Cerita Di Balik Perhiasan bersama Jane Lukman

21.09.16

Cerita Di Balik Perhiasan bersama Jane Lukman

Febrina Anindita (F) berbincang dengan Jane Lukman (J).

by Febrina Anindita

 

F

Ada banyak medium berkarya di bidang fashion, mulai dari baju hingga sepatu, kenapa Jane tertarik untuk mengeksplorasi dunia perhiasan?

J

Pertama karena dulu tiap kali berjalan-jalan, saya suka beli sesuatu dari negara tersebut, dan memang produk yang saya beli selalu perhiasan atau aksesoris, baik yang tradisional sampai yang modern. Saya tertarik dengan perhiasan karena awalnya saya mau jadi desainer fashion, tapi saingannya saat itu sudah banyak, jadi saya memutuskan untuk ambil kuliah yang berhubungan dengan desain juga, tapi tidak se-mainstream fashion atau grafis, jadinya saya pilih desain produk. Dari situ, karena subjek desain produk luas banget, saya harus ambil berbagai mata kuliah pilihan, kebetulan salah satunya yang saya ambil adalah aksesoris. Tapi saya merasa materi yang saya dapat saat kuliah kurang cukup.

Kebetulan saat SMA itu saya sedang suka traveling dan mengumpulkan pernak-pernik. Nah dari situ saya mulai mengulik perhiasan lebih lanjut, dan berakhir dengan kesempatan intern di Bali selama 3 bulan di perusahaan kecil sekali di bidang perhiasan. Encounter pertama dengan perhiasan sih karena traveling, beli souvenir dan akhirnya jadi jewelry hoarder (tertawa).

Waktu intern itu saya mengerjakan segalanya karena perusahaannya sangat kecil. Waktu itu saya juga baru memulai From Tiny Islands dan mencari gaya yang pas. Saat intern itulah saya belajar cara produksi perhiasan silver dan lain sebagainya.

F

Apa latar belakang dari berdirinya From Tiny Islands?

J

Saya dan partner bisnis saya, Nathalisa Octavia memang teman kuliah yang kebetulan suka travel bersama. Karena kami seumuran, kami punya visi dan selera yang sama, jadi cocok. Kami juga sama-sama suka beli souvenir dan aksesoris. Lalu suatu hari kami berpikir, gimana kalau barang tersebut dijual lagi. Jadi tiap travel kami selalu cari barang baru untuk dijual lagi (tertawa). Saat itu kami belum benar-benar mendesain atau membuat perhiasan sendiri, jadi kami ingin mencoba untuk menjual pernak-pernik yang kami kurasi sendiri, seperti dari Bangkok sampai Meksiko.

F

From Tiny Islands sempat mengalami perubahan konsep. Dulu menampilkan desain yang chunky dengan bebatuan dan koral, lalu kini berubah seperti dengan konsep desain yang sleek dan elegan. Apa yang mendasari perubahan style ini?

J

Yang mendasari perubahan itu, mungkin karena ada perubahan selera di diri kami (tertawa). Dulu produk yang dijual terkesan tradisional karena konsep yang diangkat memang resell barang, lalu pelan-pelan kami membuat barang sendiri. Saat itu segalanya dilakukan satu per satu karena tiap batu yang kami temui jumlahnya cuma satu, jadi segalanya unik dan berbentuk kasar.

Sekitar 3 tahun lalu kami ditantang untuk membuat From Tiny Islands jadi agak lebih besar. Bukannya lebih mass, kami tetap niche, tapi kami ingin bisa menjangkau pasar yang lebih besar. Caranya adalah dengan tidak membuat produk secara handmade satu per satu (tertawa). Karena cara seperti itu benar-benar menghabiskan waktu, begitupun dari segi produksi. Tapi kami tetap ingin bisa memberikan pengalaman kepada konsumen seperti konsep sebelumnya. Jadi itu dasar perubahannya. Kami ingin mengembangkan bisnis tapi tetap ingin menjaga rasa yang sudah kami buat di awal bisnis.

F

Kalau perubahan spesifik yang membuat desain sekarang terlihat lebih esensial ini muncul dari mana?

