Tarikan Interaksi Manusia, Park Na Hoon Bawa Dua Karya Ke Helatari Salihara

Art
02.07.19

Tarikan Interaksi Manusia, Park Na Hoon Bawa Dua Karya Ke Helatari Salihara

Salah satu penampil internasional di gelaran Helatari.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Wintang Warastri
Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

Gelaran tahunan Salihara, Helatari, baru saja berlalu untuk edisi tahun ini. Berangkat dari minat komunitas Salihara untuk memperluas kerja kuratorial seni lewat pertunjukan terbuka, pihaknya mengadakan undangan terbuka pada akhir tahun lalu untuk memberi kesempatan bagi generasi baru koreografer dan penari Indonesia. Helatari menjadi wadah untuk pertunjukan bakat-bakat ini, dengan menampilkan di antaranya Anis Harliani, Ayu Permata Dance Company dan Eyi Lesar. Di samping mereka, Helatari juga menghadirkan beberapa penampil internasional untuk membuka interaksi dunia tari Indonesia dengan negara-negara lainnya, seperti penampilan hasil residensi Natalie Allen dan Samuel Harnett-Welk asal Australia, juga koreografer asal Korea Selatan, Park Na Hoon yang membawa dua karyanya, “Three Airs” dan “The Two Doors”.

“The Two Doors” menjadi karya pertama yang ditampilkan pada showcase di Sabtu malam itu. Na Hoon tampil sendirian di panggung, menggunakan satu rangkaian prop berbentuk mirip ulat bulu. Gaya kontemporer pun tercermin darinya, gerakan-gerakannya tampil di depan latar belakang sebuah layar yang menampilkan dua objek bergerak selayaknya prop tersebut namun berbeda ukuran. Objek yang lebih besar melambangkan jawaban ‘ya’, yang lebih kecil menjawab ‘tidak’, keduanya tampak saling memakan dan dimakan. Di sela-sela gerakannya, Na Hoon berulang kali melontarkan pertanyaan abstrak kepada penonton, meminta mereka memilih objek mana yang lebih disukai. Musik dan gerakan terkesan lebih abstrak saat ia menarikan bagian ‘tidak’, dan lebih ritmis dan berlirik saat bagian ‘ya’ ditarikan. Na Hoon sendiri ingin memancing penonton untuk menemukan ‘kebenaran’ secara mandiri, tidak membuat pilihan hingga akhirnya penampilan tersebut ditutup dengannya menanyakan lewat jalur mana ia harus keluar panggung.

Tiga penari kemudian muncul di atas panggung, membawakan karya Park Na Hoon selanjutnya yaitu “Three Airs”. Penampilan ini bercerita tentang kehidupan manusia yang diceritakan kembali lewat gerakan-gerakan tiga organisme udara. Masing-masing dari mereka memanggul satu balon berbentuk seperti kelopak bunga yang dipompa dan dikempeskan sesuai keperluan gerakan, dimana mereka terlihat lebih statis saat memanggul objek tersebut. Proses memanggul dan melepaskan bisa diterjemahkan sebagai perubahan bentuk mereka, mulai dari wujud non-manusia berubah menjadi sebuah sosok dan kembali menjadi elemen udara. Kesan eksentrik dan bahkan ekspresi-ekspresi ‘bodoh’ ditampilkan baik dalam tubuh maupun raut wajah ketiga penari ini, ternyata mampu mencerminkan keadaan manusia secara lebih realistis. Kadang bergerak seirama dan kadang sibuk sendiri-sendiri, ketiganya menangkap sisi interaksi manusia yang kadang tertutupi impresi masing-masing pihak.

Park Na Hoon kembali muncul di panggung, menutup agenda showcase dua karyanya. Berawal dari terpilihnya ia oleh Dewan Kesenian Korea sebagai Seniman Baru Terpilih di 2003, Na Hoon telah membawa karya-karyanya berkeliling dunia. “The Two Doors” pernah ditampilkan di Acker Stadt Palast di Berlin pada 2015, juga Projekktheater di Dresden pada 2016, sedangkan “Three Airs” membawanya tampil di EiMa Festival di Spanyol pada 2017 dan San Fransisco International Art Festival di Amerika Serikat pada 2015. Selain membawa karya-karyanya, Na Hoon juga berkeliling dunia dalam rangka mengikuti program residensi dan pertukaran budaya seperti Korea-Finland Connection pada 2012. Na Hoon sendiri pada akhirnya tetap berfokus pada pengembangan budaya Korea dan Asia, dengan keterlibatannya saat ini dalam program Ari Project: Performing Arts Korean Contemporary Dance Performance yang memiliki misi memperluas budaya seni kontemporer Korea di Asia.whiteboardjournal, logo