Perjalanan Musik bersama Tesla Manaf

17.02.16

Perjalanan Musik bersama Tesla Manaf

Whiteboard Journal (W) berbincang dengan musisi Tesla Manaf (T).

by Ken Jenie

 

W

Bagaimana awal perkenalan Tesla dengan musik?

T

Awal perkenalan saya dengan music, sejauh yang yang saya ingat, adalah ketika balita saat ayah saya sering mendengarkan banyak musik progesif rock dan musik klasik kontemporer. Saya tidak mendengar banyak lagu anak-anak pada masanya, namun kehidupan masa kecil saya amat musikal meskipun tidak ada anggota keluarga saya yang piawai dalam memainkan alat musik. Selain dari ayah, Ibu saya juga sering mendengarkan musik pop era 70’ – 80’an seperti The Carpenters, Madonna, Peter Gabriel dan banyak lainnya. Sedangkan kakak saya menggemari musik keras, dari Sepultura, Soulfly hingga Nirvana.

Setiap ruangan di rumah saya memiliki suara masing-masing. Ruang keluarga didominasi musik dari ayah, dapur oleh Ibu, dan kamar diisi musik dari kakak saya. Keadaan yang demikian mungkin agak memusingkan bagi anak usia balita, namun saya jadi terbiasa mendengarkan musik dari berbagai genre.

W

Belakangan Tesla juga berperan sebagai produser, apakah ada perbedaan ketika berkarya sebagai musisi dan sebagai produser?

T

Banyak sekali, untungnya saya menyukai banyak genre. Hampir semua genre saya suka. Tak hanya suka, saya juga berusaha mendalami berbagai genre tersebut; mendalami dalam arti mencari tahu apa yang khas dan yg patut ditiru dari genre tersebut.

Saya pribadi sebagai musisi kontemporer suka sekali dengan musik klasik yang rumit, tapi saya sadar itu bukan alasan untuk menutup telinga dari lagu-lagunya Katy Perry. Mereka semua musisi favorit saya, tiap genre punya keunikan dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Itu yang membuat saya selalu semangat untuk mempelajarinya.

Sebagai musisi, saat berkarya saya hanya perlu mencari tahu perasaan membawa saya kemana saat menciptakan lagu, sebagai produser saya harus berkompromi dengan musisi lainnya tentu dengan menyisipkan kekhasan saya sebagai produser.

W

Pada artikel di website BBC, musik neoklasikal yang Tesla mainkan dijelaskan dengan kerumitan yang membuat karya yang susah diterima banyak pendengar di Indonesia. Menurut Tesla, karakter musik seperti apa yang lebih didengar oleh orang Indonesia? Dan apakah menurut Tesla musik yang bisa diterima massa adalah deskripsi karakter musik Indonesia sendiri (setidaknya pada jaman sekarang)?

T

Jujur memang agak sulit, bahkan sesama musisipun masih bingung menerima komposisi saya. Hanya saja, saya yakin musik saya bisa diterima di belahan dunia manapun. Meski mungkin hanya sedikit, tapi justru aliran yang demikian bisa menyebar luas dan melahirkan penikmat ‘hardcore’ yang tidak lekang oleh waktu dan genre. Disitulah keyakinan saya membuat musik sebebas apapun. Tidak terpatuk oleh apapun dan opini siapapun.

Sejauh ini, kekolotan saya membuahkan hasil, puluhan negara besar dunia mengakui saya sebagai seniman dan sebagai komposer. Namun untuk menggaet pasar yang lebih luas, saya harus kerja 3x lebih keras untuk menciptakan kesempatan tampil di muka dunia.

Rakyat Indonesia sendiri pun beragam dalam mendengarkan jenis musik. Seni sudah mengalir di dalam tubuh kita sejak ratusan tahun lamanya, itu yg membuat pasar sulit ditebak. Mereka dengan mudah merubah kegemarannya atau menikmati berbagai genre sekaligus hanya dalam hitungan bulan. Itu pula yang membuat saya optimis saat banyak anak muda non-musisi hafal lagu-lagu rumit saya dan rela membeli CD saya langsung dari Amerika atau datang ke pertunjukkan saya.

Pada saat yang demikian, ketika musik itu bagus, apapun genrenya; akan tetap terdengar bagus.

W

Pada umumnya, musik Jazz menekankan pada improvisasi, tapi pada “It’s All Yours”, Tesla justru menekankan pada komposisi yang telah pasti, kenapa memilih pendekatan demikian?

T

Sebenarnya, di “It’s All Yours” banyak Improvisasi didalamnya. Mungkin maksudnya di album ke-5 saya, “A Man’s Relationship with His Fragile Area” yang komposisinya lebih pasti. Kenapa saya memilih pendekatan seperti itu; karena saya suka musik klasik yg teratur dalam menulis komposisi, pasti dan tepat. Namun saya suka ritmik dari musik jazz. Maka dari itu saya tidak menyebut musikdan diri saya sebagai musisi jazz.