J

Sebenarnya line koleksi kami ada 3. Yang pertama Birthstone, Periodic dan Essential. Memang kami buat ragam produk bersifat esensial dan statement. Kami memang tidak buat produk dengan desain sebesar konsep pertama kerena kami ingin lebih menyesuaikan pasar, dan selera kami juga mengalami perubahan.

From Tiny Islands menurut saya merupakan memang tempat pembelajaran selera kreatornya. Kami buat apa yang kami suka (tertawa). Jadi, sebenarnya kami agak egois, karena kami tidak membaca pasar juga (tertawa).

F

Seperti apa proses kreatif yang diperlukan dalam mengembangkan sebuah koleksi?

J

Kami sebenarnya tidak disiplin sama sekali (tertawa). Kami suka traveling, jadi idenya biasanya muncul saat berkunjung ke suatu tempat, lalu diolah setelah pulang. Kebetulan kami sedang proses mengembangkan SS 17 dan sedang mengumpulkan ide dari sekarang. Jadi idenya didapat dari traveling ke Pulau Komodo beberapa waktu lalu. Kami ambil landscape bukit yang berlayer, dari situ kami menemukan ide untuk membuat koleksi bersifat layers. Idenya selalu muncul random saat traveling (tertawa).

Misalnya kalau saya lihat sesuatu dengan bentuk aneh saat traveling, langsung saya catat atau gambar. Tapi kami biasanya ambil inspirasi dari bentuk hingga layering-nya, jadi itu tidak direncanakan. Karena kami tahu bahwa kami tidak disiplin dalam menemukan atau memproses ide, jadi kami menyiapkan koleksi dari jauh-jauh hari. Setiap tahun, kami selalu merencanakan paling tidak 4 koleksi yang terbagi dari 2 koleksi major dan 2 koleksi minor. Idenya selalu muncul secara organik (tertawa).

F

Traveling merupakan dasar dari koleksi yang telah dibuat From Tiny Islands. Bagaimana Jane menerjemahkan detail tempat atau alam ke dalam sebuah desain untuk perhiasan?

J

Dibanding persona atau orang, kami lebih melihat bentuk-bentuk di alam seperti scenery sebagai inspirasi desain. Kami suka sekali ke laut lalu mengumpulkan koral dan memperhatikan bentuknya (tertawa). Dari situ kami terjemahkan untuk jadi desain perhiasan. Tapi sebenarnya ide awalnya selalu bentuk, bisa dari bukit bahkan gedung-gedung yang kami lihat di perkotaan, jadi tidak selalu alam. Tapi pada dasarnya kami selalu memainkan bentuk dalam mengolah desain From Tiny Islands.

Kadang juga kami sering pergi lalu menemukan berbagai batu. Waktu itu saya traveling ke Spanyol, lalu saya tidak sengaja menemukan batu pyrite yang terlihat seperti metal. Itu kami pakai jadi koleksi kami juga. Jadi batu-batu yang kami pakai memang beragam. Itu sih yang mau kami tekankan ke konsumen kami, karena kami mau orang yang membeli From Tiny Islands tidak sekadar membeli produk tapi juga cerita di dalamnya. Jadi konsumen bisa dekat dengan kami dan mengerti dengan apa yang kami desain.

F

Selain menghadirkan pilihan perhiasan yang simple, From Tiny Islands juga menawarkan cerita-cerita dari para female makers representatif di Indonesia, hingga foto essay. Apakah dalam menawarkan sebuah produk, cerita menjadi hal terpenting untuk menggambarkan esensi dari produk tersebut selain desain?

J

Menurut saya ada pasar disitu. Pasar anak muda sekarang terlalu tertarik gimmick. Sebenarnya kami juga mau seperti itu, tapi mencari cara agar tidak terlalu hard-selling karena kami sangat benci sesuatu yang hard-selling sebenarnya (tertawa).

Sekarang banyak sekali bermunculan orang yang buat brand dan produk dengan menceritakan serta mendukung pengrajin. Buat saya itu merupakan salah satu nilai jual menarik untuk sebuah produk, terutama di Indonesia karena sebenarnya SDA-nya banyak sekali serta dan SDM-nya bisa apa saja, bahkan bisnis luar negeri dibuatnya pun di Indonesia. Cerita itu menjual menurut saya.

