Xing dan Ilusi Seksualitas Perempuan Asia

12.09.17

Xing dan Ilusi Seksualitas Perempuan Asia

by Febrina Anindita

 

Teks: Fransisca Bianca
Foto: Dazed Digital

Tentunya rasisme sudah tidak menjadi topik yang asing lagi, khususnya jika kita kerap kali memantau berita mengenai diskriminasi ras kulit hitam di Amerika Serikat atau kampanye Black Lives Matter. Secara umum pemahaman tentang rasisme yang menaruh stereotype atau generalisasi dari suatu ras pun barangkali juga tidak asing lagi, namun mungkin yang belum menjadi pemahaman umum adalah bahwa contoh mengenai rasisme dan stereotype tidak perlu jauh-jauh dicari hingga ke Amerika Serikat; perempuan Asia pun turut mengalaminya.

“Tidak semua dari kami (wanita Asia) bertubuh mungil, ramping, bersifat penurut dan submisif,” ujar Elizabeth Gabrielle Lee selaku koordinator dari Xing, serangkaian karya fotografi dari sederet fotografer ternama seperti Vivian Fu, Clara Lee, Ronan Mckenzie, dan Lee sendiri, yang mengeksplorasi tema stereotype yang tanpa disadari melanda banyak perempuan Asia. Xing diintensikan menjadi sebuah cemoohan atas standarisasi tersebut, sekaligus menunjukkan bagaimana konvensionalitas bukan menjadi satu-satunya resep dari keindahan.

Hal ini menurut Lee juga seringkali diasosiasikan dengan seksualitas, dan ya, memang perempuan Asia kerap ditampilkan dalam media dan masyarakat sebagai makhluk yang cantik dan atraktif. Namun ada ilusi di sana; ada suatu ketabuan di dalam pemahaman tersebut yang justru tidak menjadikan perempuan yang dimaksud terjauh dari pengaruh yang mengekang batinnya secara seksual dan emosional.

Mungkinkah kita dikelilingi masyarakat yang masih termakan ilusi tersebut? Atau sudahkah ilusi tersebut memakan rasio kita dalam memandang perempuan sekitar kita? Barangkali jawabannya hanya dapat ditemukan dengan menyanyakan diri sendiri, apakah sebelum menyelesaikan tulisan ini, standar-standar tersebut tidak nampak sebagai stereotype dan hanya sebagai karakteristik yang wajar dan biasa saja?whiteboardjournal, logo