tidak nyaman memakainya. Selama risetnya untuk project ini, Kim menemukan bahwa bahasa desain untuk produk berbasis gender masih menggunakan definisi konservatif dari maskulinitas laki-laki.

Produk yang secara stereotip dipasarkan untuk laki-laki misalkan alat perkakas dan pen knifes, disimpan di sebuah boks, lengkap dengan penempatan yang sudah pasti, diatur sebelumnya, dan diberi label. Sebaliknya produk yang secara stereotip untuk perempuan seperti kosmetik dan peralatan jahit memiliki spesifikasi lebih beragam namun penempatannya dicampur aduk. Karena itulah, konsumen laki-laki seringkali kebingungan ketika masuk ke toko kosmetik karena spesifikasi produknya beragam namun menggunakan penempatan model sederhana.

Akhirnya ia menciptakan Croono, kit make up brush dari kayu pohon ek dengan penempatan yang sudah diatur. Berisi satu handle dan 4 kepala brushes, penggunanya dapat membedakan dengan mudah melalui bentuk, ukuran, dan warna, tanpa perlu ada label di kotaknya sendiri. Kit Croono terlihat kuat namun ringan, menggunakan warna silver dan emas untuk menimbulkan nuansa modernitas serta menghilangkan warna klise gender.

Bagi Kim, ketika membicarakan identitas gender kita mudah terpaku pada pola dari bahasa desain yang terlalu menekankan pada warna, bentuk, dan tekstur. Meskipun Kim mengakui bahwa elemen-elemen tersebut penting, namun ia juga menekankan pada fungsionalitas desain dengan tidak memungkiri keseluruhan identitas gender, seperti pada Croono.whiteboardjournal, logo