Melalui cerita, secara tidak langsung From Tiny Islands tidak self-centered. Kami mau mengenalkan produk dan menunjukkan bahwa orang di sekitar bahkan di lingkaran berbeda bisa bisa memproduksi produk yang menarik. Kami juga kebetulan orang yang suka berada di belakang layar, karena kami mau orang melihat From Tiny Islands bukan dari kreator saja, tapi orang banyak yang membangun keberlangsungan brand kami.

F

Perhiasan adalah sebuah produk fashion yang memiliki hubungan personal dengan pemiliknya, bagaimana From Tiny Island menciptakan relasi dari tiap produk dengan setiap konsumennya?

J

Balik lagi ke yang awal, bahwa kami membuat apa yang disuka serta apa yang sedang berlangsung dalam hidup kami. Jadi koleksi yang selama ini kami tampilkan selalu muncul dari hasil translasi dari pengalaman kami ke dalam desain perhiasan.

Kami juga survey dan buat sample ke teman-teman untuk mengembangkan koleksi. Makanya prosesnya butuh 3-6 bulan, jadi tidak instan. Kami riset ide dan pasar dulu, jadi ada kemungkinan di tengah proses terjadi perubahan (tertawa). Jadi, karena kami selalu membuat sesuatu yang relatable dalam hidup kami, itu membantu produk kami mudah diterima oleh konsumen.

F

Melihat perkembangan bisnis perhiasan kontemporer di Indonesia, beberapa line muncul dengan bahan yang unik, mulai dari kaca hingga keramik. Apakah publik juga mengapresiasi ragam yang tersedia atau justru pragmatis?

J

Menurut saya publik lebih termakan gimmick untuk membeli. Karena nature-nya orang Indonesia, kalau melihat sesuatu yang booming, langsung membeli dan memakainya (tertawa). Dan orang-orang juga selalu mencari sesuatu yang baru agar bisa jadi yang pertama pakai, jadi trendsetter (tertawa). Jadi, menurut saya perhiasan kontemporer dan indie ini sangat bisa diterima publik, apalagi biasanya perhiasan semacam dengan bahan-bahan unik, mulai kaca, keramik, clay, beras hingga akrilik itu relatif lebih murah dibanding perhiasan silver bahkan brass.

Tapi menurut saya, yang agak salah dengan pasar di Indonesia adalah konsumen tidak terlalu peduli dengan cara pembuatan walau sudah diberikan gimmick. Kita cenderung self-centered. Justru kosumen dari negara lain yang lebih tertarik dengan proses dibalik sebuah produk. Kita cenderung sekadar mengkonsumsi, dan menurut saya, hanya cari apapun yang harganya murah tanpa tahu prosesnya. Jadi, kita selalu berpikiran kalau sesuatu yang harganya murah itu baik. Padahal ada proses pembuatannya yang memakan waktu. Beda sekali dengan, misalnya pasar Jepang. Mereka sangat menghargai perhiasan unik, bahkan dijual lebih mahal dibanding perhiasan berbahan dasar logam mulia.

F

Kalau bicara regenerasi produk, sebenarnya siapa di antara konsumen dan kreator yang memicu rodanya?

J

Keduanya lumayan berperan aktif. Kadang kami sebagai kreator memunculkan produk dulu sebagai bentuk regenerasi, tapi seperti koleksi Astrologia yang kami buat itu juga hadir berdasarkan konsumenn karena kami mulai membaca pasar. Tapi balik lagi, karena kami hanya membuat apa yang kami suka, jadi kami bisa dibilang memicu regenerasi (tertawa).

F

Menurut Jane sendiri, bagaimana perkembangan skena bisnis perhiasan ini? Cenderung aktif kah atau justru minim regenerasi?

J

Menurut saya masih agak susah untuk benar-benar berkembang, karena orang Indonesia selalu membeli sesuatu yang sedang tren, jadi mereka bukan tipe konsumen yang loyal. Apalagi perhiasan bukan barang primer seperti baju. Ia sifatnya sekunder, bahkan tersier, jadi tidak banyak orang yang cari (tertawa).