W

Musik jazz cenderung memberi sorotan kepada skill bermusik seorang individu, dimana sebuah komposisi adalah tema untuk seorang musisi untuk memperlihatkan kualitas bermain instrumennya. Menurut Tesla, apakah musik neoklasikal yang menekankan komposisi yang pasti membalikkan kecenderungan perhatian ini kepada lagunya sendiri?

T

Masa-masa saya untuk memperlihatkan kepiawaian sebagai seorang gitaris itu sudah lewat waktunya. Sekarang, semuanya tentang musik, kita harus mengagungkan definisi bermusik yang baik, tepat dan sesuai dengan porsinya. Agar musik itu sendiri hidup selamanya, entah di hati komposernya atau di rak CD penggemarnya. Apapun itu, saya harus melepaskan keegoisan saya sebagai seorang ‘soloist’. Saya punya teman bermusik yang gak kalah kerennya, kalo kita jalan bersama; pasti kita akan mencapai apa yg ingin kita capai.

Bukan berarti band atau musik yg menonjolkan keahlian individu itu tidak bagus, dalam kacamata saya musik itu lebih dalam maknanya dibanding hanya seberapa cepat saya memainkan sebuah gitar, seberapa banyak dan rumit nada yg saya mainkan saat pentas. Indah dan tepat, itu yang saya inginkan dari musik saya.

W

Sebagai musisi yang memasukkan elemen tradisi lokal pada komposisi, bagaimana Tesla melihat eksotisme pada karya musik yang sering hanya jadi gimmick supaya musiknya menarik pada pasar internasional?

T

Waduh. Sepertinya ini merujuk ke album “It’s All Yours” ya? Sebenarnya, saya iseng memasukkan aspek musik tradisi pada album itu karena kebetulan pada album itu saya bermain bersama penabuh Gamelan Bali dari Mahagotra Ganesha itu bagus komposisinya. Jadilah rekaman itu.

Banyak sekali pertanyaan seperti ini, tapi saya diterima di pasar Internasional bukan karena ada instrument tradisinya. Jujur saya sendiri sedih dikaitkan dengan itu, karena saya yakin musikalitas Indonesia itu hebat meskipun tidak ada intrument tradisional didalamnya. Tentu dengan adanya elemen tradisi akan membuat musik kita menjadi unik dibanding negara lain, tapi seperti yg saya bilang tadi darah seni sudah mengalir ratusan tahun lamanya. Kita patut berbangga dan bisa memanfaatkan itu semua.

Dan pastinya bukan berarti yg mengsusung musik modern digabung tradisi itu tidak bagus, hanya saja itu bukan cara saya. Oh iya, saya diterima oleh label Amerika itu bukan karena bunyi gamelan-nya, namun karena musikalitas saya di lagu-lagu kontemporer yg saya buat bertahun-tahun lalu.

W

Bagaimana cerita kerja sama dengan Moonjune Records?

T

Cuma dari message facebook, saya dikenalkan oleh Reza Ryan dan mereka langsung tertarik setelah dengar akun soundcloud saya. Lalu saya ditawarkan kontrak 2 bulan kemudian.

W

Nama Tesla sering diidentikkan dengan musisi Indonesia yang sukses di internasional, bagaimana Tesla melihat posisi karya Tesla di pasar musik lokal?

T

Biarpun sedikit, saya punya tempat di pasar musik lokal. Saya bisa hidup layak karena undangan tampil, meski tak terlalu sering juga. Tapi sebagai musisi kontemporer saya merasa beruntung dibayar layak di setiap penampilan saya.

W

Selain bermain di acara Jazz, Tesla juga sempat terlihat ikut membantu panggung Tigapagi, apakah ada perbedaan pengalaman disana? Dan bagaimana Tesla melihat acara-acara Jazz yang terasa seperti terpisah dengan scene musik pada umumnya?

T

Wah kok tahu? (tertawa). Di setiap penampilan Tigapagi saya selalu ‘ngumpet’ di belakang dan jujur saya gak ingin diperkenalkan. Karena tujuan saya bermain bersama Tigapagi itu menahan emosi saya untuk tidak menjadi musisi yg individual.

Seringkali, musisi yg memilih solo karir menjadi lupa dan egois karena tampil dengan nama sendiri. Saya takut itu terjadi. Maka untuk menekan keegoisan itu, saya menjadi bagian kecil dari musik Tigapagi. Dan tentunya, saya merupakan fans besar mereka pastinya.

W

Bagaimana Tesla melihat event Jazz lokal, seperti Salihara Jazz Buzz contohnya?

T

Kita semua para musisi muda amat bersyukur ada event seperti ini. Kita bisa bebas memainkan karya apapun dengan konsep yang bebas pula. Kita dihargai secara finansial maupun sebagai musisi yg genre-nya agak sulit diterima. Maka dari itu saya tidak akan melewatkan kesempatan ini 21 februari nanti. Setelah ratusan jam berlatih, kita akan bermain maksimal hari minggu nanti.

W

Apa rencana Tesla ke depan?

T

Entah bagaimana caranya, saya ingin keliling dunia memainkan musik saya dan membuat Indonesia menjadi jauh lebih baik dari sekarang.whiteboardjournal, logo