Cara kami untuk mendongkrak bisnis ini adalah dengan mencoba pasar luar, karena orang Indonesia selalu melihat segala hal yang diproduksi atau dijual dan jadi tren secara internasional itu adalah hal bagus (tertawa). Maka dari itu kami mau lari ke pasar luar negeri dulu baru kembali ke Indonesia.

F

Jadi sebenarnya kondisi yang terjadi itu pembuat perhiasan lokal lebih banyak mendapat respon dari pasar luar negeri?

J

Iya, karena di tempat produksi kami, justru pesanan kebanyakan datang dari Itali dan Perancis. Konsumen di sana lebih menghargai perhiasan. Menurut mereka perhiasan merupakan seni, bukan sesuatu yang harus dipakai. Tapi kami juga mau pelan-pelan membentuk mental orang Indonesia untuk menghargai proses perhiasan dari brand lokal.

Sebenarnya kalau konsumen sangat suka dan senang memakai perhiasan, mereka akan jadi konsumen reguler. Tapi, kita cenderung melihat perhiasan bisa dijadikan investasi, jadi kita cenderung beralih ke emas. Sebenarnya karena posisi perhiasan; menurut kita, ada di antara investasi dan aksesoris itulah yang membuat bisnis ini jadi susah bertahan di pasar lokal.

F

Sekarang semakin banyak brand aksesoris/perhiasan di skena lokal, tapi kebanyakan biasanya tampil dengan konsep atau desain yang mirip satu sama lain, gaya yang ada cenderung sangat terpaku dengan tren yang ada, bagaimana From Tiny Islands melihat fenomena ini?

J

Menurut saya tiap brand punya ciri masing-masing, kecuali brand yang memang plagiat. Tapi saya tidak akan menilai brand seperti itu hanya karena ia memakai material yang sama, karena mereka pasti memiliki eksplorasi yang berbeda. Kecuali kalau mereka yang hadir dengan desain yang sama persis ya (tertawa).

Menurut saya, material itu merupakan sesuatu yang bersifat universal. Asalkan proses produksinya dan hasil akhirnya berbeda satu sama lain, menurut saya, itu masih bisa diterima.

F

Perhiasan adalah sesuatu yang dibuat langsung dengan tangan dan bersifat dekat dengan orang yang memakainya. Adalah pekerjaan yang tactile jika kita melihat seperti apa pembuatan perhiasan dari awal. Apakah hal tersebut yang membuat tak banyak orang yang menggeluti bisnis perhiasan?

J

Iya, biasanya pembuat perhiasan sedikit, karena proses pembuatan perhiasan sebenarnya tidak semudah itu. Banyaknya elemen dan tahapan yang dilewati mengambil waktu banyak. Mungkin juga karena perhiasan merupakan sesuatu yang bersifat tradisional. Mungkin cuma di Bali dan Yogyakarta saja yang banyak memiliki pengrajin perhiasan.

Sebenarnya banyak hal menarik dalam dunia perhiasan ini, bahkan ada beberapa teknik perhiasan yang hampir punah. Selain itu, mungkin juga karena proses pembuatan perhiasan itu susah, maka tidak banyak orang yang ingin menggeluti bisnis ini. Salah satu hal yang menarik menurut saya adalah cincin berbatu selalu hadir dengan lubang dibaliknya agar energi batu bisa mengalir ke tubuh manusia (tertawa). Mungkin itu yang membuat perhiasan bisa dibilang personal karena bersentuhan langsung dengan penggunanya dan selalu digunakan.

F

From Tiny Islands telah mendapat kesempatan untuk menyebarkan produknya ke pelosok dunia, dari Asia, Australia hingga Eropa. Bagaimana respon negara lain terhadap desain yang dibuat?

J

Menurut saya bukan apresiatif, tapi lebih ke smart buyer. Mereka lebih mempertanyakan detail dari sebuah produk, seperti material hingga teknik. Tapi sebenarnya tergantung orangnya, ada yang apresiatif dan memang pintar dalam membeli produk. Kalau bicara pintar, konsumen luar negeri jauh lebih pintar (tertawa).

F

Apa hal yang terlewatkan oleh konsumen lokal tentang perhiasan?

J

Sebenarnya apa yang ingin kami komunikasikan adalah proses pembuatan perhiasan itu tidak mudah karena banyak proses yang dilewati (tertawa). Pertama materialnya, silver yang biasa kami gunakan dalam membuat produk itu tidak mudah untuk diproduksi. Adanya pengrajin silver dari Bali dan Yogyakarta itu sangat membantu produksi kami. Dalam menggunakan jasa mereka pun, kami menggunakan sistem fair trade. Jadi kami tidak memberikan harga, tapi menerima harga yang mereka berikan ke kami.

Materialnya juga, serta proses maupun teknik tradisional. Untuk koleksi Astrologia misalnya, kami menggunakan teknik wax carving. Pengrajin memahat sesuai desain lambang astrologi yang kami buat, lalu dibuat menggunakan wax. Lalu dibuat cetakan negatif, positif lalu negatif lagi, baru akhirnya jadi 1 cincin.

Kita kebanyakan tidak paham material perhiasan. Tahunya cuma metal saja, padahal macam metal itu banyak, ada silver, brass dan lain-lain (tertawa). Terutama konsumen yang tanya, “ini silvernya berapa gram ya?” (tertawa). How am I supposed to answer that? (tertawa) Ini balik lagi karena kita kebanyakan beli perhiasan untuk investasi, bukan adornment. Sedangkan konsumen orang luar negeri beli untuk adornment atau cerita personal.

F

Apakah dengan desain yang universal – maksudnya tidak etnik dan khas Indonesia – lebih mudah mendapat exposure dan pasar lebih besar?

J

Sebenarnya tidak juga. Tergantung bagaimana menguliknya. Kalau desain universal tapi rasanya hambar ya tidak ada bedanya dengan brand lain, pada akhirnya tidak akan dapat exposure juga. Jadi bagaimana membuat perhiasan dengan pengalaman unik lalu digabungkan dengan sesuatu yang universal sehingga bisa diterima masyarakat yang lebih luas.

F

Bagaimana From Tiny Islands merepresentasikan kekhasan Indonesia lewat desain perhiasan?

J

Mungkin dari alamnya. Seperti contohnya Pulau Komodo dengan pemandangannya yang terbentuk dari bukit bertumpuk, membuat kami terinspirasi untuk menerjemahkannya ke dalam desain perhiasan. Jadi tidak mentah diterjemahkan tapi diambil dari apa yang bisa dialami ketika traveling di Indonesia. Selain itu, kami juga mengambil batu-batu dari Indonesia, pengrajin serta teknik yang dipakai. Untuk memproduksi koleksi, kamipun menggunakan sumber daya lokal.

F

Melihat fashion yang selalu berputar dan tak jarang mengambil inspirasi dari masa lalu. Apakah mungkin Jane akan mengubah kembali desain From Tiny Islands?

J

Tidak menutup kemungkinan untuk kesitu. Tapi esensinya tetap dari bentuk-bentuk seperti lekukan dan garis yang didapat saat traveling.

F

Seperti apa peran perhiasan terhadap seseorang hari ini? Apakah masih berharga atau justru sekarang berfungsi sebagai aksesoris saja?

J

Menurut saya dilihat sebagai sesuatu yang berharga, tapi lebih ke emotional attachment, seperti cincin tunangan. Itu yang mau kami raih agar konsumen membeli produk From Tiny Islands karena ada artinya dan dekat dengan mereka. Beberapa orang kebetulan sudah memiliki pola pikir seperti itu walau masih banyak yang melihat perhiasan sebagai investasi.

Apa proyek yang sedang dikerjakan Jane bersama From Tiny Islands?

Kami sedang menyiapkan koleksi SS 17 dan mengembangkan koleksi Astrologia dalam bentuk baru selain cincin. Kami sedang kerja sama dengan salah satu brand lokal untuk membuat koleksi eksklusif juga.whiteboardjournal, logo